5. Dalam bidang evaluasi. a.
mengusai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
b. Mengusaia dan memilki norma-norma atau ukuran-ukuran yang
akan digunakan sebagai criteria penlaian. c.
Mengusai tekni-tekni pengumpulan dan untuk memperoleh data yang lengkap, benra, dan dapat diolah menurut norma-norma
yang ada. d.
Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapatkan gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan
untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.
24
Era orde baru supervisor sekolah berperan penting sebagai pengawasan sekolah untuk menuju kemajuan dan perkembangannya,
sehingga supervise sekolah begitu penting pran dan fungsinya, akan tetapi seiring perubahan zaman dan berubah-ubahnya kebijakan dan kurikulum,
supervise sekolah dihapuskan. Dan berikutnya yang menjadi supervise adalah kepala sekolah langsung, karena kepala sekolah yang langsung
terjun ke lapangan, dan kepala sekolahlah yang paling mengerti bagaimana situasi yang di hadapi sekolah.
E. Kepala sekolah sebagai Leader
a. Pengertian Leader Menurut kamus Ilmiah Populer edisi lengkap leader adalah
pemimpin, penunjuk jalan dan juga di sebut seorang yang ahli. Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian
Pesonality seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok
untuk orang-orang
untuk mencotohnya
atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu,
suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dia hendaki.
25
Wahjosumijo 1999: 110 mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memilki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
24
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Cet-XIII, h 87
25
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Cet-XIII, h 26
b. Kepribadian Kepala sekolah Sebagai leader. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam
sifat-sifat sebagai berikut, yaitu: 1. jujur, 2. percaya diri, 3. tanggung jawab, 4. berani mengambil resiko dan keputusan, 5. berjiwa besar, 6.
emosi yang stabil dan teladan.
26
Pemahaman terhadap visi misi sekolah akan tercermin darai kemampuannya
untuk: 1.
Mengembangkan Visi
sekolah, 2.
Mengembangkan Misi sekolah, dan 3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan.
Kemampuan mengambil
keputusan akan
tercermin dari
kemampuannya dalam: a.
Mengambil keputusan bersama tenaga kepndidikan di sekolah, b.
Mengambil keputusan untuk kepntingan internal sekolah, dan c.
Mengambil keputusan uuntuk ekternal sekolah. Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya
untuk: a.
Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah,
b. Menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan,
c. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, dan
d. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat
sekitar lingkungan sekolah.
27
c. Tipe atau gaya kepemimpinan dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat
dianalisa dari tiga tipe atau gaya kepemimpinan, yaitu : 1. Kepemimpinan yang Otokratis
Dalam kepemimpinan otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator
terhadap anggota-anggota
kelompoknya. Baginya,
memimpin adalah menggerakkan dan memaksakan kelompok. Kekusaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-
undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahannya dan
26
E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007,h 115
27
E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007,h 116
anggota-anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah ataupun memberi saran.
28
Kekuasaan seperti ini cepat pudar, dan senantiasa berhenti ditengah jalan atau sebelum waktu memimpinya habis. Dominasi yang berlebihan
seperti ini juga yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap kepemimpinan, atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada
anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya. 2. Kepemimpinan yang Laissez Fair
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini memberikan orang-orang berbuat
sekehdaknya. Pemimpin yang seperti ini tidak sama sekali memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-
anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diberikan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari
pimpinan.
29
Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasi tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan
tanpa pengawasan dari pimpinan. 3. Kepemimpinan yang Demokratis
Pemimpin yang demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktataor, melainkan pemimpin di tengah-tengah anggota bukan
majikan terhadap buruhnya. Melainkan sebagai saudara tua dalam teman- teman kerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota- anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk menacapai tujuan
bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan
sanggupan dan kemampuan kelompoknya.
30
28
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Cet-XIII, h 48
29
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Cet-XIII, h 49
30
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Cet-XIII, h 50
F. Kepala Sekolah Sebagai Inovator.