Tujuan Strategi Pemasaran Qurban. Rukun dan Syarat Qurban.

21 c. Posisi Pesaing Menentukan posisi pesaing, persaingan terjadi apabila dua lembaga atau lebih saling berlomba untuk memperoleh hasil yang berharga. Dalam alam persaingan yang sangat sengit, pasar pembeli yang tidak menentu dan produk baru dari perusahaan yang baru berdiri banyak yang gagal, maka kepuasan konsumen menjadi prioritas utama. Untuk menentukan posisi persaingan tersebut perusahaan dituntut untuk meningkatkan pangsa pasar yang lebih luas melalui unsur-unsur marketing yang telah ada seperti, menentukan atau meningkatkan posisi produk-produk baru, tempat penjualan atau lokasi, periklanan promosi penjualan, harga dan distribusi. Dengan demikian peningkatan pangsa pasar dapat tercapai dalam memberi tingkat kepuasan konsumen, serta memperkuat kondisi perekonomian secara menyeluruh.

D. Tujuan Strategi Pemasaran

Adapun tujuan dari strategi pemasaran yang dijalankan oleh sebuah perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan arah dan tujuan dari kegiatan yang dijalankan oleh sebuah perusahaan. 2. Sebagaimana untuk mengantisipasi berbagai permasalahan dan keadaan yang berubah di masa mendatang. 22 3. Membantu perusahaan dalam hal peningkatan kegiatan usaha memberikan kemudahan dalam mengontrol dan mengawasi kegiatan dan pemasaran dari sebuah perusahaan. 12

E. Qurban.

Pengertian Qurban. Kata kurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari kata : qaruba fiil madhi - yaqrabu fiil mudhari – qurban wa qurbaanan mashdar.Artinya, mendekati atau menghampiri. Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya. Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau adh-dhahiyah, dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 – 10.00. Udh-hiyah adalah hewan kurban unta, sapi, dan kambing yang disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub pendekatan diri kepada Allah. 13 12 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Yogyakarta, Andi Press, 2991, Cet. Ke-5, h. 6 13 http:definisi-pengertian.blogspot.com201011pengertian-qurban.html.diakses pada tanggal 06 desember 2010 23

F. Landasan Hukum Qurban.

Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib. 14 Imam Malik, Asy Syafii, Abu Yusuf, Ishak bin Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm dan lainnya berkata, Qurban itu hukumnya sunnah bagi orang yang mampu kaya, bukan wajib, baik orang itu berada di kampung halamannya muqim, dalam perjalanan musafir, maupun dalam mengerjakan haji. Ukuran mampu berqurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan shadaqah, yaitu mempunyai kelebihan harta uang setelah terpenuhinya kebutuhan pokok al hajat al asasiyah yaitu sandang, pangan, dan papan dan kebutuhan penyempurna al hajat al kamaliyah yang lazim bagi seseorang. Jika seseorang masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka dia terbebas dari menjalankan sunnah qurban. Dasar kesunnahan qurban antara lain, firman Allah SWT :    108 2 Maka dirikan kerjakan shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. TQS Al Kautsar 108: 2 14 http:formmit.orgfiqh-islam58-hukum-hukum-qurban.html. diakses pada tanggal 06 desember 2010 24 Dan dalam hadist dinyatakan: 1. Aku diperintahkan diwajibkan untuk menyembelih qurban, sedang qurban itu bagi kamu adalah sunnah. HR. At Tirmidzi 2. Telah diwajibkan atasku Nabi SAW qurban dan ia tidak wajib atas kalian. HR. Ad Daruquthni. Dua hadits di atas merupakan qarinah indikasipetunjuk bahwa qurban adalah sunnah. Firman Allah SWT yang berbunyi wanhar dan berqurbanlah kamu dalam surat Al Kautas ayat 2 adalah tuntutan untuk melakukan qurban thalabul fili. Sedang hadits At Tirmidzi, umirtu bi an nahri wa huwa sunnatun lakum aku diperintahkan untuk menyembelih qurban, sedang qurban itu bagi kamu adalah sunnah, juga hadits Ad Daruquthni kutiba alayya an nahru wa laysa biwaajibin alaykum telah diwajibkan atasku qurban dan ia tidak wajib atas kalian; merupakan qarinah bahwa thalabul fili yang ada tidak bersifat jazim keharusan, tetapi bersifat ghairu jazim bukan keharusan. Jadi, qurban itu sunnah, tidak wajib. Namun benar, qurban adalah wajib atas Nabi SAW, dan itu adalah salah satu khususiyat beliau. Orang yang mampu berqurban tapi tidak berqurban, hukumnya makruh. Sabda Nabi SAW : Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami. HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al Hakim, dari Abu Hurairah RA. Menurut Imam Al Hakim, hadits ini shahih. 25 Perkataan Nabi fa laa yaqrabanna musholaanaa janganlah sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami adalah suatu celaan dzamm, yaitu tidak layaknya seseorang yang tak berqurban padahal mampu-- untuk mendekati tempat sholat Idul Adh-ha. Namun ini bukan celaan yang sangatberat dzamm syanii’ seperti halnya predikat fahisyah keji, atau min amalisy syaithan termasuk perbuatan syetan, atau miitatan jaahiliyatan mati jahiliyah dan sebagainya. Lagi pula meninggalkan sholat Idul Adh-ha tidaklah berdosa, sebab hukumnya sunnah, tidak wajib. Maka, celaan tersebut mengandung hukum makruh, bukan haram. 15 Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Qurban hukumnya wajib bagi yang mampu. Pendapat ini merupakan pendapatnya Mujahid, Makhul, Imam Laits bin Sa’ad, Imam Auza’i, Sufyan ats-Tsaury, Rabi’ah, Zufar dan asy-Sya’bi. Imam asy- Sya’bi berkata: “Bagi yang mampu, tidak diberikan keringanan rukhshah untuk meninggalkan kurban, kecuali bagi yang sedang melakukan ibadah haji atau yang sedang bepergian musafir. Namun hukum qurban dapat menjadi wajib, jika menjadi nadzar seseorang, sebab memenuhi nadzar adalah wajib sesuai hadits Nabi SAW : Barangsiapa yang bernadzar untuk ketaatan bukan maksiat kepada Allah, maka hendaklah ia melaksanakannya. Qurban juga menjadi wajib, jika seseorang ketika membeli kambing, misalnya berkata,Ini milik Allah, atau Ini binatang qurban.. 15 Ibid 26 Keutamaan Qurban Berqurban merupakan amal yang paling dicintai Allah SWT pada saat Idul Adh-ha. Sabda Nabi SAW : Tidak ada suatu amal anak Adam pada hari raya Qurban yang lebih dicintai Allah selain menyembelih qurban. HR. At Tirmidzi Berdasarkan hadits itu Imam Ahmad bin Hambal, Abuz Zanad, dan Ibnu Taimiyah berpendapat,Menyembelih hewan pada hari raya Qurban, aqiqah setelah mendapat anak, dan hadyu ketika haji, lebih utama daripada shadaqah yang nilainya sama.. Tetesan darah hewan qurban akan memintakan ampun bagi setiap dosa orang yang berqurban. Sabda Nabi SAW : Hai Fathimah, bangunlah dan saksikanlah qurbanmu. Karena setiap tetes darahnya akan memohon ampunan dari setiap dosa yang telah kaulakukan. Waktu dan Tempat Qurban a. Waktu Qurban dilaksanakan setelah sholat Idul Adh-ha tanggal 10 Zulhijjah, hingga akhir hari Tasyriq sebelum maghrib, yaitu tanggal 13 Zulhijjah. Qurban tidak sah bila disembelih sebelum sholat Idul Adh-ha. Sabda Nabi SAW : Barangsiapa menyembelih qurban sebelum sholat Idul Adh-ha 10 Zulhijjah maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa 27 menyembelih qurban sesudah sholat Idul Adh-ha dan dua khutbahnya, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya berqurban dan telah sesuai dengan sunnah ketentuan Islam. HR. Bukhari Sabda Nabi SAW : Semua hari tasyriq tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah adalah waktu untuk menyembelih qurban. HR. Ahmad dan Ibnu Hibban Menyembelih qurban sebaiknya pada siang hari, bukan malam hari pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan itu. Menyembelih pada malam hari hukumnya sah, tetapi makruh. Demikianlah pendapat para imam seperti Imam Abu Hanifah, Asy Syafii, Ahmad, Abu Tsaur, dan jumhur ulama. Perlu dipahami, bahwa penentuan tanggal 10 Zulhijjah adalah berdasarkan ru`yat yang dilakukan oleh Amir penguasa Makkah, sesuai hadits Nabi SAW dari sahabat Husain bin Harits Al Jadali RA HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud hadits no.1991. Jadi, penetapan 10 Zulhijjah tidak menurut hisab yang bersifat lokal Indonesia saja misalnya, tetapi mengikuti ketentuan dari Makkah. Patokannya, adalah waktu para jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah 9 Zulhijjah, maka keesokan harinya berarti 10 Zulhijjah bagi kaum muslimin di seluruh dunia.

b. Tempat

Diutamakan, tempat penyembelihan qurban adalah di dekat tempat sholat Idul Adh-ha dimana kita sholat misalnya lapangan atau masjid, sebab Rasulullah SAW berbuat demikian HR. Bukhari. Tetapi itu tidak wajib, karena 28 Rasulullah juga mengizinkan penyembelihan di rumah sendiri HR. Muslim. Sahabat Abdullah bin Umar RA menyembelih qurban di manhar, yaitu pejagalan atau rumah pemotongan hewan. Hewan Qurban a. Jenis Hewan Hewan yang boleh dijadikan qurban adalah : unta, sapi, dan kambing atau domba. Selain tiga hewan tersebut, misalnya ayam, itik, dan ikan, tidak boleh dijadikan qurban. Allah SWT berfirman :                       22 34 Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan kurban, Supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak bahimatul anam yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka tuhanmu ialah tuhan yang maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah TQS Al Hajj22 : 34

b. Jenis Kelamin

Dalam berqurban boleh menyembelih hewan jantan atau betina, tidak ada perbedaan, sesuai hadits-hadits Nabi SAW yang bersifat umum mencakup kebolehan berqurban dengan jenis jantan dan betina, dan tidak melarang salah satu jenis kelamin. 29

c. Umur

Sesuai hadits-hadits Nabi SAW, dianggap mencukupi, berqurban dengan kambingdomba berumur satu tahun masuk tahun kedua, sapi atau kerbau berumur dua tahun masuk tahun ketiga, dan unta berumur lima tahun.

d. Kondisi

Hewan yang dikurbankan haruslah mulus, sehat, dan bagus. Tidak boleh ada cacat atau cedera pada tubuhnya. Sudah dimaklumi, qurban adalah taqarrub kepada Allah. Maka usahakan hewannya berkualitas prima dan top, bukan kualitas sembarangan. Berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW, tidak dibenarkan berkurban dengan hewan : 1. Yang nyata-nyata buta sebelah, 2. Yang nyata-nyata menderita penyakit dalam keadaan sakit, 3. Yang nyata-nyata pincang jalannya, 4. Yang nyata-nyata lemah kakinya serta kurus, 5. Yang tidak ada sebagian tanduknya, 6. Yang tidak ada sebagian kupingnya, 7. Yang terpotong hidungnya, 8. Yang pendek ekornya karena terpotongputus , 9. Yang rabun matanya. 30

G. Rukun dan Syarat Qurban.

Berqurban adalah disyariatkan bagi orang yang masih hidup dan mampu membeli atau memiliki binatang qurban, tidak disyariatkan berqurban bagi orang yang telah mati. Oleh karena itu tidaklah Rasulullah SAW berqurban dan diniatkan bagi orang yang telah mati secara tersendiri, seperti istri-istrinya, anak-anaknya, paman-pamannya, dan para kerabatnya, hanya saja ketika berqurban, Rasulullah SAW menyertakan keluarganya dalam niat qurbannya, dan bukan diniatkan untuk orang-orang yang telah mati secara tersendiri. Disyariatkan bagi yang hendak berqurban apabila datang bulan Dzul Hijjah utuk tidak memotong kuku atau mengambil sedikitpun dari rambut, kuku dan kulitnya, sehingga dia telah menyembelih qurbannya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Apabila masuk sepuluh hari awal Dzulhijjah, lalu di antara kamu hendak berqurban, maka sungguh janganlah mengambilmemotong rambut, dan kukunya sedikitpun sampai benar- benar dia menyembelih Qurbannya.” HR. Muslim Para ulama berbeda pendapat tentang hukum memotong atau mengambil rambut dan kukunya bagi orang yang hendak berqurban sebelum menyembelih qurbannya, sebagian ulama berpendapat makruh, akan tetapi pendapat yang lebih dekat kepada dalil adalah mengharamkannya. Ini didasari oleh asal hukum larangan adalah haram selama tidak ada dalil lain yang memalingkannya dan dalam masalah ini tidak ada yang memalingkannya. Rukun-rukun Udhhiyah Qurban 31 Rukun udhhiyah ada empat, yaitu: 1. Binatang ternak saja. Selainnya tidak boleh dan tidak sah udhhiyahnya, serta telah sampai umur yang ditetapkan syar’i. Dan dibolehkan berqurban dengan binatang ternak baik yang jantan maupun yang betina. 2. Waktu berqurban, yaitu Iedul Adhha dan hari-hari tasyriq. 3. Orang yang menyembelih, yaitu yang halal sembelihannya, maka ia sah untuk menyembelih. 4. Cara menyembelih, yaitu menyembelih, yaitu menyembelih binatang qurban dengan sekali sembelihan dengan memotong kerongkongan dan tenggorokan secara sempurna menggunakan alat untuk menyembelih. 16 Rukun itu sesuatu yang mesti ada dan tidak boleh di hilangkan, karena bila kita menghilangkan suatu rukun berarti ibadah kita tidak akan berdiri dan tidak akan jadi, karena rukun itu adalah tiang. bagaimana bisa berdiri suatu bangunan bila tiang itu tidak ada atau di robohkan.Begitu juga suatu ibadah, bagaimana bisa syah suatu ibadah bila rukun-rukunya itu di hilangkan. SYARAT-SYARAT QURBAN Qurban memiliki beberapa syarat yang tidak sah kecuali jika telah memenuhinya, yaitu: 1. Hewan qurbannya berupa binatang ternak, yaitu unta, sapid an kambing, baik domba atau kambing. 16 http:adekunya.wordpress.com20091125rukun-qurban . Diakses pada tanggal 06 desember 2010 32 2. Telah sampai usia yang dituntut syari’at berupa jaza’ah berusia setengah tahun dari domba atau tsaniyyah berusia setahun penuh dari yang lainnya. a. Ats-Tsaniy dari unta adalah yang telah sempurna berusia lima tahun b. Ats-Tsaniy dari sapi adalah yang telah sempurna berusia dua tahun c. Ats-Tsaniy dari kambing adalah yang telah sempurna berusia setahun d. Al-Jadza’ adalah yang telah sempurna berusia enam bulan 3. Bebas dari aib cacat yang mencegah keabsahannya, yaitu apa yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam. a. Buta sebelah yang jelastampak b. Sakit yang jelas. c. Pincang yang jelas d. Sangat kurus, tidak mempunyai sumsum tulang Dan hal yang serupa atau lebih dari yang disebutkan di atas dimasukkan ke dalam aib-aib cacat ini, sehingga tidak sah berqurban dengannya, seperti buta kedua matanya, kedua tangan dan kakinya putus, ataupun lumpuh. 4. Hewan qurban tersebut milik orang yang berqurban atau diperbolehkan di izinkan baginya untuk berqurban dengannya. Maka tidak sah berqurban dengan hewan hasil merampok dan mencuri, atau hewan tersebut milik dua orang yang beserikat kecuali dengan izin teman serikatnya tersebut. 5. Tidak ada hubungan dengan hak orang lain. Maka tidak sah berqurban dengan hewan gadai dan hewan warisan sebelum warisannya dibagi. 33 6. Penyembelihan qurbannya harus terjadi pada waktu yang telah ditentukan syariat. Maka jika disembelih sebelum atau sesudah waktu tersebut, maka sembelihan qurbannya tidak sah. 17 Para fuqaha sepakat, bahwa syarat-syarat bagi orang yang melakukan qurban adalah: 1. Muslim 2. Merdeka 3. Baligh 4. Berakal 5. Penduduk tetap suatu wilayah dan mampu. Yang dimaksud mampu, menurut madzhab Hanafi berarti memiliki senisab zakat di luar kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarganya. Sedangkan menurut madzhab Maliki berarti memiliki harta lebih dari kebutuhan primer dalam tahun itu. Dan madzhab Syafi’i mampu berarti ia memiliki harta seharga binatang qurban di luar kebutuhannya dan kebutuhan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Bagi madzhab Hambali menafsirkan kemampuan itu dengan kemungkinan mendapatkan harta seharga binatang qurban, sekalipun dalam bentuk utang, tetapi yang bersangkutan sanggup membayarnya. 17 http:wongkajangan.cybermq.compostdetail7990ketentuan--dan-syarat-qurban . diakses pada tanggal 06 desember 2010 34

H. Hikmah Berqurban.