B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan aturan etika berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme auditor internal?
2. Apakah penerapan standar profesi berpengaruh terhadap peningkatkan profesionalisme auditor internal?
3. Apakah penerapan komitmen berpengaruh terhadap peningkatkan profesionalisme auditor internal?
4. Apakah penerapan aturan etika, standar profesi, dan komitmen profesi secara bersamaan simultan berpengaruh terhadap profesionalisme auditor internal
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan etika terhadap peningkatan profesionalisme auditor internal
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar profesi terhadap peningkatan profesionalisme auditor internal
6
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan komitmen profesi terhadap peningkatan profesionalisme auditor internal
4. Untuk mengetahui Penerapan aturan etika, standar profesi, dan komitmen profesi terhadap peningkatan profesionalisme auditor internal.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Auditor Internal, dengan penelitian ini akan mendapat pemahaman untuk mengenai pentingnya menerapkan aturan etika, memahami standar
profesi dan memiliki komitmen untuk meningkatkan profesionalisme. 2. Bagi Perusahaan, dengan penelitian ini perusahaan dapat melihat sejauh
mana auditor internal yang bekerja di dalam perusahaan tersebut menerapkan aturan etika, memahami standar profesi dan memiliki
komitmen untuk meningkatkan profesionalisme. 3. Bagi Akuntan, informasi ini dapat digunakan sebagai motivasi bagi para
Akuntan untuk dapat lebih profesional dalam mengembangkan tugasnya serta dapat meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang Akuntan
4. Bagi Peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang lebih luas dalam memahami hal etika dan
profesionalisme baik secara teoti maupun praktik, serta menjadi acuan bagi peneliti lain yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis 1. Aturan Etika
Pengertian etika dalam bahasa latin, ”ethica”. Bersifat falsafah moral yang merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang
budaya, susila serta agama. Sedangkan menurut Keraf 1998, etika secara harfiah berasal dari yunani ”ethos” yang artinya sama persis dengan moralitas,
yaitu adat kebiasaan baik. Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila
berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar, dan bagus. Selanjutnya selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut
dengan kaidah profesional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu merupakan konsesus, maka etika tersebut
dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya disebut sebagai ”kode etik”. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu dikucilkan atau disingkirkan
dari pergaulan kelompok propfesi yang bersangkutan Desriani, 1993 dalam Sihwahjoeni dan M. Gudono, 2000
Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002, memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah seperangkat pedoman, aturan atau norma
8
yang menagtur tingkah laku seseorang, baik yang dilakukan atau ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau profesi..
Menurut Charmichael, et all 1993;45 etika didefinisikan sebagai berikut:
“etika adalah pengaturan desain utunk menjaga profesionalisme atas derajat martabat, untuk menunutun kerabat yang lain dan untuk memberi jaminan
kepada public bahwa professional akan menjaga perbuatannya. Etika berasal dari nilai pokok, dan banyak diantaranya menjadi yang professional”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa etika profesional merupakan prinsip moral yang menunjukan perilaku yang baik dan
yang buruk yang bersangkutan dengan suatu profesi. Etika profesi berkaitan dengan independensi, disiplin pribadi, dan integritas moral profesional.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral
dan mengatur tentang perilaku profesional. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dan yang dilakukan secara perseorangan. Kepercayaan
masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhannya.
Menurut Wibowo 2006 Auditor Internal diharapkan menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
9
1. Integritas. Integritas auditor internal menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi
dasar bagi pengandalan atas judgment mereka. 2. Objektivitas.
Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional pada tingkat yang tertinggi ketika mengumpulkan, mengevaluasi, dan melaporkan informasi
kegiatan atau proses yang sedang diuji. Auditor internal melakukan penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan dan tidak terpengaruh oleh
kepentingannya sendiri atau kepentingan orang lain dalam membuat keputusannya.
3. Kerahasiaan Auditor internal menghargai nilai dan pemilikan informasi yang mereka
terima dan tidak memaparkan informasi tersebut tanpa persetujuan yang berwenang, kecuali bila diwajibkan untuk melakukan itu berdasarkan
tuntutan hukum atau profesi. 4. Kompetensi
Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan audit internal.
10
2. Standar Profesi
Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesedian menerima tanggung-jawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak
yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung-jawab ini secara efektif, auditor internal perlu memelihara standar perilaku dan memiliki standar
praktik pelaksanaan pekerjaan yang handal. Standar Profesi Audit Internal ini merupakan awal dari serangkaian
Pedoman Praktik Audit Internal PPAI, yang diharapkan menjadi sumber rujukan bagi internal auditor yang ingin menjalankan fungsinya secara
profesional. Rahayu 2004 menyatakan bahwa profesi akuntansi mempunyai
tanggung jawab dalam mengemban kepercayaan yang diberikan masyarakat kepadanya berupa tanggung jawab moral dan tanggung jawab professional.
Akuntansi mempunyai tanggung professional terhadap asosiasi profesi dengan berpegang teguh pada standar profesi yang dikeluarkan asosiasi. Ikatan Akuntan
Indonesia yang merupakan organisasi profesi telah melahirkan standar profesi akuntansi yang digunakan sebagai pedoman praktik akuntansi, meliputi Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik, dan Kode Etik Jabatan Akuntan.
Menurut Bintoro 2008 Standar Profesi Internal Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja Internal Auditor
11
dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu melakukan
pemeriksaan dan pelaporan. Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal
Auditor. sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal
Auditor. Menrut Bintoro 2008 Standar Profesi Internal Audit mempunyai
tujuan : 1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten dalam mengevaluasi kegiatan
dan kinerja unit internal audit maupun individu auditor. 2. Sebagai sarana bagi perusahaan dalam memahami peran, ruang lingkup, dan
tujuan internal audit. 3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi.
4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan internal audit dalam meningkatkan kinerja kegiatan organisasi.
5. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya.
12
3. Komitmen Profesi
Komitmen telah menjadi salah satu unsur penting dalam dunia kerja. Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang
dalam pekerjaan adalah komitmen, selain profesionalisme dan kompetensi. Alasan yang mendasari diperlukannya komitmen yang tinggi pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Kepercayaan
masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua
kebutuhan. Komitmen profesional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan
keterlibatan individu dengan profesinya. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan antara individu dengan tujuan dan nilai-nilai yang
ada dalam profesi termasuk nilai moral dan etika. Definisi komitmen profesional banyak digunakan dalam literatur akuntansi adalah sebagai: 1 suatu
keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam organisasi profesi 2 kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi 3
gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi Umi Muawanah,2001.
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas dan mentaati norma, aturan dan kode
13
etik profesi Robert. J Edelmann, 1997:103. Komitmen Profesi adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu
tersebut. Komitmen profesi dapat didefinisikan sebagai: 1 Sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari
profesi, sehingga dengan adanya komitmen profesi para anggota profesi akan melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan yang ditetapkan bagi profesinya
tanpa adanya paksaan, 2 Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi.
4. Profesionalisme Auditor Internal
Kata profesi itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Frofessus yang makna semula dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat
keagamaan. Oleh karena itu, ada pengertian khusus yang mendasari arti profesi. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.
Sedangkan profesional bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:897 profesi adalah : ’suatu bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian tertentu
seperti keterampilan, kejujuran, dan sebagainya”.
Menurut arens et all 2008:80 profesionalisme adalah : ”perilaku yang diharapkan pada seseorang ditingkat tertinggi dari anggota suatu
perkumpulan”.
14
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan
tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,
sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak.
Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy 2003;70, berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural
karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan
aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Dalam prakteknya, auditor seringkali diwarnai secara psikologis yang
kadang terlalu curiga, atau sebaliknya terkadang terlalu percaya terhadap asersi manajemen. Padahal seharusnya seorang auditor secara profesional
menggunakan kecakapannya untuk ‘balance’ antara sikap curiga dan sikap percaya tersebut. Ini yang kadang sulit diharapkan, apalagi pengaruh-pengaruh
15
di luar diri auditor yang bisa mengurangi sikap skeptisme profesional tersebut. Pengaruh itu bisa berupa ‘self-serving bias‘ karena auditor dalam melaksanakan
tugasnya mendapatkan imbalan dari auditee. Auditor dalam auditnya harus menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat dan seksama.
Auditor harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan
standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang
akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan juga
dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Kriteria profesionalisme auditor internal menurut Sawyer 2003; 10-11 adalah: 1. Pelayanan terhadap masyarakat
Auditor internal menyediakan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya baik
dalam perusahaan maupun organisasi. Kode etik audit internal mewajibkan anggota The Institute of Internal Auditors IIA untuk menghindari
keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang dan ilegal. Audit internal dalam memberikan pelayanan terhadap publik harus bekerja sama
dengan komite audit, dewan direksi, dan staff perusahaan lainnya.
16
2. Pelatihan jangka panjang Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang telah
mengikuti pelatihan, lulus dan ujian pendidikan audit internal dan telah mendapatkan sertifikasi.
Dapat disimpulkan bahwa auditor yang profesional baiknya mengikuti pelatihan profesi dalam jangka panjang agar dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, yang dibutuhkan dan selalu up to date terhadap perkembangan audit internal untuk mengiringi semakin meningkatnya
perekonomian di era globalisasi mi serta untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang auditor internal yang kompeten.
3. Taat pada kode etik Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan
menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif, auditor internal perlu
memelihara standar perilaku yang tinggi. Kode etik bagi para auditor internal memuat standar perilaku sebagai pedoman tingkah laku yang dikehendaki
dan anggota profesi secara individual. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal.
Para auditor internal wajib menjalankan tanggung jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat dan kehormatan. Pelanggaran terhadap
standar perilaku yang ditetapkan dalam kode etik dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dan organisasi profesinya.
17
4. Anggota dari organisasi profesi The Institute of Internal Auditors IIA merupakan asosiasi profesi
auditor internal tingkat internasional yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. IIA merupakan wadah bagi para auditor internal yang mengembangkan
bidang ilmu audit internal agar para anggotanya mampu bertanggung jawab dan kompeten dalam menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi standar,
pedoman praktik audit internal dan etika supaya anggotanya profesional dalam bidangnya.
B. Keterkaitan Antara Variabel Penelitian Hipotesis
1. Dampak Penerapan Aturan Etika Dalam Meningkatkan Profesionalisme
Auditor Internal
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral
dan mengatur tentang perilaku profesional. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dan yang dilakukan secara perseorangan. Kepercayaan
masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhannya.
Etika profesional merupakan prinsip moral yang menunjukan perilaku yang baik dan yang buruk yang bersangkutan dengan suatu profesi. Etika
18
profesi berkaitan dengan independensi, disiplin pribadi, dan integritas moral profesional.
Penelitian yang dilakukan oleh Enjel 2006 menunjukan bahwa penerapan aturan etika memiliki pengaruh dalam meningkatkan profesionalisme
auditor internal. Kondisi ini menunjukan bahwa apabila auditor internal menerapkan aturan etika maka akan semakin meningkatkan profesionalismenya
sebagai seorang auditor internal. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan uraian tersebut di atas,
maka hipotesis penelitian ini adalah: Ha1: Aturan etika memiliki dampak dalam meningkatkan profesionalisme
auditor internal.
2. Dampak Standar Profesi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Auditor Internal
Standar Profesi Auditor Internal merupakan hal yang mengikat auditor internal dalam pelaksanaan audit internal. Profesi auditor internal memiliki
Standar Profesi yang dipakai sebagai patokan dalam pelaksanaan tugas auditor internal yang dilakukan agar tujuan audit internal tercapai. Dalam pencapaian
tujuannya, audit internal haruslah menunjukkan kinerja yang baik sesuai dengan Standar Profesi Auditor Intenal.
19
Karena standar profesi memberikan gambaran dengan jelas mengenai penugasan yang dilakukannya dan tujuan yang ingin dicapai melalui audit
internal yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Effendi 2009 menyatakan bahwa
standar profesi memiliki dampak dalam meningkatkan profesionalisme auditor internal. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintoro 2008
Standar Profesi Internal Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit
sangat menekankan kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan.
Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil
audit akan dapat dipakai dengan penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal Auditor. sehingga
diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal Auditor.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ha2: Standar profesi memiliki dampak dalam meningkatkan profesionalisme auditor internal.
20
3. Dampak Komitmen Profesi Dalam Meningkatkan Profesionalisme
Auditor Internal
Menurut Lord dan DeZoort 2001 auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan berperilaku selaras dengan kepentingan publik dan tidak akan
merusak profesionalismenya. Sebaliknya auditor dengan komitmen profesi yang rendah akan berpotensi untuk berperilaku disfungsional misalnya
mengutamakan kepentingan klien. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Muawanah 2002 menguji
hubungan antar komitmen profesi pemahaman etika dan sikap ketaatan pada aturan, hasilnya menunjukkan bahwa akuntan dengan profesi yang kuat,
perilakunya lebih mengarah pada aturan dibanding akuntan dengan komitmen profesi yang rendah.
Dengan demikian dalam penelitian ini menyatakan bahwa auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan mempertahankan perilaku yang
menyimpang dibandingkan dengan auditor dengan komitmen profesi yang rendah dan dapat meningkatkan profesionalisme auditor.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ha3: Komitmen profesi memiliki dampak dalam meningkatkan profesionalisme auditor internal.
21
4. Dampak penerapan aturan etika, standar profesi dan komitmen profesi
dalam meningkatkan profesionalisme auditor internal
Berdasarkan uraian dan hipotesis dari amsing-masing variabel di atas, diambil hipotesis untuk keseluruhan variabel simultan sebagai berikut:
Ha4: Aturan etika, standar profesi, dan komitmen profesi memiliki dampak dalam meningkatkan profesionalisme auditor internal.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka pemikiran yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada gamba di bawah ini:
Standar Profesi Komitmen Profesi
Profesionalisme Auditor Internal
Aturan Etika
22
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas yaitu untuk menganalisis dampak aturan etika, standar profesi, dan
komitmen profesi terhadap profesionalisme auditor internal. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan ada tiga variabel yang terdiri dari aturan
etika, standar profesi, dan komitmen profesi, sedangkan variabel dependennya adalah profesionalisme auditor internal.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling yang termasuk dalam non-probability
sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
dan masalah penelitian Indriantoro dan Supomo, 2002. Adapun kriteria responden yang digunakan adalah auditor internal
baik junior maupun senior dengan masa kerja kurang atau lebih dari tiga tahun pada 72 Sampel yang dipilih adalah auditor senior. Ukuran sampel ditetapkan
dengan cara Non Statistical Sampling, di mana besarnya sampel tanpa menggunakan rumus perhitungan penentuan besarnya sampel. Populasi
responden terdiri dari 72 auditor internal di 2 perusahaan di wilayah Jakarta.
23
C. Metode Pengumpulan Data