Setelah keluar dari politik praktis, kegiatan ini mulai kembali bergairah. Seperti memperoleh gairah hidupnya kembali, kerinduan masyarakat Jawa
perantuan mendapat tempatnya di Pujakesuma. “sekalipun demikian, masih banyak juga yang traum, takut dibawa-bawa ke politik lagi, sehingga masih
banyak yang belum terlibat”
16
a. Rukun : rukun itu damai, tak banyak berselisihbertengkar
2.3 Visi dan Misi Paguyuban Pujakesuma
Sebagai salah Paguyuban etnis Jawa tertua di Sumatera, Paguyuban Pujakesuma memiliki tujuan selain untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia juga meningkatkan kehidupan kehidupan social ekonomi warga Pujakesuma di lingkungannya.. Selain itu Paguyuban ini juga merupakan sebagai
Wadah Partisipasi Pujakesuma dalam membangun kesenian, kebudayaan, olah raga, SDM dan perekonomian yang ada di Wilayah Sumatera dan wilayah yang
lainnya.
2.4. Motto Pujakesuma
Paguyuban Pujakesuma memiliki motto yang tercantum dalam ADART, motto Paguyuban Pujakesuma ini menjadi ikatan konstektual dalam kehidupan
sehari-hari anggota Pujakesuma dan juga dalam pelaksanaan organisasi Paguyuban ini. Motto Paguyuban Pujakesuma berupa:
sesama anggota pujakesuma dan juga sesama orang Jawa di lingkungan mereka tinggal
16
Siyo dalam Sihaloho, 2006: 440
Universitas Sumatera Utara
b. Raket : raket
17
baik sesama orang Jawa maupun etnis lain. artinya dekat-akrab serta menjaga kerukunan
c. Rageng : regeng, artinya bernuansa hangat,
rame; d. Rumekso : rumekso maksudnya menjaga, saling melindungi satu
dengan yang lainnya.
2.5. DPD,DPC, dan DPRa
Sekarang, sesuai dengan perkembangan zaman dan berjalannya waktu. Maka paguyuban ini memiliki 19 DPD, termesuk 2 DPD di Riau yaitu di Kabupaten
Kampar, serta DPD jabodetabek. Dari seluruh DPD tersebut, terdapat 228 DPC, dan 5.600 Ranting. Selain itu Paguyuban ini juga memiliki perwakilan di
Amsterdam Belanda, di Milan Italia, serta di Fankurt Jerman. “untuk perwakilan di luar negeri kegiatannya masih sekedar silaturahmi dan arisan saja”
18
17
Untuk ‘e’ dalam kata-kata raket, rageng, rumeko, dibaca dengan e lemah
18
Sihaloho, 2006:439
2.6. Keanggotaan Paguyuban Pujakesuma.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa anggota Paguyuban Pujakesuma adalah orang-orang Keturunan Jawa Suku Jawa Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa
Barat, maupun DKI Jakarta selain itu Paguyuban ini juga banyak diikuti oleh orang yang bukan orang Jawa, mereka merupakan orang-orang yang mau
bersama-sama membangun nilai-nilai Budaya dan juga mempertahankan nilai budaya yang bersifat fisik maupun non fisik.
Keanggotaan Paguyuban Pujakesuma dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu :
Universitas Sumatera Utara
• Anggota Aktif : merupakan orang-orang yang tergabung dan menjadi Anggota Paguyuban Pujakesuma baik orang-orang keturunan Jawa
ataupun bukan. Pada umumnya mereka adalah orang-orang yang aktif menjadi pengurus di dalam Paguyuban ini.
• Anggota Pasif : adalah merupakan seluruh orang Jawa yang ada di Sumatera yang menjadi anggota tetap ataupun simpatisan dari
Paguyuban ini. Anggota Pasif juga merupakan orang yang masih memiliki darah katurunan Jawa.
Ketentuan tentang keanggotaan ini dapat dilihat pada Anggaran Rumah Tangga pada BAB I pasal I yaitu :
Keanggotaan Pujakesuma adalah setiap Warga Negara Indonesia keturunan suku Jawa, hasil pembaharuan atau simpatisan suku lain
yang dapat diterima menjadi anggota “PUJAKESUMA” serta memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Telah berusia 15 Tahun keatas lanjut usia 2. Mau mengikuti kegiatan yang ditentukan PUJAKESUMA
3. Menerima menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta program umum organisasi dan peraturan organisasi
4. Ditetapkan dan disyahkan pengurus PUJAKESUMA sebagai anggota khusus bagi simpatisan lain.
2.7. Hubungan Sosial Paguyuban Pujakesuma 2.7.1. Interaksi Sosial Paguyuban Pujakesuma dengan Lingkungannya
Universitas Sumatera Utara
Paguyuban Pujakesuma sebagai salah satu paguyuban etnis Jawa juga menjalin hubungan baik dengan perkumpulan etnis lainnya, paguyuban ini
sering melakukan kegiatan bersama dalam hal menjaga kelestarian budayanya. Seperti pada tahun 2007, Paguyuban Pujakesuma bersama dengan
MABMI bersama-sama menggelar pertunjukan seni budaya masing-masing yang dilakukan di Istana Maimun.
Selain itu Pujakesuma yang merupakan orgnisasi orang Jawa, meggunakan falsafah orang Jawa yaitu memayu hayuning bawana. Pada
masyarakat Jawa Tradisional umunya kelas bawah falsafah ini memberikan kewajiban pada manusia untuk memlihara dan melestarikan alam, karena
alam telah memberikan kehidupan bagi manusia. Pada masyarakat modern umumnya kelas menengah dan kelas atas, falsafah tersebut dikembangkan
dengan pemahaman bahwa manusia harus dapat memelihara perdamaian dunia, agar bebas dari rasa ketakutan, kemiskinan, kelaparan, kekurangan,
dan peperangan. Falsafah tersebut juga mengajarkan manusia agar memiliki budi pekerti yang luhur, sehingga dunia menjadi aman dan tenteram
19
Falsafah hidup orang Jawa yang digunakan oleh Paguyuban Pujakesuma, merupakan sebagai penanaman dan pelestarian budaya Jawa
serta etika dan nilai-nilai yang tekandung didalamnya. Selain itu etika adalah nilai-nilai dan norma-norma yang dipergunakan masyarakat untuk
mengetahui bagaimana harus bersikap dalam menjalankan kehidupan sehari- hari. Kerukunan yang dijaga oleh Paguyuban Pujakesuma adalah salah satu
keadaan ideal yang diharapkan dapat mempertahankan dalam semua .
19
Gauthama, Margaret P Budaya Jawa dan Masyarakat modern, hal:21
Universitas Sumatera Utara
hubungan social, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dan juga dalam pengelompokkan masyarakat.
2.7.2. Interaksi Sosial Paguyuban Pujakesuma dengan Orang Jawa
Orang Jawa baik yang lahir ataupun tidak lahir dijawa adalah merupakan bagian anggota dari Paguyuban Pujakesuma, sehingga paguyuban
pujakesuma sendiri menjadi wadah berkumpulnya orang Jawa. Di Paguyban ini, orang-orang Jawa yang masih memiliki dan mencintai budaya Jawa
berkumpul dalam satu ikatan. Paguyuban Pujakesuma sendiri juga member pelayanan bagi orang-orang Jawa dan juga menjadi jembatan untuk
mempertahankan tradisi Jawa di tanah perantauan. Hubungan baik tetap dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan social sepert; gotong royong,
sunat masal. Selain itu paguyuban ini juga melakukan kegiatan ritual keagamaan seperti; sukuranselamatan, punggahan, dan suroan.
Kegiatan-kegiatan sosial kemasayarakatan yang dilakukan oleh Paguyuban tersebut, dimaksudkan agar Paguyuba yang merupakan sebagai
wadah orang Jawa untuk berkumpul dan melestarikan budaya mereka menjadi lebih dapat dimanfaatkan dan lebih menyatu dengan hati orang-orang
Jawa. Paguyuban Pujakesuma adalah cerminan orang Jawa, karena segala falsafah hidup orang Jawa juga ditanamkan didalam Paguyuban Pujakesuma.
2.8. Kegiatan Paguyuban Pujakesuma