F. Kepala Sekolah Sebagai Inovator.
Dalam Kamus Ilmiah Populer Bahasa Indonesia Innovator adalah orang-orang yang mendatangkan hal-hal atau ide-ide metode pembahruan,
printis ide-ide atau gagasan baru. Kepala sekolah sebagai innivator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif,
kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektiv, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.
31
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru
tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari
pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memilki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga
dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam satu laboratarium bidang studi
dapat dijaga oleh beberapa orang guru fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.
32
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah mengajarkan ke lembaga pendidikan untuk lebih madniri dalam mengelolah semua yang
ada di system sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus mampu dan memilki inovasi, ide gagasan baru dalam kaitannya memajukan dan
mengembangan sekolah. Karena apapun bentuk sekolahnya semua kemajuan dan kemunduran akan ada di keputusan bijak dari seorang
kepala sekolah
G. Kepala Sekolah sebagai Motivator a. Pengertian Motivasi
Motivasi bersala dari kata latin movere yang berarti dorongan
atau atau menggerakkan. Kata motivasi yang sering diartikan dalam
31
E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007,h 118
32
E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007,h 119
bentuk kata kerja menajdi rangsangan, dorongan yang menyebabkan sesuatu terjadi, baik yang berasal dari dalam mapun yang berasal dari
luar diri seseorang atau lingkungannya. Manusia terdorang bergerak untuk mencapai sutau tujuan hanya jika mereka merasa hal itu
merupkan bagian dari tujuan pribadi atau organisasinya.
33
Menurut Frederick J. Mcdonald Motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditnadi oleh dorongan efektif dan reaksi yang
mencapi tujuan. Motivasi bagian dari learning. Hilgrad dan Russel proses timbultumbuhnya motivasi mengikuti pola berikut:
Drives----Needs----Mosivies----Motivasi kelakuan.
34
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memilki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dan penyediaan berbagi sumber belajar melalui Pusat Sumber Belajar PSB.
b. Prinsip-prinsip untuk Mendorong Profesionalisme Kerja Tenaga Kependidikan.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat ditrapkan kepala sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan
profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila
kegiatan yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan, 2. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan mereka bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat
dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut,
3. Para tenaga kepndidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setipa pekerjaanya,
4. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan,
33
Sudarwan Danim Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan Visi dan Strategi Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi
Pendidikan Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, h, 30
34
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pedidikan Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006, cet ke-v, h 206,207
5. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan
rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka, mengatur pengalaman dengan sedemikian rupa
sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.
35
4. Manajemen Sekolah
1. Pengertian Manajemen Sekolah Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata
management yang berarati pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan.
Management berakar dari kata kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola.
36
Haiman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan bersama.
37
Menurut George Terry bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang
lain.
38
Sondang P. Siagian menyatakan bahwa manajemen adalah kemamapuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam
rangka mencapai tujuan melalui kegiatn-kegiatan orang lain.
39
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sekolah sebagai suatu aktifitas untuk memadukan dan mendayagunakan sumber
daya manusia dan pendidikan melalui fungsi-fungsi manajemen di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
35
E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007,h 121,122
36
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h235
37
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 3
38
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 3
39
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h 236
Manajemen sekolah sebagai suatu proses artinya manajemen berjalan dalam rangkaian-rangkaian aktifitas yang dilakukan kepala sekolah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.
Fungsi-Fungsi Manajemen Adapun fungsi-fungsi manajemen dibagi menjadi beberapa bagian,
antara lain yaitu: merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
a. Perencanaan
Berbagai pendapat para ahli mengenai perencanaan yang semuanya hampir memberikan pengertian dan penjelasan yang sama, “pada
hekakatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegitan”
40
. Louis A. Allen mengatakan “planning is the determanition of a
course of action to achieve a desired result”. Jadi perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
41
Sedangkan menurut Koontz 1972 menyatakan bahwa perencanaan adalah sebagai suatu proses intelektual yang
menentukan secara sadar tindakan yang akan ditempuh dan mendasarkan keputusan-keputusan pada tujuan yang hendak dicapai,
informasi yang tepat waktu dan terpercaya, serta memperhatikan perkiraan keadaan yang akan datang, oleh karena itu, perencanaan
membutuhkan pendekatan rasional kearah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
42
Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Ketiga kegiatan itu adalah 1 perumusan tujuan yang ingin dicapai 2 pemilihan program untuk mencapai tujuan itu 3 identifikasi
dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
43
40
Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, cet- IV, h 3
41
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 39
42
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Ramaja Rosda karya, 2009 cet k-X, h. 49
43
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Ramaja Rosda karya, 2009 cet k-X, h. 49
Pada umumnya perencanaan yang baik berisikan atau memuat enam unsur, yaitu:
the what, the why, the where, the when, the who dan the how. Jadi suatu rencana yang baik harus memberikan jawaban kepada enam
pertnyaan berikut, yait: a.
Tindakan apa yang harus dikerjakan? b.
Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? c.
Dimanakah tindakan itu harus dilaksanakan? d.
Kapankah tindakan itu dilaksanakan? e.
Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? f.
Bagaiamankah cara mengerjakan tindakan itu?
44
Dari jawaban-jawaban pertanyaan di atas, sesuatu rencana harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Penjelasan dai perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan.
b. Penjelsan mengapa kegiatan ini harus dikerjaka dan mengapa
tujuan yang ditentukan itu harus dicapai. c.
Penjelsan tentang kondisi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan sehingga tersedia fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
untuk mengerjakan pekerjaan itu. d.
Penjelsan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya pekerjaan.
e. Penjelsan tentang para petugas yang akan mengerjakan
pekerjaannya. f.
Penjelsa tentang teknik mengerjakan pekerjaan.
45
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian dimaksud
mengelompokkan kegiatanyang
diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi- fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan
kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan
aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan
44
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 41
45
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 41
terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
46
Untuk memperjelas penulisan ini, tentang pengorganisasian akan diuraikan hal-hal 1 Departementasi 2 delegasi.
1. departemensasi Tidakan pertama dalam mengorganisasi adalah departemensasi
yaitu proses mengkhususkan atau membagi-bagi kegiatan tugas pemimpin atau suatu perusahaan. Dasar-dasr departemensasi dapat
dibedakan sebagai berikut: a. dasar tetorial daerah, b. dasar produksi, c. dasar langganan, d. dasar fungsi, dan e. dasar lain-lain
seperti proses perkakas dan waktu.
47
2. Delegasi Delegasi adalah kegiatan sorang manajer untuk menugaskan
bawahannya untuk menegrjakan bagian daripada tugas manajer yang bersangkutan, dan pada waktu yang bersamaan memberikan
kekuasaan kepada bwahan tersebut sehingga bawahan itu dapat melaksanakan
tugas-tugas itu
sebaik-baiknya atau
dapat mempertanggungjawabkan hal-hal yang didelegasikan kepadanya.
48
c. Penggerakkan
Pengerakkan dalam dunia manajemen adalah penmpatan semua anggota dari sebuah kelompok agar bekerja secara sadar untuk menacapai
suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.
49
d. Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu
mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
50
Pengawasan adalah yang berhubungan dengan
46
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 10
47
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 74
48
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 107
49
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h 248
50
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 173
pemantauan, pengamatan, pembinaan dan pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan lembaga pedidikan.
51
Suatu Sistem pengawasan harus mengandung prinsip-prinsip berikut: a.
Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegitan yang harus diawasi.
b. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
c. Fleksibel.
d. Dapat mereflektir pola organisasi.
e. Ekonomis.
f. Dapat dimengerti.
g. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.
52
B. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang dihadapi dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam system
pendidikan nasional di Indonesia dewasa ini. Mengingat mutu pendidikan merupakan sumber dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Secara subtantif mutu itu sendiri mengandung dua hal, yaitu sifat dan taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan
taraf adalah menunjukan dalam suatu skala. Sedangkan menurut kamus ilmiah popular mutu kualitas atau tingkat,
kadar atau derajat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan
yang bermutu
terlibat berbagi
input seperti,
bahan ajar
kognitif,afektif,psikomotorik, metode, sarana dan prasarana, dan autput hasil belajar siswa
Terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas
penyelenggaraan pendidikan, yaitu: a.
Keandalan reability, yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.
51
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Pustaka Setia, 2009, h 137
52
M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, 2006, cet- XIX, h 174
b. Daya tangkap responsiveness, yaitu kemauan para tenaga
kependidikan untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Proses pembelajaran hendaknya
diupayakan interaktif dan memungkinkan para peserta didik mengembangkan kapasitas, kreatifitas, dan kapabilitas.
c. Seluruh tenaga kependidikan harus benar-benar kompoten
dibidangnya, reputasi penyelenggaraan pendidikan yang positif di mata masyarakat, sikap dan perilaku seluruh tenaga kependidikan
mencerminkan propesionalisme dan kesopanan.
d. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik antara murid dan guru. e.
Bukti langsung tangible, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga kependidikan dan sarana komunikasi.
53
2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan
a. Kurikulum
Kurikulum “ seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran”,
54
merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu factor dominan terjadinya proses pembelajaran. Kurikulum
khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajara yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus di
tempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat atau keseluruhan pelajaran yang di sajikan oleh suatu lembaga pendidikan
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahsa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu.
Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani kuno di Yunani, yang mengandung arti suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis star sampai garis finish.
55
Doll menegaskan bahwa kurikulum itu adalah perencanaan yang ditawarkan, bukan yang diberikan, karena pengalaman yang diberkan guru
belum tentu ditawarkan. Dengan demikian sluruh konsep pendidikan di
53
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung : PT Remaja Rosada Karya,2003,h. 227-228
54
Masnur Muslich, KTPS Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, cet-V, h. 1
55
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h 128
sekolah itu bisa dan harus ideal. Kurikulum haris bicara keharusan bukan kemungkinan.
56
Dari beberapa pengertian defenisi mengenai kurikulum dapat disimpulkan bahwa kurikulum sadalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajran dan proses pencapaian tujuan pendidikan
atua sekolah yang di aktualisasikan dikelas maupun diluar kelas sebagai pengalaman murid serta kumpulan mata pelajaran yang diajarkan kepada
siswa agar tujuan pendidikan dapat tercapai. b.
MediaAlat Pendidikan Kata
Media berasal dari bahasa Latin dan merupkan bentuk jamak darai kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan.
57
Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional atau NEA media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatnnya. Zakiah Daradjat menyebutkan pengertian alat pendidikan sama
dengan media pendidikan, sarana pendidikan. Sedangkan dalam kepustakaan asing, sementara ahli mengguna istilah
audio visual aids AVA
teaching materaial, instructional materail.
58
Para ahli telah mengklasifkasikan alatmedia pendidikan kepada dua bagian, yaitu alat pendidikan yang bersifat benda materil dan alat
pendidikan yang bukan benda non materil. 1. Alat pendidikan yang bersifat benda
Menurut Oemar Hamalik menyebutkan secara umum alat pendidikan materil terdiri dari : a. bahan-bahan cetakan atau bacaan,
b. alat tanpa proyeksi seperti papan tulis dan diagram, c. media
56
Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007, cet-III, h.
26
57
Arief S. Sadiman Dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009, h. 6
58
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h 180
pedndidikan tiga dimensi, d. alat pendidikan yang menggunakan tekhnik.
59
2. Alat pendidikan yang bukan benda Selain alamedia pendidikan berupa benda, terdapat pula
alatmedia pendidikan yang bukan berupa benda. Diantara alatmedia pendidikan yang berupa bukan benda adalah : a. keteladanan, b.
perintahlarangan, c. ganjaran dan hukuman.
60
c. Proses Belajar Mengajar PMB Prose belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbala balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam PBM
tersirat adanya kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara keduanya terjalin interaksi yang
saling menunjang. Ada beberapa komponen yang terdapat dalam proses belajar
mengajar, antara lain: materi pelajaran, metode mengajar, peralatan dan media evaluasi. Proses belajar mengajar juga merupakan sub sistem dari
pengajaran secara keseluruhan, dimana antara komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berhubungan dan terintegrasi.
Adapun dalam proses belajar mengajar, meliputi: b.
Penguasaan Materi akan sangat baik sekali jika seorang guru sebelum ia melaksanakan
PBM ia sudah menguasai terlebih dahulu tentang materi yang akan di bahas, dan juga menguasai kurikulum secara keseluruhan.
Dengan demikian pengajaran dapat dilaksanakan dengan mudah tanpa harus melihat buku terus menerus.
59
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h 182
60
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004, h 184
c. Penggunaan Metode Mengajar
ketetapan dalam menggunakan setiap metode pengajaran sangatlah penting sekali karena berkaitan dengan pencapaian tujuan pada
akhir proses belajar mengajar. d.
Penampilan Guru dalam PBM guru menjadi pusat perhatian siswa, maka sebaiknya
guru berpenampilan baik tetapi juga sederhana atau tidak berlebihan, karena jika berlebihan justru akan membuat
konsentrasi siswa menjadi terbagi, atau justru kehilangan consentrasi.
e. Pendayagunaan Alat Fasilitas
setiap alat dan fasilitas yang tersedia sebaiknya dapat dimanfaatkan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Agar tidak manjadi
kemubaziran negative dan menghambat kelancaran proses pembelajaran.
3. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah memerlukan titik berangkat dari pola pemikiran yang memandang sekolah sebagai suatu
sistem. Sekolah terdiri dari berbagai komponen yang salin membutuhkan dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Melalui penggarapan seluruh komponen sekolah, pendidikan bermutu tinggi apabila setiap anak didik berkembang secara optimal sesuai
kemampuannya serta dapat mengembangkan kemampuannya itu bagi kepentingan masyarakat. Pendidikan yang bermutu tinggi membawa setiap
anak didik kearah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam peningkatan mutu pendidikan, ada beberapa metode yang digunakan
dalam peningkatan mutu pendidikan adalah manajement mutu terpadu yang biasa disebut dengan total Quality manajemen TQM.
Menurut Bounds yang dikutif oleh E. Mulyasa menyatakan bahwa “manajemen mutu terpadu adalah suatu sistem manajemen yang berfokus
kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan
kepuasan pelanggan customers pada biaya sesungguhnya yang secara
berkelanjutan terus menerus”.
61
Mulyadi, 1998: 10. Mengemukakan TQM merupakan pendekatan sistem secara menyeluruh bukan suatu bidang atau program terpisah dan
merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horizontal menembus fungsi dan departemen, melibatkan semua karyawan
dari atas sampai bawah, meluas ke hulu dan ke hilir, dan mencakup mata rantai pemasok dan customer.
62
Manajemen mutu terpadu TQM juga dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan, dengan prinsip-prinsip:
1. Penerapan TQM untuk meningkatkan fungsi-fungsi administrasi
dan operasiatau secara luas untuk mengelola proses pendidikan secara keseluruhan.
2. Mengintegrasikan TQM dalam kurikulum
3. Penggunaan TQM dalam metode pembelajaran di kelas
4. Menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas riset dan
pengembangan.
63
Konsep manajemen mutu terpadu dalam pendidikan memandang bahwa lembaga pendidikan merupakan industri jasa bukan sebagai proses
produksi. Oleh karena itu manajemen mutu terpadu memperhatikan input, proses dan output untuk memuaskan pelanggan pendidikan orang tua dan
masyarakat. Dalam kontek pengembangan TQM untuk layanan pendidikan,
berarti semua perangkat sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan dan tenaga kebersihan serta keamanan, harus benar-benar memiliki kultur
pelayanan terbaik terhadap siswa dan orang tua siswa sehingga mereka puas, tidak hanya diakhir setelah putra-putrinya lulus, tapi sejak awal
mereka masuk kehalaman sekolah, merasa aman, nyaman, terlindungi, terhargai, dan terlayani oleh perangkat sekolah yang berada di
front line.
61
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, bandung: PT Remaja rosda karya,2003, h. 224
62
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, bandung: PT Remaja rosda karya,2003, h. 224
63
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, bandung: PT Remaja rosda karya,2003, h. 225
Dalam konteks pendidikan, sekolah itu berkualitas jika mampu melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan rancangan-
rancangan yang ditetapkan bersama antara sekolah dengan komite sekolah, menacapai hasil belajar sesuai dengan target yang direncanakan, serta
sesuai pula dengan harapan orang tua siswa, pemerintah, siswa, para pengguna lulusan baik sekolah atau perguruan tinggi tempat siswa
melanjutkan studinya, maupun dunia kerja.
64
Sedangkan menurut E. Mulyasa “sekolah yang bermutu tidak hanya dilihat dari mutu lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga
pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku.
Menurut Green Wood pelanggan pendidikan adalah sebagai berikut: 1.
Siswa-siswa yang memperoleh pelajaran. 2.
Orang tua siswa yang membayar baik langsung maupun tidak langsung untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
3. Pendidikan lanjut atau institusi pendidikan tempat siswa
melanjutkan studi. 4.
Para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil, memiliki keahlian dan berpendidikan sesuai kebutuhan.
5. Negara yang memerlukan pengawai terdidik dengan baik.
65
Adapun usaha yang dilakukan kepala sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, aman dan menantang. Usaha ini akan membawa dampak yang positif bagi tumbuhnya sikap terbuka dari guru-guru, guru-guru juga
harus didorong agar kreatif serta memiliki kerja tinggi. Tinggi rendahnya mutu pendidikan sekolah dapat dilihat dari berhasil tidaknya
kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah. 4.
Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Peran kepala sekolah sebagai manajer dan sebagai pelaksana program sekolah karena berhubungan langsung dengan pengambilan
64
Dede Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group,
2007, cet-III, h.268
65
Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007, cet-III, h.
270
keputusan. Paling tidak seorang manajer harus memilki tigamacam ketrampilan:
1. Keterampilan konseptual, keterampilan konsep merupakan
keterampilan memahami dan mengelola organisasi, 2.
Keterampilan Manusiawi.
Keterampilan manusia
adalah keterampilan
melakukan kerja
sama, memotivasi,
dan membangkitkan etos kerja para pegawai.
3. Keterampilan teknis, keterampilan teknis adalah keterampilan
mengoperasionalkan alat-alat, metode, dan fasilitas lainnya yang tradisional maupun modern.
66
Kepala sekolah sebagai perencana memiliki fungsi dan peran mengidentifikasi dan merumuskan hasil kerja yang ingin dicapai oleh
sekolah dan mengidentifikasi serta merumuskan cara atau metode untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Mutu pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional.
Manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu metode peningkatan yang bertumpu pada lembaga itu sendiri, mengaplikasikan
sekumpulan teknik, mendasarkan kepada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, dan memperdayakan semua komponen lembaga pendidikan
untuk secara berkesimbungan meningkatkan kapasitas dan kemamapuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Sedangkan menurut E. Mulyasa adalah bahwa pendidikan yang bermutu tidak hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga
mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku.
Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal tenaga kependidikan serta pelanggan eksternal peserta didik, orang tua,
masyarakat dan pemakai lulusan.
67
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan berupa pelayanan kepada pelanggan, dalam bidang pendidikan,
pelayanan pendidikan, berarti semua perangkat sekolah dari kepala
66
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Pustaka Setia, 2009, h 47
67
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, bandung: PT Remaja rosda karya, 2007, cet-IX, h. 226
sekolah, guru dan karyawan dan tenaga kebersihan dan melakukan berbagai bidang yaitu, kurikulum, kesiswaan dan proses belajar mengajar.
Dari berbagai uraian teori tentang kompotensi menjadi Kepala Sekolah, maka yang dimaksud dengan Ektifitas Kepala Sekolah Sebagai
Manejer Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan memerlukan kepala sekolah yang pandai dalam mengidentifikasi serta mampu merumuskan
hasil kerja yang ingin dicapai oleh sekolah. Kemudian
seorang Kepala
Sekolah juga
harus bisa
mengorganisasikan pekerjaannya yang mencakup pemberian dan pembagian tugas dan wewenang kepada masing-masing staf, kemudian
menetapkan jalur komunikasi, mekanisme kerja, melengkapi masing- masing staf dengan sarana atau alat dan sumber daya lain, dan
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas staf untuk mewujudkan rencana yang dibuat.
Dengan begitu peran kepala sekolah sebagai manajer sekolah harus selalu memberikan pengawasan kepada guru dengan melihat langsung
kegiatan belajar mengajar di kelas, serta mengadakan diskusi tentang metode-metode yang diajarkan kepada siswa agar tercapai hasil yang
diharapkan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin di capai penulis adalah untuk mengetahui persepsi guru terhadap manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Al-Hidayah Cinere, Otonom Depok Jawa Barat
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan di lembaga pendidikan SMK Al-Hidayah Cinere, terletak di jalan Masjid I No. 30 Desa Cinere, Kecamatan Cinere,
Propinsi Jawa Barat, Daerah Otonom Depok. Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai 01 Januari 2011 sampai 20 Februari 2011.
C. Sumber Data
Populasi adalah “keseluruhan dari subjek penelitian”
68
berdasarkan batasan ini ditegaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah semua guru
yang ada di SMK Al-Hidayah Cinere yang berjumlah 25 orang. Sedangkan sample adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”
69
dalam penelitian ini sample yang diambil penulis adalah guru yang ada di SMK Al-Hidayah Cinere yang berjumlah 25 orang, karean guru kurang dari
100 maka penulis mengambil semuanya.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu “penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau
68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, cet-XIII, h. 130
69
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, cet-XIII, h. 131