Hikmah Berqurban. LANDASAN TEORI

34

H. Hikmah Berqurban.

Setiap ibadah pasti ada hikmahnya, meskipun tidak semua orang dapat mengetahui hikmah tersebut melalui penalaran akal pikirannya. Hanya Allah sendiri yang mengetahui rahasia dan hikmah seluruh ajaran agama yang diturunkan-Nya. Hikmah-hikmah Allah sendiri tersebut ada yang diungkap dalam kitab suci Al-Quran atau sunnah Rasul, ada pula yang tidak disinggung sama-sekali. Bagian hikmah yang tidak disinggung ini, hanya dapat diketahui dan dihayati oleh kalangan tertentu, yang dalam Al-Quran dinamakan Arrasikhuuna fil- „ilmi, yakni mereka yang kuat imannya dan kelebihan ilmu oleh Allah, yang tidak diberikan kepada orang lain QS Ali Imran, 3:7 Banyak hikmahibroh yang dapat kita petik dari disyariatkannya ibadah qurban, di antara hikmah yang telah disebutkan oleh para ulama adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendekatkan diri hanya kepada ALLAH, dan inilah hikmah qurban yang paling utama sebagaimana firman ALLAH, “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, sembelihanku ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk ALLAH, TUHAN semesta alam.” QS. Al-An’am 6: 162 2. Menghidupkan kembali sunnah Nabi Ibrahim AS yangtelah diperbaharui kembali oleh Nabi kita Muhammad SAW. 3. Memberi kelonggaran dalam perkara mubah untuk keluarga dan menebarkan rahmat ALLAH di muka bumi ini, karena hari-hari ini adalah hari-hari 35 bahagia, menikmati berbagai makanan dan minuman dengan tetap ingat kepada ALLAH. 4. Sebagai ungkapan rasa syukur seorang hamba yang telah diberi kuasa memiliki dan mengalahkan binatang-binatang yang ada, sebagaimana firman- NYA: “Demikianlah KAMI telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah- mudahan kamu bersyukur.” QS. Al-Hajj 22: 36 5. Mencukupi nafkah pada hari Ied dan menyebarkan rahmat kepada orang fakir dan miskin. “Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya yang tidak meminta-minta dan orang yang meminta.” QS. Al-Hajj 22: 36. 18

I. Pengertian

dan Macam-macam Tabungan 1. Pengertian tabungan Tabungan merupakan simpanan yang paling populer dikalangan masyarakat umum. Dari sejak kanak-kanak kita sudah dianjurkan untuk berhidup hemat dengan cara menabung. Pada awalnya menabung masih secara sederhana, menyimpan uang di dalam celengan dan disimpan di rumah. Namun faktor resiko menyimpan uang di rumah begitu besar seperti resiko kehilangan atau kerusakan. Kerugian lainnya adalah menabung di rumah jumlahnnya tidak akan pernah akan bertambah atau berbunga, jadi tetap saja sama seperti sejumlah uang yang disimpan. 18 http:www.jurnalhaji.com20101025hikmah-ibadah-qurban. Diakses pada tanggal 06 desember 2010 36 Pengertian tabungan menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah ”Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat di tarik dengan cek, bilyet giro dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu. 19 Pengertian penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, maksudnya ialah untuk menarik uang yang disimpan di rekening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda, tergantung dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai pula dengan perjanjian yang telah dibuat antar bank dengan si penabung. 20 Dalam al- Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam al- Qur’an surat an-nissa ayat 9. Ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk bersiap-siap dan mengantisipasi masa depan dan keturunan, baik secara rohani iman dan taqwa maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya, salah satunya dengan menabung. 2. Macam-macam Tabungan a. Tabungan Wadiah 19 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Edisi Revisi, Cet. 7, h.74 20 Kasmir, Dasar – Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Edisi 1, Cet. Ke-3, h.84 37 Wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik itu individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. 21 Dalam islam titipan atau wadiah ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1 Wadiah yad Amanah Adalah titipan wadiah dimana barang yang dititipkan sama sekali tidak boleh digunakan oleh pihak yang menerima titipan. Sehingga dengan demikian pihak yang menerima titipan tidak bertanggung jawab terhadap risiko yang menimpa barang yang dititipkan. Penerima titipan hanya memiliki kewajiban mengembalikan barang yang dititipkan pada saat diminta oleh pihak yang menitipkan secara apa adanya. 2 Wadiah yad Dhamanah Adalah titipan wadiah yang mana terhadap barang yang dititipkan tersbut dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh penerima titipan. Sehingga pihak penerima titipan bertanggung jawab terhadap risiko yang menimpa barang sebagai akibat dari penggunaan atas suatu barang, seperti kerusakan dan sebagainya. Tentu saja ia juga wajib 21 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Ekonisia, 2007, 57 38 mengembalikan barang yang dititipkan pada saat diminta oleh pihak yang menitipkan. b. Tabungan Mudharabah Dalam mengaplikasikan, penyimpanan atau deposan berhak sebagai shahibul maal pemilik modal dan bank sebagi mudharib pengelola. Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabahijarah. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagikan berdasarkan nisbah yang disepakati bila bank menggunakannya untuk melakukan pembiayaan mudharabah. 22

J. Pengertian