Sejarah dan Tujuan Berdirinya Lembaga Voice Of Palestine
29 tanpa diragukan adalah ilegal karena melanggar prinsip-prinsip hak asasi
manusia dan hukum internasional.
24
Kondisi menyedihkan dari Palestina di bawah pendudukan Zionis Israel yang tak henti-hentinya merusak kemampuan mereka untuk
bertahan hidup serta penyangkalan hak-hak dasar mereka sebagai manusia mungkin mirip penderitaan yang telah dibayar oleh masyarakat Indonesia
selama lebih dari 350 tahun selama periode kolonial. Oleh karena itu, ada tanggung jawab moral dan konstitusional bagi Indonesia untuk
memastikan bahwa orang Palestina akan mendapatkan kembali hak mereka dan mencapai kebebasan mereka sesegera mungkin.
Dalam konteks konflik dengan rezim Zionis di Israel, Palestina dan status masyarakat Palestina di bawah hukum internasional dan opini
publik internasional sangat jelas. Resolusi PBB 194 menegaskan apa yang telah diabadikan dalam berbagai badan hukum internasional bahwa
Palestina memiliki hak mutlak untuk kembali ke tanah asal mereka. Ini adalah hak mutlak bagi mereka yang tidak dapat dihentikan oleh setiap
perjanjian atau persetujuan politik. Resolusi PBB 181 juga telah menjamin negara yang berdaulat untuk Palestina.
Tapi tragis, semua kejelasan tersebut telah didiskreditkan oleh arogansi rezim Zionis-Israel dan pemerintah Amerika Serikat. Selama 60
tahun, hak tak terpisahkan dari pengembalian Palestina telah ditolak oleh Israel dan pemerintah AS dengan alasan yang tidak realistis. Sebuah
24
http:voiceofpalestine.net . Diakses pada tanggal 5 Januari 2011.
30 negara yang diusulkan Palestina, selama 40 tahun, telah terhambat oleh
banyak prasyarat praktis. Akibatnya, ini harus dikatakan dengan jelas dan tanpa ambiguitas
bahwa Israel dan pemerintah AS tidak benar-benar memiliki kemauan politik yang kuat untuk mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia dan
perintah hukum internasional. Sebagaimana yang banyak disebut proses perdamaian hanyalah kebijakan manipulatif dengan tujuan yang jelas
mereka untuk memberdayakan pendudukan Israel dan memperpanjang penderitaan Palestina.
Tidak ada damai bisa diharapkan tanpa keadilan. Tidak ada akhir bagi kekerasan selama kita tidak menyelesaikan pendudukan Israel yang
disponsori Amerika Serikat sesegera mungkin. Oleh karena itu, maka dibangunlah Suara Palestina atau Voice Of Palestine VOP, sebuah
organisasi yang merupakan bentukan masyarakat Indonesia yang didedikasikan untuk kebebasan Palestina dan kembalinya rakyat Palestina
melalui agenda keberlanjutan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka berdirinya lembaga ini
dengan visi-misi yang utama yaitu untuk mempromosikan kebebasan setiap bangsa dari segala bentuk penjajahan, imperialisme, dan
kolonialisme. Untuk memperjuangkan kebebasan Palestina dan untuk membela hak asasi manusia mereka. Yang mana hak-hak tersebut, yang
pertama adalah Right of Return atau hak untuk kembali. Yang mana hal ini
31 telah disepakati dalam konfrensi Genewa, dimana seluruh rakyat Palestina
berhak untuk kembali ke negaranya.
25
Kedua, Right of Resistance atau hak untuk melawan. Dalam media massa nasional sering didapati pemberitaan jika perlawanan masyarakat
Palestina dianggap sebagai teroris, atau penyerangan Israel dibungkus dengan kata-
kata “Israel membalas”. Dengan adanya pemberitaan ini memberi kesan bahwa Israel memiliki hak untuk membalas perlawanan
rakyat Palestina. Serta yang ketiga yakni hak untuk menentukan nasib bangsa Palestina.
Selain latar belakang diatas, berdirinya lembaga Voice Of Palestine memiliki beberapa tujuan dari berdirinya lembaga ini, diantaranya:
1. Untuk menyatakan kebenaran dan keadilan bagi penyebab
Palestina dan untuk mendukung kebebasan dan hak azasi kembali.
2. Untuk mengembangkan perspektif lurus tentang akar konflik
atas Palestina bersejarah bagi rakyat Indonesia. 3.
Untuk mempromosikan-negara satu solusi melalui referendum oleh asli Palestina terlepas dari ras, etnis, sekte, dan agama.
4. Untuk membangun kerjasama dengan organisasi lain, secara
internasional maupun nasional, mereka berkomitmen untuk kebebasan Palestina dan hak azasi mereka kembali.
25
Ibid.
32