Benda Uji 1 Benda Uji 2

4.2.3 Pengujian

Pust-Out Test Pengujian untuk ketiga benda uji dilakukan dengan pengujian push-out test. Benda uji yang sudah dirangkai akan diberikan pembebanan secara bertahap dengan 500 kg dengan menggunakan jack hydraulic, hingga mencapai besi beton akan mengalami putus yang pertama sekali.

4.2.3.1 Benda Uji 1

Pada benda uji 1, baja yang diapit oleh kedua balok beton dan dihubungkan dengan besi beton dengan jarak antara besi betonnya 40 mm. Dirangkai seperti ditunjukkan pada Gambar 4.12. Gambar 4.12 Rangkaian benda uji 1 dengan jarak antara besi betonnya 40 mm Karena keterbatasan alat ukur dial gauge yang jumlahnya hanya 8 delapan buah, sehingga penulis meletakkannya di bagian kanan dengan nomor 1,2,3,4,5,6 dan di bagian kiri dengan nomor 7 dan 12. Kemudian pembebanan diberikan secara bertahap, setiap 0.5 ton lalu dilakukan pembacaan dial gauge. Pembebanan dilakukan hingga besi beton mencapai Universitas Sumatera Utara kondisi ultimate. Pada saat beban yang diberikan sebesar 20.0 ton, besi beton nomor 1 mengalami putus seperti ditunjukkan Gambar 4.13. Gambar 4.13 Besi beton nomor 1 mencapai kondisi ultimate Pembebanan bertahap dilanjutkan, sehingga pada saat beban yang diberikan sebesar 21.5 ton, besi beton nomor 2 mengalami putus. Dan pada saat beban mencapai 22 ton, besi beton nomor 3 menyusul putus. Gambar 4.14 Ketiga besi beton pada benda uji 1 yang sudah mencapai kondisi ultimate

4.2.3.2 Benda Uji 2

Pada benda uji 2, baja yang diapit oleh kedua balok beton dan dihubungkan dengan besi beton dengan jarak antara besi betonnya 64 mm. Universitas Sumatera Utara Karena keterbatasan alat ukur dial gauge yang jumlahnya hanya 8 delapan buah, sehingga penulis meletakkannya di bagian kanan dengan nomor 1,2,3,4,6 dan di bagian kiri dengan nomor 10,11,12. Bagian kanan nomor 5 tidak dipasang dial gauge karena besi beton tidak bisa dikunci dengan kuat oleh plat tipis dan murnya. Kemudian pembebanan diberikan secara bertahap, setiap 0.5 ton lalu dilakukan pembacaan dial gauge. Pembebanan dilakukan hingga besi beton mencapai kondisi ultimate. Pada saat beban yang diberikan sebesar 22.0 ton, besi beton nomor 1 mengalami putus. Pembebanan bertahap dilanjutkan, sehingga pada saat beban yang diberikan sebesar 22.5 ton, besi beton nomor 2 mengalami putus. Dan pada saat beban mencapai 23.0 ton, besi beton nomor 3 menyusul putus. Hal ini terjadi disebabkan beban tidak sentris, sehingga besi beton dengan nomor 1,2 dan 3 yang mengalami putus. Keretakan yang terjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan benda uji 1, faktor mutu beton yang tinggi dan semakin jarangnya jarak antar besi beton mempengaruhi keretakan yang terjadi pada permukaan beton. Gambar 4.15 Ketiga besi beton pada benda uji 2 yang sudah mencapai kondisi ultimate Universitas Sumatera Utara

4.2.3.3 Benda Uji 3