Spektrofotometri Sinar Inframerah TINJAUAN PUSTAKA

transisi n →σ dan π→π mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang sekitar 20 nm Creswell, et al., 1982. Kromofor yang menyebabkan transisi n →π ialah senyawa yang mempunyai orbital molekul n m aupun π yaitu senyawa yang mengandung atom yang mempunyai pasangan elektron sunyi dan orbital π. Senyawa yang mempunyai transisi n →π mengabsorpsi cahaya yang panjang gelombang 200- 400 nm Creswell, et al., 1982. Istilah-istilah yang sering digunakan di dalam membicarakan spektra elektronik yaitu: Kromofor : Suatu gugus kovalen tidak jenuh yang bertanggung jawab untuk serapan elektronik. Auksokrom : Suatu gugus jenuh dengan elektron tidak terikat dimana bila menempel kepada suatu kromofor dapat mengubah panjang gelombang dan intensitas serapan. Pergeseran batokromik : Pergeseran serapan ke panjang gelombang yang lebih panjang karena sisipan atau pengaruh pelarut geseran merah. Pergeseran hipsokromik : Pergeseran serapan ke panjang gelombang yang lebih pendek disebabkan substitusi atau pengaruh pelarut geseran biru. Efek hiperkromik : Kenaikan dalam intensitas serapan. Efek hipokromik : Penurunan dalam intensitas serapan Silverstein, 1986.

2.6 Spektrofotometri Sinar Inframerah

Spektrofotometer inframerah pada umumnya digunakan untuk: Universitas Sumatera Utara 1. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik 2. Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya inframerah tengah mid-infrared yaitu pada panjang gelombang 2,5- 50 μm atau bilangan gelombang 4000-200 cm ˉ1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metoda ini sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik. Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel suatu senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Detektor yang ditempatkan pada sisi lain dar senyawa akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekkuensi yang melewati senyawa yang tidak diserap akan diukur sebagai persen transmitan Dachriyanus, 2004. Daerah inframerah terletak antara spektrum elektromagnetik cahaya tampak dan spektrum radio, yakni antara 4000-400 cm -1 . Penggunaan spektrofotometri inframerah yang dimaksudkan untuk analisa lebih banyak ditujukan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Spektrum inframerah senyawa organik bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula Noerdin, 1985. Universitas Sumatera Utara Penafsiran spektrum inframerah dari suatu senyawa yang belum diketahui haruslah ditujukan pada penentuan ada atau tidaknya beberapa gugus fungsional utama seperti C=O, O-H, N-H, C-O, C=C, C ≡C, C=N, C≡N, dan NO 2 . Langkah-langkah yang umum dilakukan untuk memeriksa pita-pita yang penting pada hasil spektrum inframerah Pavia, et al., 1988: 1. Gugus karbonil Gugus C=O memberikan puncak yang kuat pada daerah 1820-1660 cm -1 . 2. Bila gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut jika C=O tidak ada langsung ke nomor 3. Asam : periksalah gugus O-H, merupakan serapan melebar di daerah 3300-2500 cm -1 Amida : periksalah gugus N-H, merupakan serapan medium didaerah 3500 cm -1 , kadang-kadang dengan puncak rangkap. Ester : periksalah gugus C-O, merupakan serapan medium didaerah 1300-1000 cm -1 . Anhidrida : mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm- 1 . Aldehida : periksalah gugus C-H, merupakan dua serapan lemah didaerah 2850 dan 2750 cm -1 yaitu disebelah kanan serapan C-H. Keton : kemungkinan bila kelima senyawa di atas tidak ada. 3. Bila gugus C=O tidak ada Universitas Sumatera Utara Alkohol atau fenol : periksalah gugus O-H, merupakan serapan melebar di daerah 3600-3300 cm-1 yang diikuti adanya serapan C-O di daerah 1300-1000 cm -1 . Amina : periksalah gugus N-H, yaitu serapan medium di daerah 3500 cm -1 . Eter : periksalah gugus C-O dan tidak adanya O-H, yaitu serapan medium di daerah 1300-1000 cm -1 . 4. Ikatan rangkap dua atau cincin aromatik − Serapan lemah C=C di daerah 1650 cm -1 . − Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm -1 sering menunjukkan adanya cincin aromatik. − Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan pada daerah C-H aromatik di sebelah kiri 3000 cm -1 , sedangkan C-H alifatis terjadi di sebelah kanan daerah tersebut. 5. Ikatan rangkap tiga − Serapan medium dan tajam dari C≡N di daerah 2250 cm -1 . − Serapan medium dan tajam dari C≡C di daerah 2150 cm -1 . 6. Gugus nitro − Dua serapan yang kuat di daerah 1600-1500 cm -1 dan 1390-1300 cm -1 . 7. Hidrokarbon − Apabila keenam serapan di atas tidak ada. − Serapan C-H alifatis di daerah 3000 cm -1 . Universitas Sumatera Utara − Serapan yang sangat sederhana di daerah 1450 cm -1 CH2 dan 1375 cm -1 CH3. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, analisis ekstrak dengan kromatografi lapis tipis, isolasi alkaloida dengan metode asam basa, uji kemurnian isolat dan karakterisasi isolat dengan spektrofotometri ultraviolet serta spektrofotometri inframerah.

3.1. Alat-alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat-alat gelas Iwaki Pyrex, blender Philips, eksikator, mikroskop Olympus, neraca analitik Vibra AJ, neraca kasar Homeline, oven listrik Memmert, penangas air, penguap vakum putar Stuart, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, seperangkat alat penentu kadar air Pyrex, spektrofotometer ultraviolet Shimadzu, spektrofotometer inframerah Shimadzu dan tanur Nabertherm.

3.2. Bahan-bahan Yang Digunakan

Sampel yang digunakan adalah biji jintan hitam Nigellae sativae semen. Bahan kimia yang digunakan berkualitas proanalisa E.Merck yaitu: amonia, asam asetat anhidrida, asam klorida, asam nitrat, asam sulfat, benzena, Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae

1 10 61

Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi-Fraksi Hasil Kolom Kromatografi dari Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Enzim RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 11 80

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.).

0 0 2

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 4

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

1 1 35

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 4

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 17

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 16

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 2