BAB III Pemimpin Bagi Orang Jawa
3.1. Jenis Kekuasaan dan Tipe Pemimpin 3.1.1. Kekuasaan
Dalam Paham Jawa, kekuasaan adalah sesuatau yang sama sekali berbeda dengan kata kekuasaan itu sendiri sebagai kata terjemahan dari “power”.
Kekuasaan adalah ungkapan energy illahi yang tanpa bentuk, yang selalu kreatif meresapi seluruh kosmos. Kekuatan bukanlah suatu gejala yang khas social yang
berbeda dari kekuatan-kekuatan alam, melainkan ungkapa kekuatan kosmis yang dapat kita bayangkan sebagai semacam fludium yang memenuhi seluruh kosmos
Suseno, 1996, hal: 99 . Artinya bahwa kekuatan-kekutana itu seperti cairan yang
mengisi seluruh alam semesta, tidak terkecuali apappun dan dapat dimiliki oleh siapapun tergantung bagaimana cara seseorang itu memperolehnya.
Dalam tradisi Jawa kuno, jumlah total dalam alam semesta adalah tetap sama saja, jumlah tersebut tidak berkurang tidak pula lebih hal tersebut
dikarenakan selalu identik dengan hakikat alam semseta itu sendiri, yang dapat berubah hanyalah pembagian kekuasaan dalam alam semesta. Konsentrasi
kekuasaan di suatau tempat dengan sendirinya bearti pengurangan kekuasaan di tempat-tempat lain.
Keberadaan kekuasaan ini terutama terlihat pada akibat-akibat yang ditimbulkannya, maka barangkali ia kekuasaan harus terlebih dahulu dipelajari,
Universitas Sumatera Utara
sebelum berpindah kepada apa-apa yang menjadi atribut-atributnya. Kekuasaan itu senantiasa melayani sebuah struktur social, dan dilanggengkan oleh adanya
intervensi – intervensi “kebiasaan” atau hukum, oleh semacam penyesuaian otomatis dengan peraturan-peraturan, fungsi kekuasaan adalah untuk
mempertahankan masyarakat terhadap kelemahan-kelemahanny sendiri, menjaga dalam “tata-aturan” yang baik, dan jika perlu utuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang tidak bertentangan dengan apa-apa yang menjadi prinsip-prinsip dasarnya Balandier, hal: 44-45.
Kekuasaan menurut pandangan tradisi orang Jawa adalah sebagai sesuatu yang kongkret, homogen, tetap jumlah keseluruhannya, dan sebagai kekuasaan
mempunyai implikasi-implikasi moral yang inheren. Dalam kepercayaan tradisi Jawa terdapat dua jenis model pencarian kekuasaan
23
• Tradisi Ortodoks, ialah melalui cara dan praktek yoga seperti; berpuasa, tidak tidur, bersemadi, tidak melakukan hubungan seksual, dan
memberikan sesaji
•
Tradisi Heterodok, ialah melalui cara mabuk-mabukan, pesta-pesta seks dan pembunuhan ritual
Pada masa sekarang ini kekuasaan dicapai bukan lagi dengan model Heterodok, tetapi masih menggunakan model Ortodoks. Dimana
didalamnyasesorang yang akan menjadi pemimpin diajarkan untuk melakukan hal-hal baik, memang tidak secara mutlak mengikuti tradisi ortodoks tersebut.
hanya saja model dan tata cara pencapaian kekuasaan tersebut dilakukan dengan hal yang baik.
23
Benedict R. O’G. Anderson, Gagasan Tentang Kekuasaan Dalam Kebudayaa Jawa
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi
untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
• Kekuasan penghargaan Reward power Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi
imbalan tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan
kepuasan. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang dapat melalukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang
lain. • Kekuasaan paksaan Coercive power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Menurut David
Lawless, jika tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas
perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. • Kekuasan Referensi Referent power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau
persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit,
Universitas Sumatera Utara
seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang
diberikan atasannya. • Kekuasan keahlian Expert power
Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki
pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang
pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan
pimpinan. • Legitimate power Kekuasaan Legitimasi
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya actual power, ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk
mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama
pada nilai-nilai kultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk
mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Tipe Pemimpin
Dalam banyak literature disebutkan bahwa, dalam masayarakat jawa terdapat beberapa tipe pemimpin dan juga bagaimana cara mereka
mendapatklannya. Hal tersebut :
1. Tipe Karismatis
. Tipe Karismatis seperti ini memiliki kekuatan energy, daya tarik dan wibawa yang besar untuk mempengaruhi orang lain, sehingga pemimpin
seperti ini mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal atau orang-orang kepercayaan yang dapat dipercayai
sepenuhnya. Pemimpin seperti ini dianggap memiliki kekuatan gaib dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain, ia memperolehnya
sebagai karunia Yang Mahakuasa. Orang-orang seperti ini memiliki daya tarik tersendiri, keberanian, dan teguh pada pendiriannya sendiri
Sejalan dengan Hal tersebut, Bapak Sarmuji 56 Thn mengungkapkan Pemimpin kharismatik itu adalah Orang-orang yang
memiliki kemampuan yang luar biasa, udah gitu mereka punya kekuatan gaib yang mereka dapat dengan cara
mendekatkan diri dengan Yang Mahakuasa. Yang jelas belum ada yang bisa menggantikan mereka sebagai
pemimpin yang dinginkan wong cilik.
Pemimpin Karismatis memegang kekuasaan atas kepentingan bersama, beliau juga mengatakan bahwa pemimpin yang memiliki sifat karismatis
adalah orang berjiwa besar dan mampu melindungi bawahannya. Pada tradisi Jawa, Pemimpin juga diartikan sebagai titisan dari sang pencipta
yang diutus untuk membawa kebenaran.
2. Tipe Paternalistis dan Maternalistis
Universitas Sumatera Utara
Tipe pemimpin seperti ini sering disebut dengan jenis kepemimpinan yang kebapakan. Pemimpin ini mewariskan tahta kemimpinannya kepada
anaknya atau saudaranya, pemimpin jenis ini menganggap bahwa bawahnnya sebagai orang yang belum dewasa dan ia beranggapan bahwa
anaknya sebagai pewaris kepemimpinnanyalah yang harus dkembangkan. Pemimpin seperti ini tidak membarikan kesempatan kepada bawahannya
untuk berkreasai dan berinisiatif selain itu juga memiliki sifat over protective terlalu melindungi
3. Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota – anggota
kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh
undang – undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh
membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada
pemimpin secara mutlak. 4. Tipe
lesiser faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, ia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.
Keputusan berdasarkan keputusan anggota dan tidak ada dominasi dari pemimpin karena pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan
koreksi terhadap orang-orang yang dipimpinnya. 5. Tipe Populistis
Universitas Sumatera Utara
Tipe Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang membangu kepemimpinannya dengan solidaritas rakyat. kepemimpinan populistis ini
berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat tradisional. Selain itu pemimpin seperti ini juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta
bantuan dari negara luar. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan nasionalisme selain itu erat dikaitkan dengan modernitas
tradisional.
6. Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan jenis ini ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrative secara efektif.
Kepemimpinan jeis ini disisi oleh orang-orang yang terdiri dari para teknokrat, administrator, dan juga para ahli dibidang pembangunan.
Kepemimpinan ini pula dapat membangun birokrasi dan menejemen pembangunan negara yang berorientasi pada modernitas pembangunan.
7. Tipe demokratis
Kepemimpinan demokratis beroriantasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efesien kepada para pengikutnya.
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota – anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan
bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara – saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan
dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompok. Dalam melaksanalan tugasnya, pemimpin mau
Universitas Sumatera Utara
menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran – saran dari kelompoknya.
Pemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu dan mau mendengarkan nasihar dan sugesti bawahan. Dalam setiap pembuatan
rencana dan keputusan selalu meminta nasiha dan masukan dari para orang yang lebih ahli dan juga memberikan pekuang kepada bawahanorang yang
dipimpinnya untuk mengeluarkan pendapat.
3.2. Pemimpin Bagi Orang Jawa