umumnya dialami oleh wanita berusia 65 tahun keatas dan masalah kesehatan kedua yang umumnya dialami oleh wanita yang berusia antara 45 sampai 64
tahun. Pada pria, keluhan lutut yang dirasakan dianggap sebagai osteoarthritis yang merupakan masalah kesehatan yang biasa ditemukan Felson, 1998.
2.1.3. Etiologi Osteoarthritis
Berdasarkan kriteria
American Rheumatoid Association ARA, osteoarthritis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Osteoarthritis primer
Jenis ini paling sering ditemukan, dikatakan primer karena penyebabnya tidak diketahui atau herediter dan dapat dibedakan menjadi peripheral dan spinal.
Biasanya terjadi karena proses penuaan Rekomendasi IRA, 2014. Penjelasannya karena pada orangtua, volume air dari tulang muda
meningkat dan susunan protein tulang mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil.
Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari bantalan kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi. Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang
terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan
tulang ini menyebabkan gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari kartilago dapat juga menstimulasi
pertumbuhan pertumbuhan tulang baru yang terbentuk di sekitar sendi-sendi. Persendian yang biasa terkena yaitu jari-jari tangan, jari-jari kaki, lutut dan
panggul. Namun paling banyak mengenai lutut Shamley Louis, 2005.
2. Osteoarthritis sekunder
Disebut osteoarthritis sekunder karena diketahui penyebabnya. Jenis ini meliputi osteoarthritis yang timbul pada sendi yang sebelumnya sudah ditemukan
adanya kerusakan atau kelainan sendi. Osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain yang sudah
diketahui yaitu pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan baik lokal maupun generalisata, kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit
kalsium, kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi yang berulangkali pada
struktur-struktur sendi, dan sebagainya Rekomendasi IRA, 2014. Adanya obesitas merupakan faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya
osteoarthritis lutut. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat
berjalan. Studi di Chingford menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan Indeks Massa Tubuh IMT sebesar 2 unit kira-kira 5 kg berat badan,
rasio odds untuk menderita
osteoarthritis lutut secara radiografik meningkat sebesar 1,36 poin. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa semakin berat tubuh akan meningkatkan
risiko menderita osteoarthritis lutut. Pengukuran termudah untuk mengetahui kategori berat badan berlebih bisa menggunakan IMT Nainggolan, 2009.
Kategori IMT di beberapa negara berbeda-beda, untuk kategori IMT di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kategori Indeks Masa Tubuh IMT IMT
KATEGORI 18,5
Berat badan kurang 18,5
– 22,9 Berat badan normal
≥ 23,0 Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9
Berisiko menjadi obes 25,0
– 29,9 Obes I
≥ 30,0 Obes II
Sumber : Centre for Obesity Research and Education 2007
Berat badan kurus kelihatannya tidak mempunyai perbedaan risiko dengan berat badan normal dengan sedangkan berat badan obes mempunyai resiko yang
lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal untuk mengalami osteoarthritis. Osteoarthritis bukanlah jenis penyakit yang muncul seketika.
Prosesnya melalui beberapa tahap dan bila sudah terkena biasanya menjadi kronis. Radang sendi bisa bermula dari tubuh yang kegemukan. Berat badan yang
berlebih memberikan beban yang besar pada tulang sehingga mempengaruhi kesehatan sendi Nainggolan, 2009.
2.1.4. Patogenesis Osteoarthritis