Hubungan Jenis Kelamin dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah Hubungan Pekerjaan dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah

10 tahun pertama hidupnya memiliki sistem pertahanan tubuh sangat lemah. Kemungkinan anak balita untuk terinfeksi dan menimbulkan sakit sangat tinggi. Selaras dengan Samallo dalam Nurhidayah, dkk 2007, usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit tuberkulosis dan angka penularan serta bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur 0 6 tahun dan golongan umur 7 14 tahun. Juga Selaras dengan penelitian Diani, dkk 2011 proporsi infeksi TB pada anak 5 tahun yang tinggal dalam satu rumah dengan 85 orang pasien TB paru dewasa di Puskesmas Kecamatan Tebet Jakarta Selatan berdasarkan uji tuberkulin 42,4. Dan juga selaras dengan hasil penelitian Hariyanto 2013 menyatakan dari 80 responden didapatkan 11 13,8 dengan BTA positif. Hasil analisis dengan uji Chi square didapatkan x 2 = 4,396; p = 0,036 p 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan TB paru BTA positif. Selaras dengan penelitian Iskandar 2010 hasil uji Chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan umur responden dengan kejadian TB paru dengan nilai p = 0,018 p 0,05. Berbeda pendapat dengan penelitian Ruswanto 2010 mengatakan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p= 0,361 p 0,05 bahwa umur bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB paru.

4.5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin laki-laki yang terjadi penularan TB paru sebanyak 44,8 dan tidak terjadi sebanyak 42,3 sedangkan jenis kelamin perempuan yang terjadi penularan TB paru sebanyak 55,2 dan tidak terjadi sebanyak 57,7. Berdasarkan hasil uji Chi square antara variabel jenis kelamin dengan penularan TB paru diperoleh nilai p = 0,810 p 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan penularan TB paru. Pada penelitian ini diperoleh bahwa perempuan lebih banyak menderita tuberkulosis, hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Suswati 2007 menyatakan bahwa dari 200 sampel yang diteliti sebanyak 45 terdiri dari laki-laki dan sisanya 55 diderita oleh perempuan. Kondisi ini juga Universitas Sumatera Utara sesuai dengan hasil penelitian WHO yang menyatakan bahwa TB paru banyak menyerang perempuan. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Retnaningsih, dkk 2010 dari analisa statistik mendapatkan nilai p= 0,96 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak bermakna secara statistik terhadap kejadian infeksi TB paru. Sejalan dengan penelitian Ruswanto 2010 mengatakan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p=0,609 p 0,05 bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB paru. Berbeda dengan hasil penelitian Iskandar 2010 menyatakan hasil uji Chi square terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan kejadian TB paru, dengan nilai p= 0,027 p 0,05.

4.5.3 Hubungan Pekerjaan dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak bekerja merupakan variabel yang tertinggi terjadi penularan TB paru sebanyak 75,9 dan tidak terjadi sebanyak 57,7. Sedangkan yang terendah adalah variabel PNSABRI yang terjadi penularan TB paru sebanyak 0 dan tidak terjadi sebanyak 0,9. Berdasarkan hasil uji Chi square antara variabel jenis pekerjaan dengan penularan TB paru diperoleh nilai p = 0,533 p 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis pekerjaan dengan penularan TB paru. Hal ini disebabkan karena jumlah responden yang tidak mempunyai pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan yang mempunyai pekerjaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Retnaningsih, dkk 2010 dari analisa statistik mendapatkan nilai p= 0,610 yang menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tidak bermakna terhadap kejadian infeksi TB paru, sebenarnya dengan bekerja diharapkan dapat mengurangi risiko terinfeksi TB paru, orang yang bekerja di luar rumah, relatif lebih sedikit memiliki waktu berada di dalam rumah dibandingkan kelompok yang tidak bekerja. Jika waktu berada di dalam rumah lebih sedikit, maka intensitas kontak dengan penderita TB paru akan berkurang. Universitas Sumatera Utara

4.5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Penularan TB paru pada Keluarga yang Tinggal Serumah