3. Komitmen Profesi
Komitmen telah menjadi salah satu unsur penting dalam dunia kerja. Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang
dalam pekerjaan adalah komitmen, selain profesionalisme dan kompetensi. Alasan yang mendasari diperlukannya komitmen yang tinggi pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Kepercayaan
masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua
kebutuhan. Komitmen profesional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan
keterlibatan individu dengan profesinya. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan antara individu dengan tujuan dan nilai-nilai yang
ada dalam profesi termasuk nilai moral dan etika. Definisi komitmen profesional banyak digunakan dalam literatur akuntansi adalah sebagai: 1 suatu
keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam organisasi profesi 2 kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi 3
gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi Umi Muawanah,2001.
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas dan mentaati norma, aturan dan kode
13
etik profesi Robert. J Edelmann, 1997:103. Komitmen Profesi adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu
tersebut. Komitmen profesi dapat didefinisikan sebagai: 1 Sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari
profesi, sehingga dengan adanya komitmen profesi para anggota profesi akan melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan yang ditetapkan bagi profesinya
tanpa adanya paksaan, 2 Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi.
4. Profesionalisme Auditor Internal
Kata profesi itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Frofessus yang makna semula dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat
keagamaan. Oleh karena itu, ada pengertian khusus yang mendasari arti profesi. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.
Sedangkan profesional bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:897 profesi adalah : ’suatu bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian tertentu
seperti keterampilan, kejujuran, dan sebagainya”.
Menurut arens et all 2008:80 profesionalisme adalah : ”perilaku yang diharapkan pada seseorang ditingkat tertinggi dari anggota suatu
perkumpulan”.
14
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan
tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,
sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak.
Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy 2003;70, berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural
karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan
aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Dalam prakteknya, auditor seringkali diwarnai secara psikologis yang
kadang terlalu curiga, atau sebaliknya terkadang terlalu percaya terhadap asersi manajemen. Padahal seharusnya seorang auditor secara profesional
menggunakan kecakapannya untuk ‘balance’ antara sikap curiga dan sikap percaya tersebut. Ini yang kadang sulit diharapkan, apalagi pengaruh-pengaruh
15
di luar diri auditor yang bisa mengurangi sikap skeptisme profesional tersebut. Pengaruh itu bisa berupa ‘self-serving bias‘ karena auditor dalam melaksanakan
tugasnya mendapatkan imbalan dari auditee. Auditor dalam auditnya harus menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat dan seksama.
Auditor harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan
standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang
akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan juga
dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Kriteria profesionalisme auditor internal menurut Sawyer 2003; 10-11 adalah: 1. Pelayanan terhadap masyarakat
Auditor internal menyediakan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya baik
dalam perusahaan maupun organisasi. Kode etik audit internal mewajibkan anggota The Institute of Internal Auditors IIA untuk menghindari
keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang dan ilegal. Audit internal dalam memberikan pelayanan terhadap publik harus bekerja sama
dengan komite audit, dewan direksi, dan staff perusahaan lainnya.
16
2. Pelatihan jangka panjang Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang telah
mengikuti pelatihan, lulus dan ujian pendidikan audit internal dan telah mendapatkan sertifikasi.
Dapat disimpulkan bahwa auditor yang profesional baiknya mengikuti pelatihan profesi dalam jangka panjang agar dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, yang dibutuhkan dan selalu up to date terhadap perkembangan audit internal untuk mengiringi semakin meningkatnya
perekonomian di era globalisasi mi serta untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang auditor internal yang kompeten.
3. Taat pada kode etik Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan
menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif, auditor internal perlu
memelihara standar perilaku yang tinggi. Kode etik bagi para auditor internal memuat standar perilaku sebagai pedoman tingkah laku yang dikehendaki
dan anggota profesi secara individual. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal.
Para auditor internal wajib menjalankan tanggung jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat dan kehormatan. Pelanggaran terhadap
standar perilaku yang ditetapkan dalam kode etik dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dan organisasi profesinya.
17
4. Anggota dari organisasi profesi The Institute of Internal Auditors IIA merupakan asosiasi profesi
auditor internal tingkat internasional yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. IIA merupakan wadah bagi para auditor internal yang mengembangkan
bidang ilmu audit internal agar para anggotanya mampu bertanggung jawab dan kompeten dalam menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi standar,
pedoman praktik audit internal dan etika supaya anggotanya profesional dalam bidangnya.
B. Keterkaitan Antara Variabel Penelitian Hipotesis