Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Bank Swasta Nasional (BUSN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENYALURAN KREDIT BANK SWASTA NASIONAL (BUSN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

DIAJUKAN OLEH :

NAMA : ROBERT REYNALDI BANGUN NIM : 050501112

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Analysis Credits of Private National Banks influence economic growth in Indonesian

Abstract

Purpose of this research is to analyse Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian during range of time 1983-2007. As for independent variable in this research is Credits of Private National Banks and employment

Method applied in analysis to Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 5.1.

The result shows that coefficient determination (R2) equal to 0.978474. it means that variable independent Credits Of Private National Banks and employment are able to give explanation to variabel dependent economic growth amount of 97.84 %. Meanwhile, the residual 2.16% explained by other variabels which net included in the estimation model F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88), it means that Credits of Private National Banks and employment are overall influence significantly om economic growth in Indonesian at 99% level


(3)

Analisis pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit pada bank umum swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 1983-2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kredit bank umum swasta nasional, dan kesempatan kerja (penduduk yang bekerja)

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil menunjukkan bahwa koefisien determinannya (R2) adalah sama dengan 0.978474 yang berati bahwa variabel independen kredit bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 97,84 % sedangkan sisanya 2,16% dijelaskan pleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model estimasi. F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88) yang berarti bahwa kredit yang disalurkan bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja secdara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.


(4)

KATA PENGANTAR Bismillaahir rahmaanir rahiim

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, Dzat yang hanya kepada-Nya semua makhluk bergantung. Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya. Saya memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya dengan pujian yang tiada habisnya, sebaik-baik pujian yang harus dipujikan. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu baginya. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada sebaik-baik hamba pilihan, Muhammad Sholallohu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari kiamat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan . oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk lebih menyempurnakan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerina bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Drs. Alexander Bangun dan Ibu (almh) Emsyahwati Br Sitepu yang telah mengasuh, mendidik, serta membesarkan penulis dan terutama atas doa mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.


(5)

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc Selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. H. B. Tarmizi, SU selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan skripsi ini.

5. Bapak DR. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Drs. A. Samad Zaino, MS selaku dosen pembanding yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga selesai skripsi ini.

6. Bapak Drs. Arifin Siregar selaku dosen wali yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi.

7. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Septian, Nopiansyah Putra, Riki, Alex, Rahmadi, Abdul, Wirda. Dan kepada semua teman-teman satu angkatan di Ekonomi Pembangunan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan kerja sama, inspirasi, do’a, dan kebersamaan selama ini.

8. Abang dan adik-adik penulis yaitu Rizki Ade Roy Bangun, Rinesia Bangun, dan Rora Bangun.


(6)

Tak banyak yang dapat diberikan penulis kepada semua pihak tersebut, selain ucapan terima kasih dan semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang lebih baik.

Medan, Mei 2009


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Hipotesis ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 11

2.1.1 Fungsi Bank ... 12

2.1.2 Sumber-sumber Dana Bank ... 13

2.2 Kredit ... 16

2.2.1 Pengertian Kredit ... 16

2.2.2 Unsur-unsur Kredit...17

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit...19

2.2.4 Fungsi kredit...20

2.2.5 Jenis-Jenis Kredit...22


(8)

2.2.7 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit...27

2.3 Ketenagakerjaan ... 30

2.3.1 Kesempatan Kerja ... 30

2.3.2 Teori Ketenagakerjaan...31

2.3.3 Konsep Ketenagakerjaan...35

2.3.4 Struktur Ketenagakejaan...38

2.4 Pertumbuhan Ekonomi ... 39

2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 40

2.4.2 Produk Domestik Bruto (PDB) ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 51

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 51

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan data ... 52

3.4 Pengolahan Data ... 52

3.5 Model Analisis Data ... 52

3.6 Test of goodness of fit (uji kesesuaian) ... 54

3.6.1 Koefisien Determinasi...54

3.6.2 Uji t-statistik...54

3.6.3 Uji F-statistik...55

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 56

3.8 Defenisi Operasional Variabel ... 58

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 59

4.2 Perkembangan Kredit...64

4.3 Perkembangan Tenaga Kerja...67

4.4. Hasil Estimasi ... 71

4.4.1 Interpretasi Model ... 71

4.5. Test of Goodness of Fit ... 73


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 79 5.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 1983 – 2007 Atas

Dasar Harga Konstan tahun 1983 ... 61

4.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran periode 2004 – 2007 Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) ... 62

4.3 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan periode 2004-2007 (%) ... 64

4.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Swasta Nasional ... 65

4.5 Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia... 67

4.6 Angkatan Kerja, Bekerja, Tingkat Pengangguran Terbuka ... 69

4.7 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor serta Pertumbuhan Tenaga Kerja ... 70


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 32

3.1 Kurva uji F-statistik ... 55

4.5 Kurva Durbin Watson test ... 57

3.1 Kurva uji t-statistik Kredit Bank Umum Swasta Nasional ... 74

4.2 Kurva uji t-statistik Kesempatan Kerja ... 75

4.4 Kurva uji F-statistik ... 76


(12)

DAFTAR GRAFIK

No Grafik Judul Halaman

4.1 Kredit Modal Kerja, Kredit Konsumsi, Kredit Investasi


(13)

Analysis Credits of Private National Banks influence economic growth in Indonesian

Abstract

Purpose of this research is to analyse Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian during range of time 1983-2007. As for independent variable in this research is Credits of Private National Banks and employment

Method applied in analysis to Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 5.1.

The result shows that coefficient determination (R2) equal to 0.978474. it means that variable independent Credits Of Private National Banks and employment are able to give explanation to variabel dependent economic growth amount of 97.84 %. Meanwhile, the residual 2.16% explained by other variabels which net included in the estimation model F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88), it means that Credits of Private National Banks and employment are overall influence significantly om economic growth in Indonesian at 99% level


(14)

Analisis pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit pada bank umum swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 1983-2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kredit bank umum swasta nasional, dan kesempatan kerja (penduduk yang bekerja)

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil menunjukkan bahwa koefisien determinannya (R2) adalah sama dengan 0.978474 yang berati bahwa variabel independen kredit bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 97,84 % sedangkan sisanya 2,16% dijelaskan pleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model estimasi. F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88) yang berarti bahwa kredit yang disalurkan bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja secdara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan ataupun kenaikan tingkat kesejahteraan suatu bangsa atau negara. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Dalam rangka pembiayaan kegiatan perekonomian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pemberian kredit perbankan mempunyai peranan yang penting. Dalam kaitan ini, kebijakan pemerintah yang ditempuh di bidang perkreditan diarahkan utuk membiayai sektor-sektor ekonomi yang mempunyai produktivitas tinggi sehingga alokasi dana secara makro dapat tercapai dengan lebih efisien.Peranan kredit perbankan di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan pekerjaan, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu , kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemrataan kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut perioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehinmgga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan. (Aulia, 2008)


(16)

Sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 4 yang berisikan perbankan nasional betujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Menurut Undang-undang pokok perbankan nomor 7 tahun 1992, dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 maka yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bantuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Dalam fungsinya sebagai agent of development bank merupakan suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas penyaluran dana dan kemudahan-kemudahan dalam melakukan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh pelaku kegiatan ekonomi.

Sejak dikeluarkannya deregulasi kebijakan 1 Juni 1983. kebijakan ini merupakan kebijakan yang bersifat struktural dan sangant fundamental. Inti kebijakan ini adalah penghapusan ketentuan pagu kredit, penghapusan KLBI kecuali untuk sektor yang berperioritas, dan pembebasan bagi bank- bank untuk menetapkan tingkat suku bunga, sumber dana dan kredit kecuali sektor yang diperioritaskan.


(17)

Kebijakan deregulasi ini berpengaruh positif terhadap ekonomi dengan tersediannya tambahan alternatif pendanaan untuk kegiatan ekonomi dan terjadinya peningkatan ekspor non migas sebagai hasilnya perbankan menduduki posisi penting dalam proses pembangunan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja

Deregulasi paket oktober (pakto) dimana kebijakan ini merupakan kebijakan moneter dan perbankan ini memiliki cakupan yang sangat luas dan sangat liberal, di samping karena menyentuh semua sektor ekonomi juga banyaknya bidang usaha perbankan yang sebelumya diatur dengan ketentuan yang ketat menjadi diperlonggar bahkan banyak diantaranya dihapus dan dipermudah. Langkah- langkah tersebut diambil dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi serta upaya perluasan kesempatan kerja. Adapun cakupan dan sasaran yang dikeluarkan pemerintah pada tanggal 27 oktober 1988 tersebut antara lain, pembukaan izin pendirian bank- bank baru dengan ketentuan modal disetor yang relatif kecil, kemudahan membuka kantor-kantor cabang bank, ketentuan likuidasi wajib diturunkan dari 15% menjadi 2%.

Periode 1997-1999 merupakan masa krisis bagi industri perbankan indonesia. Krisis perbankan dimulai dengan timbulnya kesulitan likuiditas yang diakibatkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah yang berakibat pada kesulitan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap luar negeri dan kesulitan nasabahnya dalam melunasi hutangnya kepada bank. Situasi tersebut di perberat dengan melemahnya kondisi internal sektor perbankan , terutama sebagai dampak dari lemahnya manajemen, moral hazard, terbatasnya informasi kondisi keuangan bank, dan belum efektifnya


(18)

pengawasan yang dilakukan bank Indonesia. Lemahnya manajemen bank telah mendorong pemberian kredit yang terkonsentrasi hanya kepada beberapa debitur, khususnya kepada individu dan atau kelompok usaha yang terkait dengan bank. Konsentrasi kredit tersebut telah mengkibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap kelangsungan usaha debitur dimaksud. Sehingga krisis yang juga melanda usaha debitur telah memperburuk kinerja perbankan secara keseluruhan.

Sejak pencabutan izin usaha 16 bank yang tidak sehat dan tidak solvabel pada 1 november 1997. hal ini terjadi karena kebijakan penutupan bank dilakukan tanpa persiapan yang memadai untuk menghindari rush. Pencabutan izin usaha terhadap 16 bank semula ditunjukkan untuk memperbaiki kepercayaan justru memperburuk keadaan . sehingga mengakibatkan kepanikan masyarakat yang mendorong terjadinya penarikan dana perbankan yang cukup besar dan pemindahan dana yang dianggap lemah ke bank yang dinilai kuat.

Dalam rangka mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan mencegah bank runs, pemerintah melakukan 2 kebijakan penting, yaitu 1) memberikan blanket guarantee dan 2) pendirian Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Pemberian blanket guarantee pada akhir bulan Januari 1998 merupakan kebijakan untuk menjamin kewajiban bank terhadap deposan dan kewajiban kreditur dalam dan luar negeri. Sementara pendirian BPPN dimaksudkan 1) mengawasi secara intensif bank terkait dengan program restrukturisasi dan 2) pegelolaan aset dari bank yang direstrukturisasi. Program penyehatan perbankan nasional tersebut ternyata belum cukup untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan,


(19)

seperti tercermin dari masih terdapatnya penarikan dana yang cukup besar pada beberapa bank. Kondisi ini memaksa Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan bantuan likuiditas dalam rangka menghindarkan resiko sistematis (systemic risk) terhadap perbankan nasional. Bantuan likuiditas dalam kerangka lender of the last resort tersebut lebih dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). (Iman Sugema dan Iskandar Simorangkir. 2004).

Kondisis kesulitan likuiditas dan depresiasi rupiah yang kemudian diikuti oleh kenaikan suku bunga sebagai konsekuensi upaya penstabilan harga serta nilai tukar rupiah telah memperburuk kinerja debitur sehingga kredit bermasalah semakin membengkak.

Perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan: Bank pemerintah (Bank BUMN), Bank Swasta Nasional, Bank Pembangunan Daerah, Bank Asing.

Sehingga kredit yang disalurkan oleh bank berdasarkan kepemilikan dapat diperbandingkan dalam penyaluran kredit diantaranya :

1. Bank persero

Atau sering disebut juga bank pemerintahan yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah . kelompok bank ini menyumbang penyaluran kredit dari total keseluruhan kredit yakni sebesar 35.6 % dari total kredit.

2. Bank swasta asing

Bank swasta yang yang sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia atau berbadan hukum Indonesia walaupun sebahagian besar sahamnya dikuasai oleh


(20)

lembaga-lembaga keuangan Internasional yang memiliki modal kuat dan berpengalaman bersaing di tingkat global bukan dianggap sebagai bank asing dan bank tersebut didalam direktori perbankan Indonesia tahun 2007 masih di kategorikan ke dalam bank umum swasta nasional. Seperti BCA, Bank Danamon, BII, Bank Lippo, Bank Buana Indonesia, dan bank NISP.

3. Bank umum swasta nasional

Merupakan bank yang berbadan hukum indonesia yang sebahagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara indonesia atau badan hukum indonesia. Kelompok bank ini menyumbang penyaluran kredit dari total keseluruhan kredit yakni sebesar 47,43 % dari total kredit pada tahun 2007 dibandingkan pada tahun 2006 sebesar 46,38 %. Sedangkan berdasarkan penggunannya kredit modal kerja, investasi dan konsumsi menyumbang penyaluran kredit pada kelompok bank terhadap total kredit bank tersebut pada tahun 2007 yakni masing-masing sebesar 52,15 %; 17,70 %; dan 30,15 %. Sedangkan dana pihak ketiga yang dihimpun kelompok bank tersebut pada tahun 2007 tumbuh 16,5% dibandingkan tahun sebelumya yang hanya tumbuh 14,2%. Sedangkan LDR berada pada posisi 67,3% pada tahun 2007 dibandingkan pada tahun 2006 yang berada pada posisi 61,8%.

Sedangkan dari ketenagakerjaan, dalam rangka mengatasi masalah ketenaga kerjaan maka usaha perluasan dan peningkatan kesempatan kerja mendapat prioritas yang tinggi melalui kegiatan pembangunan yang merata di semua sektor ekonomi dan wilayah.disamping itu dilakukan pula usaha penyebarluasan dan pemanfaatan tenaga


(21)

kerja secara lebih berdaya guna, maka pemerintah senantiasa mengambil berbagai kebijaksanaan secara terpadu yang melibatkan semua institusi pemerintah dan swasta untuk menciptakan kesempatan kerja sebanyak mungkin. (Laporan tahun pembukuan Bank Indonesia 1983/1984, hal : 95)

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia selain dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang berkembang lebih cepat juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian itu sendiri. Dengan tidak tersedianya lapangan kerja yang mampu mengimbangi pertumbuhan kesempatan kerja maka akan terjadi pengangguran. Penggangguran yang tidak segera diatasi menimbulkan dampak yang berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mengatasi pengangguran adalah dengan memperluas kesempatan kerja. Kesempatan kerja disini didekati dengan jumlah orang yang bekerja. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan pada tahun 2007 diiringi oleh penyerapan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi yang berdampak pada penurunan angka penggangguran. Data terkini Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2007 mencapai 109,9 juta orang, naik sebesar 3,6 juta orang jika dibandingkan dengan Agustus 2006. Peningkatan angkatan kerja ini juga diikuti oleh jumlah penduduk yang bekerja. Pada Agustus 2007, jumlah penduduk yang bekerja meningkat sebesar 4,5 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2006. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan angkatan kerja mendorong tren penurunan persentase tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2007 menjadi 9,1% dibandingkan dengan 10,3% pada Agustus 2006.


(22)

Sedangkan komposisi penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha pada agustus 2007 yakni sektor pertanian, pertambangan, industri yakni sebesar 41,24 %, 1%, 12,38 %. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor transportasi, sektor keuangan, dan sektor jasa kemasyarakatan yakni masing-masing sebesar 0,18 %; 5,26 %; 20,57 %; 5,96%; 1,40%; 12,03%.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukam penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “analisis pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan , maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilkukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi, antara lain :

1. Bagaimana pengaruh jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum Swasta Nasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Bagaimana pengaruh kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia


(23)

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara permasalahan yang ada, dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti malalui data yang terkumpul. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut

1. Jumlah kredit yang disalurkan bank umum swasta nasional berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

2. Jumlah kesempatan kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah kredit yang disalurkan Bank umum swasta nasional terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesempatan kerja terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi terutama departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya


(24)

b. Sebagai masukan bagi kalangan akedemisi dan penelitian yang tertarik untuk membahas mengenai topik yang sama.

c. Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni

d. Sebagai penambah, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering juga disebut lembaga kepercayaan. Sejalan dengan kareteristik usaha tersebut, maka bank merupkan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan ini tidak terlepas dari perananya dalan pelaksaan kebijakan moneter . bank dapat mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter.

Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998:

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.


(26)

2. Bank umum adalah bank yang melakasanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atas berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran

2.1.1 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebiih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, agent of services.

1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan. Baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat akan percay bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat atau dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik , debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percayabahwa debitur juga mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.


(27)

2. Agent of development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sector moneter dan sector rill, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor rill tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tiidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegitan perekonomian di sektor rill. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.

3. Agent of services

Jasa- jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa- jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.1.2 Sumber-Sumber Dana bank

Yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha dalam bank menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya dalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan pinjaman) bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebut bank mencari keuntungan.


(28)

Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut : 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya.. Akan tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Di samping itu pihak perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan.

Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari : a) Setoran modal dari pemegang saham.

b) Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pegang saham. Cadangan ini disengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dai sumber dana ini paling dominan, asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya menarik dna dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif lebih


(29)

mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk :

a. Simpanan giro b. Simpanan tabungan c. Simpanan deposito.

Simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bunga atau balas jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan bunga simpanan tabungan dan simpanan deposito. Sedangkan simpanan tabungan dan simpanan deposito merupakan dana mahal, hal ini disebabkan bunga yang dibayar kepada pemegangnya relatif lebih tinggi , jika dibandingkan dengan jasa giro.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh :

1. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.

2. Pinjaman antar bank biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.


(30)

3. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh dari perbankan dari pihak luar negeri.

4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

2.2 KREDIT

2.2.1 Pengertian Kredit

Menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.menurut undang-undang tersebut, penyedian dana untuk nasabah tidak hanya bisa dilakukan dalam bentuk kredit. Penyediaan dana tersebut dapat juga berupa penyediaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti tercantum dalam pasal 1 UU No.10 tahun 1998. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini biasanya mendominasi sebagian besar pengalokasian dana bank.

Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa latin kredit berarti ”credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi sipenerima


(31)

kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.

Sebelum kredit diberikan, untuk menyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dipercaya maka, bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit . Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan , prospek usahanya, jaminan yang diberikan seta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk di berikan.namun faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebahagian besar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin salah dalam pengelolaan dan faktor bencana alam.

2.2.2 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tetentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan


(32)

penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga terkandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang masa suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebalinya. Resiko ini akan menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan istilah bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi


(33)

kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.2.3 Tujuan Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut bank didirikan.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah: 1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka bisa kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan)

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah.

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyaknya kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.


(34)

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah : 1. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank

2. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk pembagunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih mengganggur.

3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

4. Menghemat devisa negara, terutama untuk poduk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

5. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

2.2.4 Fungsi Kredit

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.


(35)

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaan barang.

Kredit dapat menambah dan memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit digunakan untuk


(36)

membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu akan membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan dan jasa lainnya.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

2.2.5 Jenis-jenis Kredit

Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis.

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain : A. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untguk keperluan perluasan usaha atau pembangunan proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja antara lain untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.


(37)

B. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Contoh kredit yakni untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini yakni kredit ekspor dan impor.

C. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.


(38)

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti kredit perkebunan.

D. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan denganmelihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

E. Berdasarkan segmen usaha

Berdasarkan segmen usaha , kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit pertanian, kredit industri, kredit jasa.


(39)

a. Kredit pertanian

Kredit pertanian adalah kredit yang disalurkan kepada sektor usaha pertanian, seperti peternakan dan perkebunan. Kredit –kredit tersebut dapat disalurkan kepada petani-petani kecil di pedesaan, seperti yang dilakukan BRI unit desa. Nilai kredit yang disalurkan biasanya tidak besar, dalam arti tidak mencapai ratusan juta rupiah. Kredit pertanian juga dapat diberikan kepada perkebunan besar seperti perkebunan kelapa sawit dan karet, yang investasinya mencapai puluhan miliar rupiah.

b. Kredit industri

Kredit yang disalurkan kepada sektor industri ada yang untuk industri kecil dan rumah tangga, tetapi ada juga yang untuk yang rumah tangga misalnya industri tahu, tempe, garmen, dan kerajinan tangan. Industri-industri besar antara lain kimia atau farmasi. Di Indonesia, penyaluran kredit untuk sektor industri umumnya lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.

c. Kredit jasa

Kredit jasa adalah kredit yang disalurkan kepada sektor jasa baik untuk UKM maupun besar. Kredit sektor jasa yang disalurkan kepada UKM umumnya untuk kegitan perdagangan kecil (toko-toko) dan rumah makan. Sektor-sektor jasa yang termasuk usaha besar, misalnya perdagangan besar, restoran mewah dan hotel-hotel berbintang.


(40)

2.2.6 Jaminan Kredit

Berdasarkan tidak adanya jaminan, kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit dengan jaminan (secured loan) dan kredit tanpa jaminan (unsecured loan).

a. Kredit dengan jaminan (secured loan)

Kredit dengan jaminan (secured loan) adalah kredit yang disertai dengan jaminan atau agunan. Jaminan tersebut diserahkan oleh nasabah peminjam seperti tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, dan beberapa harta wujud lainnya yang berharga dan dapat diterima oleh perbankan sebagai agunan. Jaminan yang diserahkan debitur dapat juga berbentuk surat-surat berharga (aset finansial), seperti saham, obligasi, deposito yang dibekukan. Barang atau asset yang dijaminkan kepada peminjam harus lebih besar dari nilai kredit yang diberikan. Ada bank yang hanya bersedia memberikan pinjaman yang besarnya separuh dari asset yang dijaminkan. Ada juga yang bersedia memberikan lebih besar dari pada itu, tetapi tidak akanlebih besar dari nilai jaminannya. Kadang-kadang jaminan yang diberikan bukan barang atau aset finansial, melainkan seseorang atau pribadi yang sangat dipercaya oleh bank. Jika terjadi sesuatu yang merugikan kredit, maka orang tersebutlah yang dimintai pertanggungjawaban.

b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan)

Kredit tanpa jaminan (unsecured loan) dapat diberikan kepada seseorang atau perusahaan tertentu dengan beberapa alasan. Yang pertama, orang tersebut sudah sangat dikenal, teruji dan dipercaya oleh pihak bank. Yang kedua, prospek usaha debitur sangat baik dan biasanya juga terkait dengan penilaian bank tentang reputasi


(41)

orang atau perusahaan tersebut. Kredit tanpa jaminan juga dapat diberikan kepada perusahaan –perusahaan kecil dan atau pengusaha lemah. Namun pemberiannya harus sangat selektif, Karena pemberian kredit tanpa jaminan sangat berisiko.

2.2.7 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum biasanya sesuatu fasilitas kredit di berikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut akan diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabah. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah-nasabah yang benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut : 1. Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga. Ini semuanya merupakan ukuran ”kemauan” membayar.

2. Capacity.

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan


(42)

kemampuan dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam manjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat ” kemampuannya” dalam mengendalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca atau laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usahayang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga memungkinkan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.


(43)

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut : 1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakupsikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasakan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termsuk kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

4. Prospect

Yaitu untuk melihat usaha nasabah di masa yang aka datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting untuk mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.


(44)

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah untuk mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemapuan nasabah dalam mancari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat juga berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.3 KETENAGAKERJAAN 2.3.1 Kesempatan Kerja

Istilah kesempatan kerja mengandung lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi atau semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja kebutuhan tenaga kerja yang


(45)

nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga penerima tenaga kerja pada tingkat upah, posisi atau syarat kerja tertentu. Oleh karena kesempatan kerja secara nyata sulit diperoleh maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa tenaga kerja didekati melalui banyaknya lapangan yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja.

2.3.2 Teori Ketenagakerjaan

Salah satu masalah biasa muncul dalam angkatan kerja adalah ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran akan tenaga kerja pada suatu tingkat upah. Ketidak seimbangan tersebut dapat berupa : (a) lebih besarnya penawaran dibandingkan permintaan terhadp tenaga kerja (adanya excess supply of labor) dan (b) lebih besarnya permintan dibandingkan penawaran tenaga kerja (adanya excess demand of labor).


(46)

W SL W SL EXCESS SL

W E W2

D

DL

0 Ns N 0 N3 N4 N

1 2

W

SL W2

EXCESS DL

DL

0 N3 N4 N 3

Gambar 2.1 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Keterangan

SL = penawaran tenaga kerja (supply of labor) DL = permintaan tenaga kerja (demand of labor) W = upah rill


(47)

Penjelasan :

1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang dimnta, yaitu masing-masing sebesr Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Titik keseimbangan dengan demikian adalah titik E. Disini tidak ada excess supply of labor maupun excess demand for labor. Pada tingkat upah keseimbangan We maka orang akan ingin semua bekerja. Berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We tersebut.

2. Pada gambar kedua terlihat adanya excess supply of labor, pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintan tenag kerja (DL), jumlah tenaga kerja yang menawarkan diriny untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1 N2.

3. Pada gambar ketiga terlihat adanya excess demand for labor, pada tingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3 orang, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4 orang.

Ada beberapa teori dalam kaitannya permasalahan ketenagakerjaan.

Teori Lewis (1959) yang mengemukakan kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan menjadi suatu masalah. Kelebihan pekerja pada suatu sektor


(48)

akan memberikan andil terhadap petumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain.

Ada dua struktur di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakng tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan poenawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern. Lebih murahnya biaya upah pekerja asal pedesaan akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha di perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja disektor subsisten terbelakang akan diserap.

Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat, selanjunya peningkatan upah di pedesaan akan meningkat, selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi perbedaan/ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

Dengan demikian menurut lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi ”terlalu banyak”.


(49)

Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagi berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak disektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei- Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh . Pertama, dimana penganggur semu (yang tidak menambah out put pertanian) dialihkan sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah out put tetapi mempoduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula kesektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertania mengahasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah instutisional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus- menerus sejalan dengan pertambahan out put dan perluasan usahanya.

2.3.3 Konsep Ketenagakerjaan

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan kertenagakerjaan, yaitu : 1. Tenga Kerja (Manpower)

Adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenega kerja, dan jika mereka mau berpatisipsi dalam aktivitas tersebut.


(50)

2. Angkatan Kerja (labor force)

Adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor force participation rate)

Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut.

Angkatan Kerja

TPAK = --- X 100 % Tenaga kerja

4. Tingkat Pengangguran (Unemployment rate)

Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur disini adalah aktif mencari pekerjaan.

Jumlah Orang Yang Mencari Pekerjaan

TP = --- X 100% Jumlah Angkatan Kerja

5. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)

Adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.

6. Setengah Menganggur (Underemployment)

Adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.


(51)

7. Setengah Menganggur yang Kentara (Visible Underempolyment)

Adalah jika pekerja seseorang tidak tetap (part time) diluar keinginanya sendiri, atau bekerja diluar keinginnannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

8. Setengah Menganggur yang Tidak Kentara (Invisible Underemployment) Adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaan itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatan yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.

9. Penganguran Tidak Kentara (Disguised Unemployment)

Dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya.

10. Pengangguran Friksional

Adalah penganggguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.

11. Pengangguran struktural

Adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidakcocokan struktur para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi.


(52)

2.3.4 Struktur Ketenagakerjaan

Struktur perekonomian suatu negara dapat dicerminkan dengan, antara lain struktur lapangan pekerjaa utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status pekerjaan utama dari pekerjanya.

A. Lapangan pekerja utama seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja tersebut. Lapangan pekerja utama biasanya digolongkan atas :

c. Pertanian, perburuan, kehutanan, perikanan. d. Pertambangan dan penggalian.

e. Industri pengolahan. f. Listrik, gas, dan air g. Bangunan.

h. Perdagangan besar, ecern, dan rumah makan. i. Angkutan, pergudangan, dan komunikasi.

j. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa perusahaan.

k. Jasa kemasyarakatan.

B. Jenis pekerjaan utama seseorang adalah pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut. Jenis pekerja utama digolongkan atas :

a. Tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya. b. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan. c. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenisnya. d. Tenaga usaha penjualan.


(53)

e. Tenaga usaha jasa.

f. Tenaga usaha pertanian, perburuan, dan perikanan.

g. Tenaga produksi, operator, alat-alat angkutan, dan pekerja kasar.

C. Status pekerjaan utama seseorang adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Status pekerjaan utama biasanya terdiri atas :

a. Buruh/karyawan adalah pekerja yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.

b. Berusaha sendiri, bila pekerja tersebut bekerja atas resikonya sendiri, dan dalam usahanya tidak memperkerjakan orang lain.

c. Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap. d. Pekerja keluarga, yaitu pekerja yang tidak mendapat upah, baik dalam

bentuk uang ataupun barang.

e. Berusaha dengan buruh tetap, bila pekerja tersebut bekerja atas resiko sendiri, dan dalam melaksanakan usahanya dia memperkerjakan buruh tetap.

2.4 PERTUMBUHAN EKONOMI

Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yangmenentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor


(54)

tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.(Boediono: 2)

2.4.1 Teori Perumbuhan Ekonomi A. Teori ekonomi klasik

Teori klasik secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan pasar bebas. Ahli ekonomi klasik menyakini adnya perekonomian pasar ersaingan sempurna-psa bebas yang secara otomatis bebas dari segala ampur tangan pemerintah. Yang akan memaksimumkan pendapatan nasional adalah ”tangan-tangan tak kelihatan”.

2. Pemupukan modal, kunci kearah kemajuan. Semua kelompok klasik memandang pemupukan modal sebagai kunci kemajuan. Karena itu mereka menekankan betapa penting arti tabungan dalam jumlah besar. Hanya pemilik modal dan pemilik tanahyang mmpu untuk menbung, kata mereka. Kelas pekerja tidak mampu menabung karena mereka hanya menerima upah yang besarnya sama dengan tingkat kebutuhan hidup minimal.

3. Keuntungan, rangsang bagi investasi. Menurut kaum klasik, keuntungan merangsang investasi, semakin besar akumulasi modal dan investasi.

4. Keuntungan cenderung menurun. Keuntungan tidak akan naik secara terus menerus, namun cenderung menurun apabila persaingan untuk menghimpun modal antarkapitalis meningikat. Menurut smith, alasan ialah naiknya upahsebagai akibat persaingan antarkaum kapitalis. Sementara upah dan sewa


(55)

naik karena naiknya harga jagung, menurut ricardo, keuntungan akan menurun.

5. Keadaan stasioner. Semua ahli ekonomi klasik meramalkan timbulnya keadaan stasioner pada akhi proses pemupukan modal. Sekali keuntungan mulai menurun, proses ini akan berlangsung terus sampai keuntungan menjadi nol, pertumbuhan penduduk dan pemupukan modal terhenti, dan yingka upah mencapai tingkat kebuthan hidup minimal.

Malthus menunjukkan adanya korelasi khusus antara pertumbuhan penduduk dan persediaan makanan. Menurut dia, jika pertumbhan penduduk dibiarkan tidak terkendali, maka ia akan melalui pertumbuhan modal dan juga sarana bagi kehidupan hidup. Ricardo dan malthus melihat pertumbuhan penduduk dan kemerosotan pertumbuhan modal sebagai akibat bekerjanya hukum ”hasil yang semakin menurun”, sebagai penghalang akhir pembangunan ekonomi.

B. Teori pertumbuhan Neo Klasik

Ahli ekonomi Neo Klasik yang terkenal yaitu Yoseph Schumpeter dalam bukunya ” The theory of Economics Development ” menekankan tentang peranan pengusaha dalam pembangunan. Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi terutama diciptakanoleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan enterpreneur, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasi dan menggabungkan faktor-faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang-barang yang diciptakan masyarakat. Mereka merupakan golongan masyarakat yang


(56)

menciptakan inovasi atau pembaharuan dalam perekonomian. Pembaharuan-pembaharuan yang dapat diciptakan oleh para pengusaha dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk:

1. Memperkenalkan barang baru

2. Menggunakan cara-cara baru dalam memproduksi barang 3. Memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru

4. Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru

5. Mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri.

Tentu saja penemuan yang mereka ciptakan (invention), itu belum merupakan (inovation), dan belum pula merupakan pembangunan ekonomi selama belum ada usaha untuk menggunakan penemuan tersebut dalam kegiatan produksi. Pembangunan ekonomi baru tercipta apabila penemuan-penemuan baru yang terjadi digunakan oleh para pengusaha untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan. Sedangkan fungsi para penyelidik ilmuwan menurut Scumpeter hanya terbatas pada penemuan baru.

Pada pertengahan tahun 1950-an berkembanglah teori ekonomi Neo Klasik. Perintis teori neo klasik yaitu solow , kemudian diikuti dan dikembangkan oleh Edmund Philips, Harry Johson, dan J.E. Meade.

Menurut ekonomi neo klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada tingkat tertentu tingkat bungan akan menentukan tingginya tingkat investasi. Jika tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi, demikian sebaliknya.


(57)

Perkembangan teknologi, menurutnya pandangan neo klasik merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional. Yang dimaksud perkembangan teknologi dalam konteks ini adalah penemuan-penemuan baru yang relatif lebih bersifat penghemat buruh. Sehingga dengan adanya kemajuan teknik akan menciptakan permintaa yang kuat terhadp barang-barang kapital.

C. Teori pertumbuhan Rostow

Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional mejadi suatu masyarakat modern merupakan proses yang berdimensi banyak. Pembangunan ekonomi menurutnya bukan saja menyangkut perubahan dalam struktur ekonomi, tetapi juga menyangkut proses yang menyebabkan

1. Perubahan reorintasi organisasi ekonomi 2. Perubahan masyarakat

3. Perubahan cara penanaman modal yang tidak berproduktif kepada yang lebih produktif

4. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang dari family system menjadi ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan 5. Perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya bekeyakinan bahwa

kehidupan manusia ditentukan oleh alam, selanjutnya berpandangan bahwa manusia harus memanipulasi keadan alam sekitarnya untuk menciptakan kemajuan.


(58)

Rostow dalam bukunya ”The Stages of economic” (1960) Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya kedalam lima tahap, yaitu:

1. Masyarakat traditisional

Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang struktur berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat seperti sebelum masa newton. Yang dimaksud Rostow dengan masyarakat sebelum masa Newton adalah suatu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cra pemikiran yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun temurun.

Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi per kapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih terbatas, oleh sebab itu sebahagian besar sumber daya masyarakat masih digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Struktur sosial masyarakat bersifat berjenjang hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang menentukan. Kekuasaan politik terpusat di daerah, di tangan bangsawan pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai negeri. Pertanian biasanya menjadi sumber utama pendapatan negara dan para bangsawan yang kemudian dihamburkan untuk pembangunan candi atau perang.


(59)

2. Tahap prasyarat tinggal landas

Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat, yaitu perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya, dan struktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-erubahan seperti itu muncul, maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlaku.

Rostow mendefenisikan tahap ini sebagai suatu masa transisipada ketika suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar, untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth) menurut rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara otomatis.

3. Tinggal landas

Suatu masa dimana berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan pesat dalam inovasi atau berupa terbentuknya pasar baru

Tiga kondisi penting yang saling berkaitan di bawah ini merupakan persyaratan tahap tinggal landas:

1. Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih kurang 5 persen menjadi 10 persen dari Produk Nasional Neto (Net National Product atau NNP)

2. Terjadinya peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.


(60)

3. Adanya atau terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial atau institusional yang akan menciptakan pertumbuhan yang terus-menerus atau self sustained growth.

4. Dorongan menuju kedewasaan

Adalah suatu masa dimana masyarakat secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam. Ciri penting pada tahap ini :

1. Teknologi menyebar pada sektor-sektor perekonomian. 2. Adanya perluasan produksi

Pada waktu suatu negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, ada tiga perubahan penting yang terjadi :

1. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan , sektor industr tambah penting peranannya, sedangkan sektor pertanian tambah menurun peranannya.

2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan

3. Masyarakat menjadi bertambah bosan dengan kewajiban yang diciptakan oleh industri.

5. Era konsumsi masa besar-besaran

Pada tahap ini ”keseimbangan perhatian masyarakat beralih dari penawaran ke prmintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas”. Tetapi ada tiga kekuatan yang nampak cenderung yang meningkatkan kesejateraan di dalam tahap purna-dewasa ini


(61)

1. Penerapan kebijaksanaan nasional guna meningkakan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional.

2. Ingin memiliki satu negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, penigkatan jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi pekerja.

3. Keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting. E. Teori Pertumbuhan Kuznet

Dalam analisis yang lengkap , Profesor Kuznet mengemukakan enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang dimanivestasikan dalam proses pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju. Keenam kareteristik itu adalah: dua variabel kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produksi nasional dan pertumbuhan penduduk, dua berhubungan dengan peralihan struktural dan dua lagi yang berhubungan dengan penyebaran internasional.

• Dua variabel ekonomi yang brsamaan (aggregate) meliputi : 1. Tingginya tingkat produk per kapita dan laju pertumbuhan penduduk 2. Tingginya peningkatan produktivitas terutama produktivitas tenaga kerja.

• Dua struktural variabel transformasi : 3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi 4. Tingginya tingkat struktur sosial dan ideologi.


(62)

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi ke seluruh pelosok dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku.

6. Arus barang, modal, dan orang antar-bangsa yang meningkat.

2.4.2 Produk Domestik Bruto (PDB) A.Pengertian PDB

PDB adalah nama yang diberikan kepada total nilai nominal barang – barang dan jasa – jasa yang dihasilkan suatu daerah selama periode 1 (satu) tahun atau tertentu. PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian secara keseluruhan

Dalam perhitungan pendapatan nasional diketahui beberapa metode, yaitu : 1. Metode pendapatan

Metode ini merupakan suatu metode perhitungan pendapatan naasional dengan memperhitungkan jumlah pendapatan seluruh masyarakat yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi.

Untuk dapat melakukan proses produksi dalam masyarakat diperlukn berbagai faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga kerja,dan keahlian. Faktor produksi yang dapat digunakan dalam proses produksi diberikan balas jasa, atas faktor produksi tersebut, berupa sewa, bunga modal, upah dan gaji, serta keuntungan. Semua balas jasa ini akan menjadi pendapatan. Perhitungan balas jasa inilah yang disebut sebagai metode pendapatan dalam perhitungan pendapatan nasional.


(63)

2. Metode pengeluaran

Berdasarkan metode perhitungan pengeluaran ini dilakukan denganmenghitung seluruh pengeluaan masyarakat dalam suatu negara, adapun pengeluaran yang dilakukan masyarakat adalah.

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan perusahaan.

b. Pengeluaran yang dilakukan pemeintah berupa anggaran dan subsidi. c. Pengeluaran untuk investasi berupa barang modal tahan lama.

d. Dikurangi dengan investasi asing bila ada e. Ekspor dikurangi impor

3. Metode produksi

Dengan metode produksi, pendapatan nasional dapat diperoleh dengan mengalikan seluruh jumlah produksi yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonomi antara lain:

a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air minum. e. Bangunan

f. Perdagangan, hotel dan restauran. g. Pengangkutan dan komunikasi h. Bank dan lembaga keuangan lainnya i. Sewa rumah


(64)

j. Pemerintah dan pertahanan k. Jasa-jasa.

Dengan masing-masing tingkat harga sektor tersebut, kemudian kita jumlahkan seluruhnya, atau dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah (value added) dari seluruh sekter ekonomi. Dalam metode produksi ini perlu dihindari perhitungan ganda, agar jangan sampai diperoleh pendapatan nasioanal yang terlalu tinggi dari yang sebenarnya.


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi yang empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa pengaruh dari kredit bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 1983-2007 (25 observasi).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data-data yang berbentuk angka-angka dan sumber datanya diperoleh dari Bank Indonesia kantor cabang Medan dan BPS dengan data tahunan dalam kurun waktu tahun 1983-2007. Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti buku, jurnal, serta website-website yang berkaitan dengan penelitian ini.


(66)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan- tulisan ilmiah, artikel, majalah dan laporan. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu data tahunan dari tahun 1983-2007 (25 observasi).

3.4 Pengolahan Data

Penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistik menggunakan program E-views 5.1 dalam melakukan penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square).Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear sederhana.

Model persamaan adalah sebagai berikut:

)

1

(

)

,

(

x

1

x

2

f


(67)

Kemudian ditransformasikan kedalam bentuk model ekonometik sebagai berikut :

)

2

(

2 2 1

1

β

µ

β

α

+

+

+

=

x

x

y

Keterangan :

Y = Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang diproxy dengan PDB Indonesia berdasarkan harga konstan (Miliar Rupiah)

X1 = Jumlah kredit Bank Umum Swasta Nasional.(Miliar Rupiah) X2 = Kesempatan kerja (Jiwa)

β1β2 = Koefisien regresi

α = Intercept (konstanta)

μ = term of error

Bentuk Hipotesisnya secara matematis adalah sebagai berikut :

1

Χ

∂∂Υ > 0, artinya jika X1 (jumlah kredit yang disalurkan) meningkat maka Y

(pertumbuhan ekonomi) akan mengalami peningkatan, cateris paribus.

2

Χ

∂∂Υ > 0, artinya jika X2 (kesempatan kerja) meningkat maka Y


(68)

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent secara bersama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 ( 0 < R2 < 1).

3.6.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupkan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menanggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b

Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independent ke-i nilai parmeter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung = Sbi

b bi ) ( −

Dimana :

bi = Koefisien variabel independent ke-i b = Nilai hipotesis nol


(69)

3.6.3 Uji F -statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengeruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = bk……… bk = 0 (tidak ada pengeruh) Ha : b2 = 0 ………... i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengn F-tabel. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secra bersama-sama mempengaruhi variabel dependen nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F = ) ( ) 1 ( 1 2 2 k n R k R − − − Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah variabel independent n = Jumlah sampel

Ho diterima

Ha diterima


(70)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi klasik a. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independent. Untuk mengatasi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-hitung serta standard error. Kemungkinan adanya multikolinearity jika R2 dan F-hitung tinggi sedangkan nilai t-hitung banyak yang tidak signifikan (uji tanda berubah tidak sesuai dengan yang diharapkan).

b. Autokolerasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi linear klasik

mangasumsikan autokolerasi tidak terdapat didalamnya distribusi atau gangguan μi

dilambangkan dengan E (μ1 : μ2 ) = 0 i ≠ j

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokolerasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik.

2. Dengan D-W test (Uji Durbin-Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

D-hitung =

t e

e et t

2 2 1)

(

Σ−


(71)

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokolerasi Ho : ρ ≠ 0, artinya ada autokolerasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-watson untuk berbagai

nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Inconclusive inconclusive

Autukolerasi (+) Autukolerasi (-)

Ho Accept

0 dl du 2 4-du 4-dl 4 Grafik 3.2 Durbin Watson test

Dimana :

Ho : Tidak ada autokolerasi

DW < dl : Tolak Ho (ada autokolerasi positif) DW > 4-dl : Tolak Ho (ada autokolerasi negatif) du < DW<4-du : Terima Ho (tidak ada autokolerasi)

dl ≤ DW < 4-du : pengujian tidak bisa disimpulkan (inclonclusive) 4-du ≤ DW ≤ 4-dl : pengujian tidak bisa disimpulkan (inclonclusive)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Sritua, 1992. Metodologi Penelitian Ekonomi. Bukittinggi. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, berbagai tahun

Bank Indonesia, Direktori Perbankan Indonesia, 2007 _____________, Laporan Tahunan 1983

_____________, Laporan Tahunan 2007

_____________, 2006. Sejarah Bank Indonesia Periode V: 1997-1999, Jakarta. _____________, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, berbagai tahun Gujarati, Damodar, 2003. Ekonometrika Dasar (terjemahan). Erlangga, Jakarta. Husein, Yunus, Pengaturan dan Keberadaan Bank Asing di Indonesia.

Infoperbankan.com. 2007. Potret Industri Perbankan yang Buram.

Jhingan, M, L, 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan). PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Mandala, Manurung dan Prathama Rahardja, 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontskstual Indonesia). FEUI, Jakarta.

Marta, M Fajar. 2007. Hegemoni Asing pada Bank Swasta Nasional.

Diakses tanggal 30 Desember 2008.

Nasution, Mulia, 1997. Teori Ekonomi Makro: Pendekatan pada Perekonomian Indonesia. Djambatan, Jakarta.


(2)

Persada, Jakarta.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrik. USU Press, Medan.

Sari, Suryani Ika, 2006. 50 Bank Swasta Nasional Dalam Kondisi Tidak Sehat.

Siamat, Dahlan, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi keempat. FEUI, Jakarta.

Sinar Harapan, 2005. 2006, Bank Swasta Akan Dikuasai Asing.

Juli 2008

Studi-ekonometri, 2008.

Diakses 30 Desember 2008.

Studi-ekonometri, 2007.

Subri, Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Edisi kesatu. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugema, Iman dan Iskandar Simorangkir. 2004. Peranan The Lender of Last Resort (LOLR) Terhadap Perekonomian : Suatu Kajian Empiris Terhadap Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Diakses 25 juli 2008.

Surya Online, 2008. Mempertanyakan Fungsi Intermediasi Bank Asing. Diakses 30 Desember 2008.

Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan. Edisi pertama. Salemba Empat. Jakarta. Tjiptoherijanto, Prijono, 1996. Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan

Manusia. FEUI, Jakarta

Wijaya, Faried, 1993. Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank (Perkembangan teori dan Kebijakan). Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.


(3)

Lampiran 1

obs Y X1 X2

1983 73697.60 1868 55.37300 1984 78144.40 2970 56.50000 1985 79910.80 3991 62.45700 1986 82474.50 5295 65.65500 1987 94517.80 7214 67.87800 1988 99936.00 10340 69.82800 1989 107436.6 17330 70.74400 1990 115110.1 31958 73.43700 1991 122705.0 36851 74.22900 1992 131101.6 36863 73.21400 1993 139707.1 51534 77.04200 1994 150241.0 72330 80.04200 1995 162580.4 94269 78.32200 1996 175302.5 123788 83.90000 1997 183541.5 128016 85.40500 1998 159311.5 132710 87.67200 1999 160709.9 39304 88.81700 2000 168616.9 56245 89.83800 2001 175073.3 81541 90.80700 2002 182522.3 118188 91.64700 2003 191353.8 153046 92.81100 2004 200980.5 197276 93.72200 2005 212421.5 266423 93.95800 2006 224126.9 296458 95.45700 2007 238283.5 376228 99.93000

Keterangan :

Y = PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 1983 (Miliar Rupiah) X1 = Kredit Bank Umum Swasta Nasional (Miliar Rupiah)


(4)

Lampiran 2

obs LY LX1 LX2

1983 11.20773 7.532624 4.014092 1984 11.26631 7.996317 4.034241 1985 11.28867 8.291797 4.134478 1986 11.32024 8.574518 4.184414 1987 11.45654 8.883779 4.217712 1988 11.51229 9.243775 4.246035 1989 11.58466 9.760194 4.259068 1990 11.65364 10.37218 4.296428 1991 11.71754 10.51464 4.307155 1992 11.78373 10.51496 4.293387 1993 11.84730 10.85000 4.344351 1994 11.92000 11.18899 4.382551 1995 11.99893 11.45391 4.360829 1996 12.07427 11.72633 4.429626 1997 12.12020 11.75991 4.447405 1998 11.97862 11.79592 4.473603 1999 11.98736 10.57908 4.486578 2000 12.03538 10.93747 4.498008 2001 12.07296 11.30886 4.508736 2002 12.11463 11.68003 4.517944 2003 12.16188 11.93849 4.530565 2004 12.21096 12.19236 4.540333 2005 12.26633 12.49284 4.542848 2006 12.31997 12.59966 4.558676 2007 12.38122 12.83795 4.604470


(5)

Lampiran 3 R2 MODEL

Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 05/23/09 Time: 20:00 Sample: 1983 2007

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.612643 0.693971 9.528704 0.0000 LX1 0.139525 0.023285 5.992139 0.0000 LX2 0.858030 0.211888 4.049452 0.0005 R-squared 0.978474 Mean dependent var 11.85125 Adjusted R-squared 0.976518 S.D. dependent var 0.353112 S.E. of regression 0.054111 Akaike info criterion -2.883396 Sum squared resid 0.064416 Schwarz criterion -2.737131 Log likelihood 39.04245 F-statistic 500.0199 Durbin-Watson stat 1.436470 Prob(F-statistic) 0.000000

R2 X1

Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 05/23/09 Time: 20:02 Sample: 1983 2007

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -39.67099 2.667135 -14.87401 0.0000 LY 4.444181 0.741669 5.992139 0.0000 LX2 -0.530396 1.575814 -0.336586 0.7396 R-squared 0.962622 Mean dependent var 10.68106 Adjusted R-squared 0.959224 S.D. dependent var 1.512361 S.E. of regression 0.305390 Akaike info criterion 0.577714 Sum squared resid 2.051791 Schwarz criterion 0.723980 Log likelihood -4.221430 F-statistic 283.2943 Durbin-Watson stat 1.304650 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

R X2

Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 05/23/09 Time: 20:05 Sample: 1983 2007

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.426835 1.157478 -1.232710 0.2307 LX1 -0.009659 0.028697 -0.336586 0.7396 LY 0.497715 0.122909 4.049452 0.0005 R-squared 0.943633 Mean dependent var 4.368541 Adjusted R-squared 0.938509 S.D. dependent var 0.166195 S.E. of regression 0.041212 Akaike info criterion -3.428008 Sum squared resid 0.037365 Schwarz criterion -3.281743 Log likelihood 45.85010 F-statistic 184.1505 Durbin-Watson stat 0.793721 Prob(F-statistic) 0.000000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Pematangsiantar

4 64 87

Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Dan Konsumsi Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Binjai

2 50 107

Analisis efektivitas penetapan suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap penyaluran kredit serta implikasinya terhadap petumbuhan ekonomi nasional

2 57 87

Analisis Pola Penyaluran Kredit Pada Bank-Bank Asing di Indonesia

1 4 97

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL BANK TERHADAP PERTUMBUHAN PENYALURAN KREDIT PERBANKAN : Studi pada Bank Umum Konvensional di Indonesia.

1 2 41

PENGARUH PERTUMBUHAN DPK, PERTUMBUHAN SIMPANAN DARI BANK LAIN, SURAT BERHARGA DAN ASPEK MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH PERTUMBUHAN DPK, PERTUMBUHAN SIMPANAN DARI BANK LAIN, SURAT BERHARGA DAN ASPEK MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH PERTUMBUHAN DPK, PERTUMBUHAN SIMPANAN DARI BANK LAIN, SURAT BERHARGA DAN ASPEK MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

PENGARUH DPK, LDR, NPL, ROA, CAR, DAN SBK TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH DPK, LDR, NPL, ROA, CAR, DAN SBK TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 18