Ruang Lingkup Film Penutup. Berupa Kesimpulan dan Saran

16 masih bisu, baru kemudian unsur suara melengkapi unsur gambar. Gambar dan suara, keduanya secara bersama-sama menceritakan cerita pada penonton. Keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara. 12 Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film lebih dulu menjadi dunia hiburan dibandingkan dengan siaran radio ataupun televisi. Seperti halnya siaran televisi, tujuan khalayak menonton film terutama untuk memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat mengandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif. 13 Film motion picture adalah tekhnik audio-visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton-penontonnya. Ini merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku serta emosi. Sehingga dapat dinikmati benar- benar oleh penontonnya dengan mata, telinga, dan di ruang yang remang- remang antara gelap dan terang. 14 Selain itu, pengertian film yaitu, pertama selaput tipis yang dibuat dari bahan seluloid untuk tempat gambar negatif yang kemudian akan menjadi sebuah potret, atau utnuk gambar positif yang akan dimainkan di bioskop. Yang kedua, film adalah lakon cerita gambar hidup. 12 http:pelajarfilmmaker.multiply.comjournalitem65 , diakses pada tanggal 20 Juni 2011. 13 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdijaya, Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal. 134. 14 H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 84. 17 2. Jenis-Jenis Film Adapun jenis-jenis film yang dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film fiksi dan non fiksi. Sebagai contoh untuk film non fiksi adalah film dokumenter yang menjelaskan tentang film dokumentasi sebuah kejadian alam, flora, fauna, maupun manusia. Adapun menurut Heinich dkk, film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Sedangkan untuk kelompok fiksi, dalam dunia perfilman kita mengenal jenis-jenis film yang berupa suspence atau action, science fiction, horror, dan film musikal. Selain itu, ada pula dokudrama, film drama dan semi drama. Dokudrama yakni film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian kisah yang ada dalam dokudrama adalah kisah-kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya kisah teladan para Nabi dan Rasul, Wali Songo, Ulama, dan tokoh-tokoh terkenal. Adapun film drama dan semi drama, keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa diambil dari kisah nyata dan bisa juga tidak yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, takut kepada Allah, bersabar, indahnya hidup damai, kejujuran, jangan menghina keimanan orang lain, dan lain-lain. Jenis film ini dikenal juga dengan nama film cerita story film, yakni film sebuah dibuat dengan cerita yang diangkat menjadi topik film berupa cerita fiktif ataupun kisah 18 nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya. Selain itu, ada pula film berita atau newsreal adalah film mengenai fakta yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita news value. Kriteria berita itu adalah penting atau menarik ataupun penting sekaligus menarik. Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca berita yang membacakan narasinya. Bagi peristiwa-peristiwa tertentu, seperti perang, kerusuhan, pemberontakan, dan sejenisnya, film berita yang dihasilkan kurang baik. Sebuah film memiliki struktur, diantaranya yaitu: 1. Pembagian cerita. 2. Pembagian adegan. 3. Jenis pengambilan gambar shoot. 4. Pemilihan adegan pembuka opening. 5. Alur cerita dan continuity. 6. Entrique, yang meliputi jealousy dan lain-lain. 7. Anti klimaks, yaitu penjelasan masalah, anti klimaks ini terjadi setelah klimaks. 8. Ending atau penutup, ending dalam film bisa bermacam- macam, bisa sedih dan senang. 15 15 Abdul Hadi, Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Hasil Belajar Fiqih Kasus Pada Materi Manasik Haji dan Umroh di MTS Al-Mursyidiyyah Pondik Benda Pamulang. Sarjana Pendidikan Agama Islam Ciputat: PU UIN Syahid, 2009 hal. 14. 19 3. Karakteristik Film Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film yaitu antara lain: a. Layar yang luas atau lebar Film dan televise sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya di ruangan terbuka, seperti dalam pertunjukkan musik dan sejenisnya. Layar film yang luas telah memberikan keleluasan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan tekhnologi, layar film dibioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi. Sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. b. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film akan lebih menarik. c. Konsentrasi penuh 20 Menonton film akan membuat penonton berkonsentrasi penuh karena situasi yang diciptakan dengan sangat kondusif, terbebas dari hiruk pikuk. d. Identifikasi psikologis Pengaruh film terhadap jiwa manusia penonton tidak hanya sewaktu atau selama ia duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut. Hal ini disebut imitasi. Adapun tujuan khalayak menonton film terutama yaitu untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. 16

C. Pengertian Film Dokumenter

Dalam pengertian, film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non fiksi, termasuk film tentang perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari misalnya kereta api masuk stasiun. Pada dasarnya, film dokumenter 16 Dari Bentuk-Bentuk Media Massa oleh Olivia Dwi Ayu. Diakses pada tanggal 20 Juni 2011dari http:oliviadwiayu.wordpress.com20061103bentuk2-media-massa . 21 merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter, menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan. 17 Adapun menurut Robert Flaherty, film dokumenter merupakan sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan creative treatment of actuality. Dimana film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan tersebut. 18 Selain itu, terdapat definisi menurut beberapa ahli, yaitu diantaranya: 1. Paul Rotha Definisi dokumenter bukan merujuk pada subjek atau sebuah gaya, namun dokumenter adalah sebuah pendekatan. Pendekatan dalam dokumenter dalam film berbeda dari film cerita. Bukan karena tidak dipedulikannya aspek kriyakerajinan craftsmanship dalam pembuatannya. Tetapi dengan sengaja justru memperlihatkan bagaimana kriya tersebut digunakan. 2. Paul Wells Teks Non-Fiksi yang menggunakan footage –footage yang aktual, di mana termasuk di dalamnya perekaman langsung dari peristiwa yang akan disajikan dan materi-materi riset yang berhubungan dengan peristiwa itu, misalnya hasil wawancara, statistik, dan lain sebagainya. Teks-teks seperti ini biasanya disuguhkan dari sudut pandang tertentu dan memusatkan perhatiannya pada sebuah isu-isu sosial tertentu yang sangat memungkinkan untuk dapat menarik perhatian penontonnya. 17 Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. Diakses pada 30 Desember 2010 dari http:id.wikipedia.orgwikiFilm_dokumenter . 18 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdijaya, Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal. 140.