27
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA
RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah. Rumah sakit yang berdiri dengan megah ini berada di Jl. Kol.
Sutarto No.132 Surakarta 57126. Luas tanah 49.622 m² dan luas bangunan 32.205 m². Bangunan utama terdiri dari 5 lantai dengan klasifikasi kamar
mulai kelas III, II, I utama, VIP B, VIP A, VVIP dengan daya tamping seluruhnya 680 TT.
Dengan didukung tenaga paramedik ± 500 orang, para medis non perawatan ± 163 orang, non medis ± 436 orang. Dilengkapi fasilitas
modern kedokteran berbagai jenis gangguan penyakit mulai dari penyakit dalam, kebidanan, jantung, saraf, tht, kulit dan kelamin, bedah, dan
peralatan canggih lainnya.
A. Sejarah RSUD Dr. Moewardi di Surakarta
Dinamika dan perkembangan Rumah Sakit di Surakarta dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Perkembangan pada masa Kolonial
Di wilayah Karesidenan Surakarta, selain Rumah Sakit Zending Jebres yang didirikan pada tahun 1912 oleh Yayasan
Kristen yang sampai sekarang terkenal dengan Yayasan Kesehatan Kristen Untuk Umum YAKKUM, terdapat rumah sakit lain, yaitu
: a.
Ziekenzorg, yang berkedudukan di Mangkubumen dengan nama Partikelir Inslandscziekenhuis der Verregniging Ziekenzorg.
Tidak diketahui secara pasti kapan rumah sakit ini didirikan, namun yang jelas pada tahun 1907 rumah sakit ini sudah
mendapatkan sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah Kolonial.
28
b. Pantirogo, yang merupakan rumah sakit milik pemerintah
keratin Kasunanan Surakarta. Diperkirakan rumah sakit ini didirikan pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono X.
2. Perkembangan pada masa pendudukan Jepang 1942-1945
Pada waktu itu rumah sakit Ziekenzorg juga dipakai sebagai rumah sakit Internering Kamp tetapi pindah ke Jebres
menempati Zending Ziekenhuis yang saat ini bernama Rumah Sakit Dr. Moewardi. Sedangkan Zending Ziekenhuis harus pindah ke
belakang, dimana didirikan Rehabilitasi Centrum RC Prof. Dr. Soeharso.
3. Perkembangan pada masa Pasca Kemerdekaan
Pasca kemerdekaan, rumah sakit Ziekenzorg digunakan 19 Desember 1948. Rumah sakit ini dijadikan markas bagi tentara
dalam mempertahankan kemerdekaan dari tentara Belanda yang menduduki wilayah Surakarta. Namun, sesuai dengan SK
Komandan Kesehatan Tentara Jawa pada tanggal 26 November 1948 Nomor: 246SekMBKD48, rumah sakit tersebut dibubarkan
dan meniadakannya terhitung sejak tanggal 19 Desember 1948. Oleh karena itu semua anggota tentara yang berada di rumah sakit
itu kemudian didemobilisasi serta membebaskan mereka dari tugasnya. Dalam SK itu juga diinstruksikan kepada Kepala Rumah
Sakit Tentara Surakarta untuk menyerahkan lembaga pelayanan kesehatan itu kepada PMI Daerah Surakarta. Pada masa peralihan
itu tidak dapat bertahan lama. PMI menyerahakn kembali kepada Perhimpunan Bale Kusolo Partikelir Inslandscziekenhuis der
Vereeniging Ziekenzorg pada tanggal 1 Februari 1949. Sejak saat itu rumah sakit ini bernama Rumah Sakit Bale Kusolo dengan
dipimpin oleh Direktur dr. R. Soemarno. Sementara itu Rumah Sakit Pantirogo pada periode ini
seiring dengan berubahnya orientasi masyarakat pemakainya,
29
berganti nama menjadi Rumah Sakit Kadipolo. Rumah Sakit Kadipolo nasibnya serupa dengan Rumah Sakit Zending Jebres
yang kesulitan memenuhi biaya operasionalnya, oleh karena itu kedua rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah RI untuk
keperluan perjuangan pada masa revolusi. Pengambilalihan
Rumah Sakit
Bale Kusolo
oleh pemerintah RI sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI tanggal 2
Maret 1950, No.384Sekr.D7, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1950, Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih dan dikelola oleh
Pemerintah RI. Surat keputusan ini sekaligus menetapkan nama Rumah Sakit Bale Kusolo diganti dengan nama Rumah Sakit Pusat
Surakarta dengan dr. Toha sebagai Direktur pertamanya. Selanjutnya tanggal 1 Januari 1950 ditetapkan sebagai hari jadi
RSUD Dr. Moewardi Sejak saat itu di Surakarta terdapat 3 rumah sakit yang semuanya
dikelola oleh pemerintah, yaitu : 1.
Rum 2.
3. Keberadaan ketiga rumah sakit pemerintah di Surakarta itu, di satu sisi
menimbulkan pertentangan di kalangan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya dua rumah sakit di wilayah yang sama namun
keduanya menggunakan nama Surakarta yaitu Rumah Sakit Pusat Surakarta dan Rumah Sakit Surakarta. Untuk mengakhiri polemik dan
permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat Surakarta, maka Inspektur Kepala Jawatan Kesehatan Prov Jateng mengirim surat usulan
kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jateng pada tanggal 15 September 1953 dengan nomor surat : K.23429KK tentang pergantian
nama Rumah Sakit di Surakarta. Dalam surat tersebut diusulkan adanya pergantian nama rumah sakit, yaitu :
30
a. Rumah Sakit Pusat Surakarta menjadi Rumah Sakit Umum
Mangkubumen b.
Rumah Sakit Surakarta menjadi Rumah Sakit Umum Jebres Pergantian nama itu kemudian dikukuhkan dengan SK Menteri
Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751R.S. Dengan tidak mengurangi hak, tugas, serta status dan kewajiban-
kewajiban sebagai pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan terjadinya perubahan otonomi daerah yang menyatakan ketiga rumah sakit yang
berada di Kota Surakarta diserahkan kepada Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah Semarang. Masing-masing rumah sakit berdiri
sendiri, serta bertanggung jawab kepada Pemerintah Daera Swatantra Tingkat I Jawa Tengah. Di samping menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, ketiganya juga menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga para medis, keadaan yang demikian yang dianggap kurang efisien guna
mencapai keseragaman serta efisiensi kerja dalam bidang medis dan teknis, tata usaha pendidikan, penghematan keuangan negara, maka perlu
diadakan reorganisasi dengan tujuan mempersatukan ketiga rumah sakit tersebut ke dalam satu unit di bawah satu pimpinan beserta tenaga stafnya.
Dengan memperhatikan usulan dari Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tertanggal 19 Februari
1960 No. K.693UNH, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah melalui surat No. H.14923 tertanggal 1 Maret 1960 memutuskan untuk
menyatukan ketiga rumah sakit tersebut ke dalam satu unit organisasi di bawah seorang
Mulai tanggal 1 Juli 1960 Rumah Sakit Surakarta terdiri atas tiga dan Rumah Sakit Jebres itu diadakan spesialisasi ataupun unit-unit
pelaksana fungsional, diantaranya : a.
Rumah Sakit Kadipolo disebut juga Rumah Sakit Komplek A, khusus untuk pelayanan penyakit dalam. Rumah sakit ini terletak di Kampung
Panularan, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.
31
Rumah sakit ini memiliki luas tanah 24.096 m², dan luas bangunan 5.931 m².
b. Rumah Sakit Mangkubumen disebut juga Rumah Sakit Komplek B,
untuk pelayanan radiologi, kulit dan kelami, gigi, mata, THT, chirurgie, neurologi dan lain-lain. Rumah sakit ini terletak di Kampung
Mangkubumen, Kelurahan Mengkubumen, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Rumah Sakit ini memiliki luas tanah 41.740 m² dan luas
bangunan 14.106 m². c.
Rumah Sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Komplek C, khusus untuk pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan, kanak-kanak dan
keluarga berencana. Rumah Sakit ini terletak di Kampung Jebres, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ini mempunyai luas
tanah 49.622 m² dan luas bangunan 15.868 m². Mengingat Rumah Sakit Kadipolo pada saat itu dinilai tidak
efisien, maka bulan September 1976 rumah sakit tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Mangkubumen dan pada akhirnya penggantian ini
dikukuhkan dengan SK Menteri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 No.4475RS. Dan pada akhirnya Gubernur Jawa Tengah melalui SK No.
44529684 tanggal 24 Oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
RSUD Dr. Moewardi yang merupakan rumah sakit pemerintah terbesar di Provinsi Jawa Tengah harus menyesuaikan dan mampu menjadi
pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya. Atas pertimbangan tersebut pada lokas Jebres kemudian didirikan bangunan fisik baru yang
memenuhi standar rumah sakit Kelas B2 Pendidikan. Baru pada tanggal 28 Februari 1997 RSUD Dr. Moewardi lokasi Jebres diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan sejak itulah seluruh kegiatan rumah sakit Dr. Moewardi menjadi satu lokasi.
32
B. Identitas RSUD Dr. Moewardi