Hubungan Status Gizi dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah

dan 760 batangorangtahun di Pakistan. Selaras juga dengan pendapat Fidiawati, 2011 mengatakan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru. 4.5.6 Hubungan Penyakit Penyerta dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa kelompok yang mempunyai penyakit penyerta diabetes mellitus yang terjadi penularan TB paru sebanyak 3,4 dan tidak terjadi sebanyak 0,9, kelompok yang tidak mempunyai penyakit penyerta diabetes mellitus yang terjadi penularan TB paru sebanyak 55,2 dan tidak terjadi sebanyak 95,5 sedangkan pada kelompok yang tidak bisa dinilai yang terjadi penularan TB paru sebanyak 41,4 dan tidak terjadi sebanyak 3,6. Berdasarkan hasil uji Chi square antara variabel penyakit penyerta dengan penularan TB paru diperoleh nilai p = 0,0001 p 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel penyakit penyerta dengan penularan TB paru. Hasil penelitian ini sependapat dengan laporan Maurice 2011 menyatakan bahwa penderita diabetes mempunyai resiko tiga kali lipat untuk menderita tuberkulosis, kami memperkirakan sekitar 8 berkonstribusi untuk terjadinya kasus TB baru setiap tahunnya. Dan selaras dengan hasil penelitian Widyasari 2012 menunjukkan responden yang memiliki riwayat diabetes mellitus 26,7, dengan hasil analisis Chi square nilai p= 0,038 OR= 5,092, 95 CI= 0,981 26,430, dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa riwayat penyakit penyerta memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru di Wilayah Semarang Utara.

4.5.7 Hubungan Status Gizi dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel status gizi dengan status gizi kurus kurang yang terjadi penularan TB paru sebanyak 55,2 dan tidak terjadi sebanyak 22,5, status gizi normal baik yang terjadi penularan TB paru sebanyak 44,8 dan tidak terjadi sebanyak 68,5 sedangkan status gizi gemuk lebih yang terjadi penularan TB paru sebanyak 0 dan tidak terjadi sebanyak 9,0. Berdasarkan hasil uji Chi square antara variabel Universitas Sumatera Utara status gizi dengan penularan TB paru diperoleh nilai p = 0,002 p 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel status gizi dengan penularan TB paru. Berdasarkan hasil analisis multivariat ternyata status gizi berhubungan bermakna dengan risiko terjadinya penularan TB paru, variabel status gizi kurus dengan nilai PR 17,174 artinya variabel status gizi kurus mempunyai risiko 17 kali terhadap terjadinya penularan TB paru pada responden. Hal ini menurut peneliti karena umumnya responden tidak bekerja sehingga hal ini mempengaruhi kepada kemampuan daya beli untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut menjadi rendah. Keadaan status gizi dan penyakit infeksi merupakan pasangan yang terkait. Penderita infeksi sering mengalami anoreksia, penggunaan waktu yang berlebih, penurunan gizi atau gizi kurang akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah dan sangat peka terhadap penularan penyakit. Pada keadaan gizi yang buruk, maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan dalam mempertahankan diri terhadap infeksi menjadi menurun Rusnoto, dkk, 2006. Rakhmawati, dkk 2009 dalam penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis pada anak. Perbedaan pada antara status gizi kurang dan baik dapat dilihat pada nilai OR = 0,176 0,034 0,905 dan 0,235 0,044 1,267, artinya anak dengan gizi kurang mempunyai peluang untuk terkena tuberkulosis 0,176 kali dibandingkan anak dengan gizi baik, dan anak dengan status gizi sedang mempunyai peluang untuk terkena tuberkulosis 0,235 kali dibandingkan dengan anak yang status gizi baik. Hasil penelitian ini juga sependapat dengan penelitian Fatimah 2008 hasil analisis statistik bivariat maupun multivariat menunjukkan bahwa faktor status gizi mempunyai hubungan dengan kejadian TB paru karena p 0,05 pada analisis bivariat diperoleh hasil p = 0,015 OR = 2,737 dengan CI 95 = 1,272 OR 5,887. Artinya status gizi 18,5 mempunyai risiko meningkatkan kejadian TB paru sebanyak 2,737 kali lebih besar dibanding dengan status gizi ≥ 18,5. Sejalan dengan penelitian Ruswanto 2010 mengatakan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p= 0,005 p 0,05 bahwa status gizi merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB paru. Universitas Sumatera Utara 4.5.8 Risiko yang Paling Dominan yang berhubungan dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah Berdasarkan hasil analisis multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna dengan risiko terjadinya penularan TB paru adalah faktor umur, status gizi dan pengetahuan. Berdasarkan nilai β yang tertinggi adalah variabel umur 15 tahun yaitu 4,360, ini menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel yang paling dominan berisiko terhadap terjadinya penularan TB paru, dengan nilai PR 78,228 artinya variabel umur 15 tahun mempunyai risiko 78 kali terhadap terjadinya penularan TB paru. Kemudian variabel status gizi kurus dengan nilai β yaitu 2,843 dan nilai PR 17,174 artinya variabel status gizi kurus mempunyai risiko 17 kali terhadap terjadinya penularan TB paru serta nilai β yang terendah adalah variabel pengetahuan kurang yaitu 2,760 dengan nilai PR 15,802 artinya variabel pengetahuan kurang mempunyai risiko 15 kali terhadap terjadinya penularan TB paru.

4.6 Keterbatasan Penelitian