Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Pematangsiantar

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH PENYALURAN KREDIT DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

GRACE PATRICIA S 070501096

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABSTRACT

The degree of wealth in a community reflects from the level and pattern of its consumption. Besides that the development of distributing credit by an institution of finance it also effect to the wealthy and economic growth in an area. Therefore this research intends to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth in the city of Pematangsiantar.

This research tries to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth city of Pematangsiantar by using Ordinary Least Square Method (OLS). This research intends to see how the effect of credit to the economic growth and how the effect of consumption to the economic growt using data of time series from the year of 1995-2009. This research uses E-Views 5.1 computer program. The data which is used in this research is the data of secondary and model analyze data in multiple regression.

This research shows that coefficient determination is equal 0.90 that means independent variabel can give explained to the dependent variabel equal to 90%, while the rest 10% explained by another variabel which is not included in the estimation model. F-statistic is higher than F-table (54.89221 > 6.93) which means that credit and consumption togetherness effects significant to the increasing economic growth the city of Pematangsiantar in the level of trust 99%. For the t-count credit variable is lower than t-table (1.346565 < 3.055) which means that the credit effect is not significant to the increasing of economic growth in the level of trust 99%. For the t-count consumption variable is higher than t-table (4.380580 > 3.055) which means that the consumption effect significant to increasing of economic growth the city of Pematangsiantar to the level of trust 99%.


(3)

ABSTRAK

Tingkat kemakmuran suatu masyarakat pada umunya tercermin dari tingkat dan pola konsumsinya. Selain itu perkembangan penyaluran kredit oleh lembaga keuangan juga berpengaruh terhadap kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Pematangsiantar.

Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dikota Pematangsiantar dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kredit terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana pengaruh konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data time series dari tahun 1995-2009. Penelitian ini menggunakan program komputer E-Views 5.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan model analisa data dalam bentuk multiple regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sama dengan 0.90 yang berarti bahwa variabel independent dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependent sebesar 90%, sedangkan sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F-Statistik lebih besar dari F-Tabel (54.89221 > 6.93) yang berarti bahwa kredit dan konsumsi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel kredit t-hitung lebih kecil dari t-tabel (1.346565 < 3.055) yang berarti bahwa kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel konsumsi t-hitung lebih besar dari t-tabel (4.380580 > 3.055) yang berarti bahwa konsumsi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%. Kata Kunci : Kredit, Konsumsi, Pertumbuhan Ekonomi


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa dimana karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Kredit dan Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Pematangsiantar ” yang dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Program Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc. PHd selaku ketua Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi selaku dosen penguji I yang telah memberi masukan dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Walat Altsani, SE, MEc selaku dosen penguji II.


(5)

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku dosen wali dan seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya dosen departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik penulis selama perkuliahan beserta seluruh staff/pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staff/pegawai Bank Indonesia Medan dan (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Pematangsiantar yang telah banyak membantu dalam memberikan data yang berhubungan dengan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku (Bapak M. Silitonga dan Ibu C. Rajagukguk) yang selalu memberi dorongan semangat dan motivasi secara moril dan materil yang selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselasaikan.

9. Buat saudara-saudaraku yang tersayang (Kakak Hera, Bima dan Hans) terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya.

10. Buat semua teman-teman stambuk 2007 Departemen Ekonomi Pembangunan dan pihak terkait lainnya yang tidak tersebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini yang akan sangat penulis butuhkan sebagai pedoman di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.


(6)

Medan, Maret 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 6

2.1.1 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.2 Konsumsi ... 13

2.2.1 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi ... 13


(8)

2.3 Kredit ... 20

2.3.1 Pengertian Kredit ... 20

2.3.2 Unsur Kredit ... 21

2.3.3 Tujuan dan Fungsi Kredit ... 22

2.3.4 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 24

2.3.5 Kriteria Pemberian Kredit ... 26

2.3.6 Jenis-jenis Kredit ... 29

2.3.7 Manfaat Kredit ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 34

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.4 Pengolahan Data ... 35

3.5 Model Analisis Data ... 35

3.6 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 36

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)... 36

3.6.2 Uji F- Statistik ... 37

3.6.3 Uji t- Statistik ... 38

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 39

3.8 Definisi Operasional ... 41


(9)

4.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar ... 43

4.2 Gambaran Perekonomian Kota Pematangsiantar ... 49

4.2. Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1.1.. ... ...48

TABEL 1.2.. ... 49

TABEL 1.3. ... 50

TABEL 1.4. ... 51

TABEL 1.5. ... 52

TABEL 1.6. ... 54

TABEL 1.7. ... 54


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 3.1 Kurva Uji F-Statistik ... 38

GAMBAR 3.2 Kurva Uji t-Statistik ... 39

GAMBAR 3.3 Kurva Uji Durbin-Watson ... 41

GAMBAR 4.2 Kurva Uji t-Statistik Variabel Konsumsi ... 60

GAMBAR 4.3 Kurva Uji F-Statistik ... 61


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1... 68

Lampiran 2... 69

Lampiran 3... 70

Lampiran 4... 71

Lampiran 5... 72


(13)

ABSTRACT

The degree of wealth in a community reflects from the level and pattern of its consumption. Besides that the development of distributing credit by an institution of finance it also effect to the wealthy and economic growth in an area. Therefore this research intends to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth in the city of Pematangsiantar.

This research tries to analyze the effect of distributing credit and consumption to increasing of economic growth city of Pematangsiantar by using Ordinary Least Square Method (OLS). This research intends to see how the effect of credit to the economic growth and how the effect of consumption to the economic growt using data of time series from the year of 1995-2009. This research uses E-Views 5.1 computer program. The data which is used in this research is the data of secondary and model analyze data in multiple regression.

This research shows that coefficient determination is equal 0.90 that means independent variabel can give explained to the dependent variabel equal to 90%, while the rest 10% explained by another variabel which is not included in the estimation model. F-statistic is higher than F-table (54.89221 > 6.93) which means that credit and consumption togetherness effects significant to the increasing economic growth the city of Pematangsiantar in the level of trust 99%. For the t-count credit variable is lower than t-table (1.346565 < 3.055) which means that the credit effect is not significant to the increasing of economic growth in the level of trust 99%. For the t-count consumption variable is higher than t-table (4.380580 > 3.055) which means that the consumption effect significant to increasing of economic growth the city of Pematangsiantar to the level of trust 99%.


(14)

ABSTRAK

Tingkat kemakmuran suatu masyarakat pada umunya tercermin dari tingkat dan pola konsumsinya. Selain itu perkembangan penyaluran kredit oleh lembaga keuangan juga berpengaruh terhadap kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Pematangsiantar.

Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dikota Pematangsiantar dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kredit terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana pengaruh konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data time series dari tahun 1995-2009. Penelitian ini menggunakan program komputer E-Views 5.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan model analisa data dalam bentuk multiple regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sama dengan 0.90 yang berarti bahwa variabel independent dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependent sebesar 90%, sedangkan sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F-Statistik lebih besar dari F-Tabel (54.89221 > 6.93) yang berarti bahwa kredit dan konsumsi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel kredit t-hitung lebih kecil dari t-tabel (1.346565 < 3.055) yang berarti bahwa kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%. Untuk variabel konsumsi t-hitung lebih besar dari t-tabel (4.380580 > 3.055) yang berarti bahwa konsumsi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 99%. Kata Kunci : Kredit, Konsumsi, Pertumbuhan Ekonomi


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) melalui pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, menjaga kestabilan harga, mengatasi masalah pengangguran, menjaga keseimbangan neraca pembayaran dan pendistribusian pendapatan yang adil dan merata. Masalah pertumbuhan ekonomi yang muncul di suatu daerah tergantung kepada banyak faktor seperti sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), budaya, dan sumber daya modal yang harus dikenali dan diidentifikasi secara tepat supaya faktor tersebut dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara ataupun daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan. Menurut Sukirno (2004) dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara, dalam hal ini daerah Kota Pematangsiantar.

Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Khusus untuk dunia usaha, dana yang diberikan oleh bank adalah dalam bentuk kredit. Jumlah


(16)

permintaan kredit pada suatu bank dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi debitur maupun dari sisi kreditur (perbankan) itu sendiri. Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi oleh adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Sedangkan dari sisi perbankan, permintaan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suku bunga kredit, batas maksimum kredit, SBI, kebijakan-kebijakan pemerintah dan pelayanan bank itu sendiri kepada nasabahnya.

Penyaluran kredit dalam masyarakat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana salah satu indikasi dari kemajuan perekonomian suatu daerah adalah melalui tingkat penyaluran kredit dalam masyarakat. Ditengah tekanan ekonomi global, ketahanan sistem perbankan harus tetap terjaga. Fungsi intermediasi perbankan terus meningkat, hal ini ditunjukkan dalam pertumbuhan kredit di kota Pematangsiantar pada tahun 2009 mencapai Rp 1,6 triliun sedangkan pada tahun 2008 mencapai Rp 1,4 triliun. Kredit bersifat kooperatif antara pemberi kredit atau kreditur dan penerima kredit atau debitur yang saling menarik keuntungan dan saling menanggung risiko.

Perbankan merupakan sektor yang mempunyai pengaruh besar dalam perekonomian suatu negara atau daerah, karena bank berfungsi sebagai lembaga perantara untuk menampung dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada kegiatan perekonomian yang bersifat produktif. Aktivitas perekonomian yang merupakan kegiatan produktif, baik di sektor barang maupun jasa menjadi sangat banyak tergantung pada sektor perbankan. Bank memainkan peranan yang sangat penting dalam penyaluran kredit terhadap masyarakat.


(17)

Palepu (1996) menyatakan bahwa: Commercial banks are very important players in the market for credit. Since banks tend to provide a range of services to a client, and have intimate knowledge of the client and its operation, they have a comparative advantages in extending credit in setting where (1) knowledge gained through close contact with management reduces the perceived riskness of the credit and (2) credit risk can be contained through careful monitoring of the firm.

Oleh karena itu, kredit hingga saat ini masih merupakan komponen aset terbesar bagi perbankan Indonesia dan sekaligus merupakan sumber risiko bagi bank yang bersangkutan.

Pada umumnya alasan orang meminjam kredit adalah untuk invesatasi, modal kerja, maupun untuk konsumsi. Namun dari sisi perbankan, kredit yang lebih banyak diberikan adalah kredit inveatsi dan modal kerja. Aktivitas perekonomian, khususnya sektor usaha dapat bergerak dengan adanya kredit dari bank. Para pelaku usaha lebih mengandalkan bantuan kredit untuk invesatsi maupun untuk modal kerja dibandingkan dengan modal sendiri. Oleh karena itu peranan kredit bank dalam dunia usaha sangat penting, Karena sebagian besar kegiatan usaha didanai oleh kredit bank. Walaupun kegiatan usaha membutuhkan kredit, namun tinggi rendahnya permintaan kredit oleh dunia usaha tersebut terutama dipengaruhi oleh suku bunga kredit.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat tersebut, pola pengeluaran/konsumsi juga dipakai sebagai salah satu indikatornya. Konsumsi ialah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ialah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagi kebutuhan dalam satu tahun tertentu. Pola konsumsi masyarakat dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaanya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar


(18)

alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan ke dalam dua kelompok penggunaan, yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan makanan. (Dumairy.1997:117). Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Karena melalui pembangunan ini diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran masyarakat secara bertahap dan berkesinambungan, yaitu dengan cara meningkatkan konsumsinya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul ”Pengaruh Penyaluran Kredit Dan Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Pematangsiantar”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar?

1.3Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang ada, yang masih perlu dikaji kembali kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:


(19)

1. Penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar.

2. Pengeluaran konsumsi berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Pematangsiantar

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Sumatera Utara terutama mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikkan dalam taraf kemakmuran masyarakat. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yang ditekankan pada tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu yang dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Yang perlu diperhatikan adalah dari sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah kenaikan output total dibagi jumlah penduduk (Boediono, 1992 : 1).

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai


(21)

masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari sutu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa meningkat.

Menurut Kuznets dalam Jhingan (2004), pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang - barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai tiga komponen, pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terusmenerus suatu persediaan barang. Persediaan ini juga mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah di suatu negara. Jika wilayah tersebut dapat meningkatkan persediaan barangnya secara terus-menerus maka wilayah tersebut dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Komponen kedua ini juga dapat dijadikan sebagai acuan apakah suatu wilayah disuatu negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Jika wilayah tersebut dapat mengadopsi atau menemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi tanpa menambah input maka persediaan barang disuatu wilayah tersebut bertambah, ini berarti wilayah tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.


(22)

2.1.1 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1.1 Teori Pertumbuhan Klasik

Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan teknologi yang digunakan. Para tokoh ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengaruh pertumbuhan penduduk.

Teori yang menjelaskan hubungan pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut teori optimal penduduk. Menurut teori ini, pada awalnya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun, jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marjinal akan mengalami penurunan, dan mengubah keadaan pendapatan perkapita sama dengan produk marjinal.

2.1.1.2 Pendekatan Neo Klasik

Dalam teori Solow, model yang dikembangkan terdapat adanya kemungkinan perubahan pada tingkat bunga maupun tingkat upah. Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan pertimbangan-pertimbangan variabel diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga, tenaga kerja (tingkat upah) akan


(23)

menurun secara nisbi terhadap harga modal (tingkat bunga). Sebaliknya jika pertambahan modal melampaui pertambahan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah akan menurun.

Dengan adanya perubahan pada harga faktor-faktor produksi dan melalui substitusi satu jenis faktor produksi oleh jenis faktor produksi lainnya, hal itu satu sama lain dapat membatasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dari ekuilibrium pertumbuhan.

2.1.1.3 Pendekatan Keynes

Teori klasik yang beranggapan tanpa campur tangan pemerintah dalam ekonomi, maka pembangunan ekonomi berjalan maksimal. Tetapi ternyata tahun 1930-an terjadi pengangguran besar-besaran, sehingga timbullah kritik dari Keynes dengan pendekatan dari segi makro untuk mengatasi pengangguran yang terjadi yaitu melalui perekonomian secara keseluruhan, jadi untuk mengatasi pengangguran perlu ditambah pengeluaran uang supaya pengusaha menaikkan investasi yang akan menaikkan tenaga kerja sehingga pengangguran dapat diatasi.

Sehingga perlu campur tangan pemerintah dengan mencetak uang maka akhirnya daya beli bertambah dan respon pengusaha meningkatkan produksi maka pengangguran berkurang.

2.1.1.4 Pendekatan Neo Keynes

Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan Roy F. Harrod. Asumsi dari teori Harrod-Domar adalah :


(24)

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor

perusahaan.

3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.

4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR).

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR).

Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2004 : 64 - 67).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Kamaluddin, 1999 : 21).


(25)

1. Faktor Ekonomi

1) Sumber Daya Alam; meliputi luas dan kesuburan tanah, letak, dan susunannya, kekayaan hutan, sumber mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya.

2) Sumber Daya Manusia atau Tenaga Kerja; peranan sumber daya manusia (SDM) dalam proses produksi dan pembangunan pertama-tama ditentukan oleh jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) tenaga kerja yang tersedia. 3) Permodalan dan Akumulasi Modal; merupakan persediaan faktor produksi

yang secara fisik dapat dihasilkan atau diproduksi. Jika stok modal meningkat dalam jangka waktu tertentu dikatakan terjadinya pembentukan modal atau akumulasi modal. Dalam pengertian ini pembentukan modal merupakan investasi yang menaikkan stok modal yang kemudian dapat meningkatkan output nasional dan pendapatan nasional.

4) Tenaga Manajerial dan Organisasi Produksi; merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam berbagai kegiatan perekonomian dan pembangunan. Organisasi ini bersifat melengkapi atau komplementer terhadap tenaga kerja dan modal serta membantu meningkatkan produktivitas. Organisasi produksi ini diatur dan dilaksanakan oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya sehari - hari.

5) Kemajuan dan Pemanfaatan Teknologi; Prof. Kuznets mengemukakan lima pola penting kemajuan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi modern.


(26)

Kelima pola tersebut adalah penemuan ilmiah yang menghasilkan penyempurnaan pengetahuan teknik, invensi, inovasi, penyempurnaanya, dan penyebarluasan (pemakaian) penemuan baru tersebut dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya dikemukakan bahwa inovasi meliputi dua macam hal, yaitu: 1) Terjadinya penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan pada kualitas produk, 2) Berlangsungnya pembaruan yang menciptakan produk baru dan permintaan baru terhadap produk tersebut. 6) Pembagian Kerja dan Perluasan Skala Produksi; pembagian kerja dan

spesialisasi dalam produksi akan menimbulkan peningkatan produktivitas. Adam Smith menekankan arti pentingnya spesialisasi dan pembagian kerja bagi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya pembagian kerja tersebut menghasilkan kemampuan produksi dan produktivitas tenaga kerja, sehingga akan menjadi lebih efisien dari sebelumnya, disamping itu pembagian kerja tersebut akan mampu pula menghasilkan ditemukannya mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi..

2. Faktor Non Ekonomi

Selain faktor-faktor ekonomi yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah faktor non ekonomi, yaitu :

1) Faktor Sosial

2) Faktor Manusia, dan

3) Faktor Politik; kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Jika suatu negara mengalami krisis politik otomatis perekonomian akan terganggu dan pertumbuhan ekonomi tidak


(27)

akan meningkat atau bahkan akan bisa mengalami penurunan. Budaya yang sudah mengalami kemajuan akan termotivasi untuk mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, semakin beragam, dan banyaknya kebutuhan akan mendorong manusia untuk mencari pendapatan.

2.2. Konsumsi

2.2.1 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di-Indonesiakan dari bahasa Inggris ”Consumption”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. (Dumairy, 1996).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposible) perekonomian tersebut.

Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : Fungsi konsumsi ialah : C = a + bY


(28)

Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.

Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan disposible dengan tabungan yaitu konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata - rata.

Kecondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula :

MPC =

Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposible pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula :

APC =

Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save)

∆C ∆Yd

C Yd


(29)

adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan

pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula :

MPS =

Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposable (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula :

APS =

(Sadono Sukirno, 2003: 94-101).

2.2.2. Teori Konsumsi

2.2.2.1 Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

∆S ∆Yd

S Yd


(30)

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai

C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan :

C = konsumsi

Y = pendapatan disposible C = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal (N.G Mankiw, 2003 : 425-426)

Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes :. 1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan

hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.


(31)

2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

3. Pendapatan absolut disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.

4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).

2.2.2.2 Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M. Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah :

1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).


(32)

Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991: 70).

2.2.2.3 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.

Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi


(33)

kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain. (Suparmoko, 1991: 73-74).

2.2.2.4 Teori Komsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran


(34)

untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000).

Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran

seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.(Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 70).

2.3 Kredit

2.3.1 Pengertian Kredit

Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam Bahasa Latin, kredit berarti ”credere” yang artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.

Jika dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada debitur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan


(35)

kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur (Tjoekam,1999:1). Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2.3.2 Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah:

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima dimasa datang yang tertentu. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.


(36)

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. 4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak sengaja.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

2.3.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit ini tidak akan terlepas dari nilai keuntungan. Adapun tujuan pemberian kredit tersebut adalah :

1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.


(37)

2. Membantu usaha nasabah, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah :

a. Penerimaan pajak

b. Membuka kesempatan kerja dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, semakin besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk - produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus perekonomian dan perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadasyah Sinungan (1993:21), fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:


(38)

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. Kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional. h. Kredit meningkatkan peredaran barang.

2.3.4. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya.

Untuk menghindari kerugian dan memperkecil risiko kredit di masa mendatang, investasi kredit yang tegas, spesifikasi, dan akurat harus dilakukan. Tujuan dari investigasi kredit ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan obkjektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit.

Menurut Reed dan Giil (1989), unsur-unsur yang harus tercakup dalam investigasi kredit adalah :


(39)

1) Kapasitas untuk membayar 2) Karakter dan itikad baik

3) Kemampuan menghasilkan pendapatan 4) Asset yang dimiliki

5) Kondisi ekonomi

6) Faktor-faktor penting dalam usaha.

Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat bank dapat melakukan langkah - langkah berikut ini :

1. Wawancara dengan calon debitur, dan hasil wawancara diharapkan dapat diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan dan itikad baik calon debitur.

2. Memeriksa kembali catatan-catatan bank tentang debitur yang bersangkutan. Hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah bank.

3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar bank bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah bekerja sama dengan calon debitur.

4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur.

5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba dan perubahan modal.


(40)

2.3.5. Kriteria Pemberian Kredit 2.3.5.1 Prinsip 5C

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;193), untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis kredit. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi atau umum. Hal ini dijadikan ukuran kemauan nasabah untuk membayar dan melunasi kredit.

2. Capacity

Suatu analisa untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang di hubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini dan persentase modal sendiri dengan modal pinjaman.


(41)

4. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya.

Masih menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;194), selain prinsip 5C, konsep 7 P dan 3 R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.

2.3.5.2 Konsep 7 P

Tujuh konsep dalam metode analisis 7 P yaitu : 1. Personality (kepribadian)

Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.

2. Purpose (tujuan)

Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.

3. Prospect (prospek)

Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.


(42)

4. Payment (pembayaran)

Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya.

5. Profitabillity (tingkat keuntungan)

Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama semakin besar atau sebaliknya.

6. Protection (perlindungan)

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.

7. Party

Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya memiliki kesamaan dengan unsur dalam konsep 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kolateral dalam konsep 5C.


(43)

2.3.5.3 Konsep 3R

Tiga komponen dalam konsep 3R adalah : 1. Return ( tingkat pengembalian usaha)

2. Repayment ( kemampuan membayar kembali)

3. Risk Bearing Ability ( kemampuan menanggung resiko)

Unsur - unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya juga telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dan analisis kredit.

2.3.6. Jenis-jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan

1) Kredit investasi

Digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi, seperti untuk membangun pabrik atau membeli mesin.

2) Kredit modal kerja

Digunakan untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya, seperti untuk membeli bahan baku dan membayar gaji pegawai.


(44)

2. Dilihat dari segi tujuan kredit 1) Kredit Produktif

Digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa, seperti untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang.

2) Kredit konsumtif

Digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, seperti kredit untuk perumahan dan kredit mobil pribadi.

3) Kredit perdagangan

Digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya bersumber dari hasil penjualan barang tersebut. Misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu 1) Kredit jangka pendek

Merupakan kredit dengan jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun yang biasanya digunakan untuk modal kerja. Misalnya kredit peternakan ayam.

2) Kredit jangka menengah

Merupakan kredit dengan jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun. Biasanya digunakan untuk berinvestasi seperti pertanian jeruk atau peternakan kambing.


(45)

3) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit dengan jangka waktu pengembalian di atas tiga atau lima tahun. Biasanya digunkan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet atau kelapa sawit.

4. Dilihat dari segi jaminan 1) Kredit dengan jaminan

Kredit diberikan dengan adanya suatu jaminan, baik dalam bentuk barang berwujud atau tidak berwujud ataupun jaminan orang.

2) Kredit tanpa jaminan

Kredit diberikan tanpa jaminan, hanya dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas si calon debitur.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

1) Kredit pertanian, merupakan kredit untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

2) Kredit peternakan, misalnya peternakan ayam untuk jangka pendek dan peternakan kambing atau sapi untuk jangka panjang.

3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah, dan besar.

2.3.7. Manfaat Kredit 1. Manfaat bagi debitur

Manfaat bagi debitur antara lain :


(46)

2) Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).

3) Biaya untuk memperoleh kredit (bunga biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pegusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa yang akan datang.

2. Manfaat bagi kreditur

Manfaat bagi kreditur antara lain :

1) Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya dana yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengolah kredit tersebut.

2) Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya. 3) Sarana untuk memasarkan produk dan jasa bank lainnya.

4) Untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya.Untuk merebut pasar ( market share) dalam industri perbankan.

3. Manfaat bagi pemerintah

Manfaat bagi pemerintah antara lain :

1) Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi 2) Sebagai alat pengendali moneter

3) Sebagai alat menciptakan lapangan kerja

4) Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat 5) Sebagai sumber pendapatan negara


(47)

4. Manfaat bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat antara lain :

1) Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat.

2) Bermanfaat bagi masyarakat yang berprofesi sebagai akuntan publik, notaris, dan lain–lain.

3) Para pemilik dana yang disimpan di bank diharapkan agar dana yang disimpannya tetap aman karena bank mampu mengelolanya dengan baik.

4) Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai suplier bahan-bahan baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut.

5) Dengan pemberian kredit bank membantu mendirikan usaha-usaha lain yang dapat mendukung usaha yang baru berdiri yang dibiayai oleh bank.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Kota Pematangsiantar mengenai pengaruh penyaluran kredit dan konsumsi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonominya. Ruang lingkup penelitian adalah kredit dan konsumsi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu hasil olahan yang diperoleh dari dinas atau instansi resmi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber datanya diperoleh melalui Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Laporan Bank Indonesia (BI) Medan dalam kurun waktu 1995 sampai 2009 serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website dan jurnal-jurnal.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan menggunakan metode mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan


(49)

permasalahan yang ada didalam penulisan penelitian yang dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, koran, brosur, internet dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pencatatan dan pengkopian data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan diatas. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan langsung sesuai dengan data yang digunakan.

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1,X2)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk ekonometrika dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ Keterangan :

Y = Pertumbuhan Ekonomi (Juta Rupiah) X1 = Kredit (Juta Rupiah )


(50)

X2 = Konsumsi (Juta Rupiah )

α = Intercept/konstanta

β1,β2 = Koefisien Regresi

µ = Term Of Error/Tingkat Kesalahan

Secara matematis bentuk hipotesis tersebut diatas dinyatakan sebagai berikut :

> 0, artinya jika X1 (kredit) mengalami kenaikan maka variabel Y (pertumbuhan ekonomi) juga akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

> 0, artinya jika X2 (konsumsi) mengalami kenaikan maka variabel Y (pertumbuhan ekonomi) juga mengalami kenaikan, cateris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien Determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana nilai koefisien determinasi mendekati 1 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variebel terikat.

∂Y

∂∂X1 X1

∂X2


(51)

3.6.2 Uji F-Statistik

Uji F-Statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel independen. Dalam pengujian F-Statistik digunakan hipotesis:

Ho : b1 = b2 = 0 ………. (tidak ada pengaruh) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 ………. (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung>F-tabel, maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen. Dan jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : F-hitung =

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah Variabel Independen n = Jumlah Sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Ho : β1 = β2 = 0 Ho diterima (F-hitung < F-tabel) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

2. Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 Ha diterima (F-hitung > F-tabel) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(1-R²)/(n-k) R² / (K-1)


(52)

Ho diterima

Ha diterima

0 F-tabel

Gambar 3.1 : Uji F-Statistik

3.6.3 Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 ………. (tidak ada pengaruh) Ha : bi ≠ 0 ………. (ada pengaruh)

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t-hitung < t-tabel maka


(53)

pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima. Ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: t-hitung =

Dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Ha diterima Ha diterima

H0 diterima

Gambar 3.2 : Uji t-statistik

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-F-hitung, serta standar error.

Sbi (bi-b)


(54)

Adanya multikolinieritas ditandai dengan : a. Standar error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α=5%, α=10%, α=1% c. R2 sangat tinggi

d. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

3.7.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila: variabel (ei, ej) ≠ 0; untuk I ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan korelasi, yaitu: 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik

2. Dengan uji Durban-Watson (D-W Test). D-hitung =

Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi Ha : ρ≠ 0 berarti ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

∑ e² t ∑{et(et-1)}²


(55)

Inconclusive H0: accept Inconclusive

Autokorelasi (+) No Serial Correlation Autokorelasi (-)

Gambar 3.3 : Kurva Durbin Watson Keterangan :

(4 - dl) < DW < 4 : Tolak H0 (terdapat autokorelasi negatif) (4 –du) < DW < (4 – dl) : Tidak ada kesimpulan

2 < DW < (4-du) : Terima H0 (tidak ada autokorelasi) Du < Dw < 2 : Terima H0 (ada korelasi negatif) dl < Dw < du : Tidak ada kesimpulan (inconclusive) 0 < Dw < dl : Tolak H0 (terdapat autokorelasi positif)

3.8 Definisi Operasional

1. Pertumbuhan ekonomi (Y) adalah peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar tertentu. Dalam hal ini berdasarkan harga konstan tahun 2000 (juta Rupiah).

2. Kredit adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa dihitung dalam satuan juta Rupiah.


(56)

3. Konsumsi (X2) adalah pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa - jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dihitung dalam satuan juta Rupiah.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar

4.1.1 Latar Belakang Terbentuknya Kotamadya Pematangsiantar

Sebelum Proklamsi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906.

Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kmapung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah–daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang 2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol–pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame, dan Bane

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba, dan Martimbang.

Setelah Belanda memasuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja–raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu


(58)

Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285, Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan. Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah otonomi. Berdasarkan Undang–Undang No.22/1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai tahun 1957.

Berdasarkan Undang-Undang No.1/1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang–Undang No.5/1974 tentang Pokok–pokok Pemerintahan di daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 desa/kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.

Kecamatan–kecamatan tersebut yaitu : 1. Kecamatan Siantar Barat

2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara 4. Kecamatan Siantar Selatan.


(59)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986, tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menajdai enam wilayah kecamatan,dimana sembilan desa/kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 Km2. Kecamatan – kecamatan tersebut yaitu :

1. Kecamatan Siantar Barat 2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara 4. Kecamatan Siantar Selatan 5. Kecamatan Siantar Marihat, dan 6. Kecamatan Siantar Martoba.

Pada tahun 1997 Wilayah Administrasi di Kota Pematangsiantar mengalami perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi:

SK Gubsu No.140.050.K/97 tertanggal 13 Februari 1997 dan direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No.140/1961/Pem/97 tertanggal 15 April 1997 tentang: Pembentukan Lima Kelurahan Persiapan di Kec. Martoba. SK Gubsu No.140/2610.K/95 tertanggal 4 Oktober 1995 serta direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No.140/1961/Pem/97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status Sembilan Desa menjadi Kelurahan.


(60)

Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar menjadi 43 kelurahan. Perihal urusan rumah tangga daerah, sampai saat ini di Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terdapat 13 daerah otonom yaitu:

1. Dinas Pendapatan Kota P/Siantar Perda No.12 Tahun 1989 2. Dinas Pasar Kota P.Siantar Perda No.2 Tahun 1987 3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota P.Siantar Perda No.6 Tahun 1992

4. Dinas Perindustrian Kota P.Siantar Perda No.4 Tahun 1986 5. Dinas Peternakan Kota P.Siantar Perda No.5 Tahun 1984 6. Dinas PU Kota P.Siantar Perda No.19 Tahun 1990 7. Dinas Kesehatan Kota P.Siantar Perda No.13 Tahun 1995 8. Dinas Tata Kota Kota P.Siantar Perda No.6 Tahun 1987 9. Dinas Kebakaran Kota P.Siantar Perda No.7 Tahun 1996 10. Dinas Tata Bangunan Kota P.Siantar Perda No.6 Tahun 1996 11. Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Kota P.Siantar Perda No.11 Thun 1996

12. Dinas LLAJ Kota P.Siantar Perda No.1 Tahun 1994 13. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota P.Siantar Perda No.12 TAhun 1995

4.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 3001’ 09” - 2054’ 40” LU dan 9906’ 23” - 9901’10” BT, berada di tengah – tengah wilayah Simalungun.


(61)

Luas daratan kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km2 terletak 400 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Siantar Marihat dengan luas wilayah 25,831 Km2 atau sama dengan 32,30 persen dari luas wilayah Kota Pematangsiantar.

Secara administrasi wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi delapan kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Siantar Marihat 2. Kecamatan Siantar Marimbun 3. Kecamatan Siantar Selatan 4. Kecamatan Siantar Barat 5. Kecamatan Siantar Utara 6. Kecamatan Siantar Timur 7. Kecamatan Siantar Martoba 8. Kecamatan Siantar Sitalasari. 4.1.3 Iklim

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Kota Pematangsiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan daerah datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata–rata 29,80C dan suhu minimum rata–rata 20,70C pada tahun 2009.

Selama tahun 2009 kelembaban udara rata-rata 84 persen. Rata-rata tertinggi pada bulan Oktober mencapai 84 persen, sedangkan curah hujan rata-rata 249 MM, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yang mencapai 461 MM.


(62)

4.1.4 Pemerintahan

Administrasi pemerintahan Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 terdiri atas delapan kecamatan dan 43 kelurahan, dengan tipe Swasembada.

Anggota Legislatif (DPRD) Kota Pematangsiantar adalah sebanyak 30 orang yang terdiri atas 18 orang dari Fraksi PDI P, tujuh orang dari Fraksi Demokrat, lima orang dari Fraksi Barisan Nasional.

4.1.5 Penduduk

Pada dasarnya penduduk adalah merupakan modal dasar pembangunan, oleh karena itu data statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk kepentingan perencanaan pembangunan dan segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kesempatan kerja, mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran.

Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 250.997 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.146 jiwa per Km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 adalah 0,40 persen.

Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki–laki. Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 127.516 jiwa dan penduduk laki-laki 123.481 jiwa.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Kota Pematangsiantar Tahun 2009 Kecamatan Luas

(Km2)

Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

Siantar Marihat 7.825 4.273 19.697 2.517

Siantar Marimbun 18.006 2.641 13.393 744

Siantar Selatan 2.020 5.522 21.920 10.851


(63)

Siantar Utara 3.650 11.177 51.632 14.146

Siantar Timur 4.520 10.314 44.093 9.755

Siantar Martoba 18.022 6.180 28.250 1.568 Siantar Sitalasari 22.723 5.210 23.201 1.021

4.1.6 Tenaga Kerja

Pertumbuhan tenaga kerja di Kota Pematangsiantar sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Namun pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan tingginya jumlah pengangguran.

Pada tahun 2009, jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kota Pematangsiantar sebanyak 1.422orang, dimana pencari kerja terbesar dari tingkat S1 sebanyak 489 atau sekitar 34 persen dari total pencari kerja.

Tabel 1.2

Pola Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Pematangsiantar 2009

4.2 Gambaran Perekonomian Kota Pematangsiantar 4.2.1 Perkembangan PDRB Kota Pematangsiantar

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada perkembangan PDRB nya. Perkembangan PDRB Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Salah satu manfaat dari data PDRB adalah untuk

No. Pendidikan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. SD/Tidak Tamat SD

8 3 53 22 22 2 5

2. SLTP 21 20 - 19 19 8 304

3. SLTA 928 5582 1.817 1.788 1.788 359 224

4. Akademi/Sarjana Muda 452 612 391 392 392 239 295

5. Univ/Sarjana 290 1.654 989 791 791 289 489

6. S2 - - - 1 1 - 2

JUMLAH 1.699 7.871 3.250 3.013 3.013 897 1.422 Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009


(64)

mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi. Besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan pola struktur perekonomian pada satu periode didaerah tertentu. Berikut ini tabel PDRB Kota Pematangsiantar atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 1995-2009 dalam kurun waktu 15 tahun:

Tabel 1.3

PDRB Kota Pematangsiantar Atas Dasar Harga KonstanTahun 1995-2009 (juta Rupiah)

Tahun ADHK

1995 1,027,098.12 1996 1,301,631.85 1997 1,294,521.46 1998 1,275,625.88 1999 1,300,812.17 2000 1,335,834.56 2001 1,361,757.31 2002 1,389,814.31 2003 1,432,085.19 2004 1,467,879.15 2005 1,552,523.81 2006 1,645,113.62 2007 1,729,273.44 2008 1,828,251.14 2009 1,926,298.65 Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009

PDRB Kota Pematangsiantar tidak hanya mencakup perkembangan PDRB dan PDRB perkapita saja, tetapi juga mencakup PDRB menurut lapangan usaha yang ada dan tersedia dikota Pematangsiantar.


(65)

PDRB Kota Pematangsiantar menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan (tahun dasar 2000) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1.4

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2000r)) di Kota Pematangsiantar

Lapangan Usaha ADHB ADHK

1 2 3

Pertanian 108.211,42 64.923,33

Penggalian 844,51 411,18

Industri 900.954,33 243.448,94

Listrik, Gas, dan Air 55.781,55 22.662,58

Bangunan 200.540,63 160.619,14

Perdagangan 1.187.270,23 604.040,83 Angkutan dan Komunikasi 363.455,44 328.735,54 Keuangan dan Perbankan 497.034,34 249.160,14

Jasa 451.821,74 252.902,96

JUMLAH 3.765.914,24 1.926.913,64

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PDRB terbesar didominasi oleh sektor perdagangan yaitu atas dasar harga berlaku sebesar 1.187.270,23 dan atas dasar harga konstan sebesar 604.040,83. Sektor perdagangan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan PDRB.

4.2.2 Perkembangan Kredit Kota Pematangsiantar

Perkembangan penyaluran kredit di kota Pematangsiantar mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Sejak tahun 1997 kredit mengalami sedikit penurunan sebesar Rp 164082 (ribu Rp) dari Rp. 563471 (ribu Rp) pada tahun


(66)

1996. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia yang sedang bergejolak karena krisis moneter. Memasuki tahun 2000 posisi kredit kembali meningkat menjadi sebesar Rp 413,700 (ribu Rp).Peningkatan kredit ini berlanjut sampai ke tahun-tahun berikutnya, hingga akhir 2009 posisi kredit perbankan mencapai sebesar Rp 1627260 (ribu Rp).

Perkembangan kredit yang melesat di Kota Pematangsiantar ini dikendarai oleh Kota Pematangsiantar sendiri yang merupakan salah satu kota perdagangan di Provinsi Sumatera Utara. Selain tempatnya yang strategis, potensi dan peluang usaha didaerah ini juga sangat besar. Oleh karenanya, kredit sangat berpengaruh besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi didaerah ini. Dimana kredit sebagai salah satu penyokong dana bagi pengusaha kecil dan menengah dalam hal modal kerja. Penyaluran kredit modal kerja dan kredit investasi menjadi produk utama bank yang ditawarkan kepada masyarakat. Kredit investasi dan kredit modal kerja yang diberikan oleh bank-bank umum di daerah ini memicu masyarakat untuk berlomba-lomba memanfaatkan potensi dan peluang yang tersedia dan memotivasi untuk memulai membuka usaha kecil-kecilan yang diharapkan dapat berkembang menjadi usaha yang besar dengan melakukan peminjaman kredit modal kerja yang ditawarkan oleh bank.

Tabel 1.5

Posisi Kredit Perbankan Menurut Daerah Tingkat II Kota Pematangsiantar Tahun 1995-2009 (Juta Rupiah)

Tahun Kredit

1995 244,413

1996 563,471

1997 466,172


(67)

Sumber:Perum Pegadaian Cabang Kota Pematangsiantar

4.2.3 Perkembangan Konsumsi Kota Pematangsiantar

Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh sehingga dalam kegiatan susenas pendekatannya adalah dari segi pengeluaran rumah tangga.

Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran untuk keperluan rumah tangga yang betul-betul dikonsumsi (dimakan/dipakai), atau dibayarkan tanpa memperhatikan asal barang baik pembelian atau produksi maupun pemberian atau pembagian. Tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah tercipta akibat tingginya peningkatan pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga dari tahun ketahun.

Berikut ini persentase penduduk Kota Pematangsiantar dan rata-rata pengeluaran perkapita perbulan menurut kelas pengeluaran pada tahun 2009 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

1999 362,179

2000 413,700

2001 613,367

2002 781,270

2003 879,963

2004 1,144,241

2005 1,521,970

2006 849,588

2007 1,049,275

2008 1,446,611


(68)

Tabel 1.6

Persentase Penduduk Kota Pematangsiantar dan Rata-rata Pengeluaran Per kapita Perbulan Menurut Kelas Pengeluaran Tahun 2009

Golongan

Pengeluaran(Rp) Persentase Penduduk

Rata-rata Pengeluaran Perkapita Perbulan

<80.000 - -

80.000-99.999 - -

100.000-149.999 0,41 0,09

150.000-199.999 0,25 0,08

200.000-299.999 13,62 6,20

300.000-399.999 20,29 12,33

400.000-499.999 17,83 13,85

>500.000 47,60 67,45

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009

Konsumsi rata perkapita setahun diperhitungkan dari konsumsi rata-rata perkapita dalam seminggu dikalikan 52, atau konsumsi rata-rata-rata-rata perkapita dalam sebulan dikalikan 12. Pengeluaran atau konsumsi perkapita sebulan mencakup konsumsi untuk makanan dan konsumsi untuk bukan makanan.

Konsumsi rata-rata perkapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan penduduk Kota Pematangsiantar dalam kurun waktu 15tahun (1995-2009) dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.7

Konsumsi Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk Makanan dan Bukan Makanan Penduduk Kota Pematangsiantar (Juta Rp)

Tahun Makanan Bukan Makanan

1995 28.712,36 14.159,31

1996 30.244,21 18.234,96

1997 35.101 22.454

1998 47.237 31.114

1999 85.070 45.391


(69)

2001 103.616 57.656

2002 156.433 82.252

2003 163.593 103.067

2004 143.245 113.366

2005 169.071 132.115

2006 173.431 185.749

2007 199.219 178.124

2008 340.809 312.491

2009 320.140 310.972

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi rata-rata perkapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan penduduk Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Pengeluaran konsumsi penduduk Kota Pematangsiantar dihitung dengan cara konsumsi rata-rata perkapita sebulan dikalikan 12. Berikut ini tabel pengeluaran konsumsi penduduk Kota Pematangsiantar dalam kurun waktu 15 tahun (1995-2009):

Tabel 1.8

Pengeluaran Konsumsi Penduduk Kota Pematangsiantar Tahun 1995-2009 (juta Rp)

Tahun Konsumsi

1995 514.46

1996 581.75

1997 690.66

1998 940.212

1999 1565.532

2000 1960.932

2001 1935.264

2002 2864.22

2003 3199.92

2004 3079.332

2005 3614.232


(1)

RAW DATA KOTA PEMATANGSIANTAR

TAHUN

PDRB ATAS

DASAR

HARGA

KONSTAN

KREDIT

KONSUMSI

(juta Rp)

(juta Rp)

(juta Rp)

1995

1,027,098.12

23658400

514.46

1996

1,301,631.85

24278600

581.75

1997

1,294,521.46

2093000

690.66

1998

1,275,625.88

7653350

940.212

1999

1,300,812.17

8646350

1.565.532

2000

1,335,834.56

18009612.5

1.960.932

2001

1,361,757.31

16465263

1.935.264

2002

1,389,814.31

24345134

2.864.22

2003

1,432,085.19

30154579

3.199.92

2004

1,467,879.15

35145557

3.079.332

2005

1,552,523.81

39222818.4

3.614.232

2006

1,645,113.62

59468684

4.310.16

2007

1,729,273.44

74473931.5

4.528.116

2008

1,828,251.14 101234893.7

7.839.6


(2)

HASIL REGRESI

DENGAN PROGRAM KOMPUTER E-VIEWS 5.1

Dependent Variable: PE

Method: Least Squares

Date: 03/11/11 Time: 22:15

Sample: 1995 2009

Included observations: 15

Variable

Coefficien

t

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

1124775.

42382.92

26.53841

0.0000

KREDIT

0.117866

0.087531

1.346565

0.2030

KONSUMSI

78.68409

17.96202

4.380580

0.0009

R-squared

0.901465

Mean dependent var

1457901.

Adjusted R-squared

0.885043

S.D. dependent var

238799.3

S.E. of regression

80965.72

Akaike info criterion

25.61830

Sum squared resid

7.87E+10

Schwarz criterion

25.75991

Log likelihood

-189.1372

F-statistic

54.89221

Durbin-Watson stat

1.701186

Prob(F-statistic)

0.000001

=====================

LS Y C KREDIT KONSUMSI

Estimation Equation:

=====================

Y = C(1) + C(2)*KREDIT + C(3)*KONSUMSI

Substituted Coefficients:

=====================


(3)

HASIL REGRESI VARIABEL KREDIT

TERHADAP KONSUMSI DENGAN PROGRAM KOMPUTER E-VIEWS

5.1

Dependent Variable: KREDIT Method: Least Squares Date: 03/11/11 Time: 22:19 Sample: 1995 2009

Included observations: 15

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 258172.4 113612.3 2.272398 0.0407

KONSUMSI 173.8407 30.24198 5.748323 0.0001 R-squared 0.717657 Mean dependent var 788764.4 Adjusted R-squared 0.695938 S.D. dependent var 465249.8 S.E. of regression 256547.2 Akaike info criterion 27.87158 Sum squared resid 8.56E+11 Schwarz criterion 27.96599 Log likelihood -207.0368 F-statistic 33.04322 Durbin-Watson stat 1.966804 Prob(F-statistic) 0.000067

Estimation Command: ===================== LS KREDIT C KONSUMSI Estimation Equation: ===================== KREDIT = C(1) + C(2)*KONSUMSI Substituted Coefficients:

=====================


(4)

HASIL REGRESI VARIABEL KONSUMSI

TERHADAP KREDIT DENGAN PROGRAM KOMPUTER E-VIEWS 5.1

Dependent Variable: KONSUMSI Method: Least Squares

Date: 03/13/11 Time: 17:41 Sample: 1995 2009

Included observations: 15

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -204.0371 651.9798 -0.312950 0.7593 KREDIT 0.004128 0.000718 5.748323 0.0001 R-squared 0.717657 Mean dependent var 3052.174 Adjusted R-squared 0.695938 S.D. dependent var 2267.217 S.E. of regression 1250.185 Akaike info criterion 17.22354 Sum squared resid 20318511 Schwarz criterion 17.31794 Log likelihood -127.1765 F-statistic 33.04322 Durbin-Watson stat 1.613681 Prob(F-statistic) 0.000067

Estimation Command: ===================== LS KONSUMSI C KREDIT Estimation Equation: ===================== KONSUMSI = C(1) + C(2)*KREDIT Substituted Coefficients:


(5)

HASIL REGRESI VARIABEL PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP KREDIT DENGAN PROGRAM KOMPUTER E-VIEWS 5.1

Dependent Variable: PE Method: Least Squares Date: 03/13/11 Time: 17:42 Sample: 1995 2009

Included observations: 15

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1108721. 65402.37 16.95230 0.0000 KREDIT 0.442693 0.072042 6.144966 0.0000 R-squared 0.743896 Mean dependent var 1457901. Adjusted R-squared 0.724196 S.D. dependent var 238799.3 S.E. of regression 125410.4 Akaike info criterion 26.44014 Sum squared resid 2.04E+11 Schwarz criterion 26.53454 Log likelihood -196.3010 F-statistic 37.76061 Durbin-Watson stat 1.489954 Prob(F-statistic) 0.000035

Estimation Command: =====================

LS PERTUMBUHAN EKONOMI C KREDIT Estimation Equation:

=====================

PERTUMBUHAN EKONOMI = C(1) + C(2)*KREDIT Substituted Coefficients:

=====================


(6)

HASIL REGRESI VARIABEL PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP KONSUMSI DENGAN PROGRAM KOMPUTER E-VIEWS

5.1

Dependent Variable: PE Method: Least Squares Date: 03/13/11 Time: 17:42 Sample: 1995 2009

Included observations: 15

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1155205. 36960.28 31.25531 0.0000 KONSUMSI 99.17404 9.838302 10.08040 0.0000 R-squared 0.886576 Mean dependent var 1457901. Adjusted R-squared 0.877851 S.D. dependent var 238799.3 S.E. of regression 83459.78 Akaike info criterion 25.62568 Sum squared resid 9.06E+10 Schwarz criterion 25.72009 Log likelihood -190.1926 F-statistic 101.6145 Durbin-Watson stat 1.743235 Prob(F-statistic) 0.000000

Estimation Command: =====================

LS PERTUMBUHAN EKONOMI C KONSUMSI Estimation Equation:

=====================

PERTUMBUHAN EKONOMI = C(1) + C(2)*KONSUMSI Substituted Coefficients: