Sejarah dan Perkembangan Jurnalisme

Sedangkan, menurut istilah jurnalisme berarti kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada khalayak. Sebab, setiap kejadian dan pernyataan yang memiliki daya tarik bagi khalayak dapat dijadikan berita untuk disebarluaskan ke tengah masyarakat.

2. Sejarah dan Perkembangan Jurnalisme

22 Kegiatan jurnalisme sudah sangat tua, yaitu dari zaman Romawi kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Tetapi saat itu kegiatan jurnalisme tidak terus berkembang, karena setelah Kerajaan Romawi runtuh, kegiatan jurnalisme sempat mengalami kevakuman, terutama ketika Eropa masih dalam kegelapan dark age. Pada masa itu jurnaslisme menghilang. Berita disampaikan dengan cara lain, biasanya diceritakan atau dinyanyikan oleh orang yang disebut “ wandering minstrels” yang berkelana dari satu tempat ke tempat lain, kalaupun ada dilakukan secara tertulis hanyalah dalam bentuk surat. Jurnalisme bergairah kembali pada tahun 1609, dengan terbitnya Avisa Relation Oder Zeitung di Jerman, yang dikenal sebagai surat kabar pertama. Lalu di London terbit Weekly News pada 23 Mei 1622. Tetapi surat kabar yang benar- benar terbit secara teratur setiap hari adalah Oxford Gazette pada tahun 1665, yang kemudian namanya diganti menjadi London Gazette. Henry Muddiman sebagai editor pertama surat kabar itu adalah orang yang pertama kalinya memperkenalkan istilah “ newspaper”yang digunakan sampai hari ini. Pada abad ke-18 terjadi peralihan sistem pers dari pers otoriter authoritarian press ke sistem pers liberal libertarian press. Kemenangan pers itu boleh disebut sebagai kemenangan demokrasi atau kemenangan demokrasi 22. Sudirman Tebba, Junalistik baru, Ciputat: Kalam Indonesia, 2005, cet-1, h.11-26 merupakan kemenangan pers. Pers diakui sebagai pejuang yang aktif dalam mengembagkan prinsip kemerdekaan. Dalam rangka pembinaan dasar teoritis untuk konsep modern mengenai kebebasan menyatakan pendapat, pers telah mengembangkan apa yang disebut “the theory of objective reporting” untuk memenuhi fungsinya sebagai media informasi. Pada abad ke-20 sistem pers berubah lagi dari pers liberal the libertarian theory of the press ke pers tanggung jawab social the social responsibility theory of the press. Fungsi pers teori tanggung jawab sosial sebenarnya sama dengan pers yang menganut teori liberal, yaitu teori tanggung jawab sosial dapat menerima peranan pers dalam mengabdikan diri kepada sistem politik dalam memberikan penerangan kepada khalayak, dalam melindungi kemerdekaan perorangan, tetapi teori itu menyatakan pendapatnya bahwa pers kurang sempurna dalam melaksanakan tugasnya itu. Selain ketiga teori di atas, ada satu teori pers lagi yang berkembang di Uni Soviet, yang disebut teori pers komunis soviet. Namun dengan runtuhnya Uni Soviet, maka teori pers ini sekarang lebih tepat disebut teori pers komunis. Teori yang menempatkan pers sebagai alat partai politik yang berkuasa. Sejalan dengan berkembangnya kehidupan pers di dunia, muncul pula teori-teori jurnalisme yang mendasari perkembangan pers, di antaranya yang terpenting ialah munculnya suatu teori jurnalisme yang disebut jurnalistik baru. Sesuai dengan namanya sebagai jurnalistik baru, maka jenis jurnalistik ini berbeda dengan gaya jurnalistik lama. Jurnalistik lama bersifat linier, yaitu satu referensi saja. Sementara jurnalistik baru beritanya bersifat multilinier, yaitu selain menggunakan referensi pokok, juga dilengkapi dengan referensi-referensi lain. Dengan demikian, suatu jurnalistik disebut jurnalistik baru lebih karena kelengkapan dan pengembangan beritanya. Karena itu pada prinsipnya jurnalistik baru tetap mengacu pada konsep jurnalisme yang ada, seperti: 1 Tidak boleh memasukkan opini pribadi. 2 Berita yang disajikan hanya fakta yang mengandung kebenaran. 3 Mengandung 5 W who, what, where, when, why + 1 H how. 4 Penulisan berita harus tepat, ringkas, jelas, sederhana dan dapat dipercaya. 5 Naskah berita harus lugas dan megandung daya gerak. Karena jurnalistik baru juga menggali fakta-fakta yang tersembunyi, maka isinya bisa mengandung banyak hal, tergantung aspek yang digali, misalnya ada yang berupa laporan investigatif, laporan yang faktanya diperoleh dengan cara investigasi. Laporan kontemporer, laporan dengan memasukkan unsur susatra. Laporan komparatif, laporan yang pengolahannya membandingan antara suatu kejadian atau pendapat pokok dengan kejadian pendapat yang lain. Laporan analisis, laporan yang memberikan analisis terhadap fakta yang diberitakan. Laporan interpretatif, laporan dengan memberikan interpretasi, dan laporan evaluatif, laporan yang memberikan evaluasi terhadap fakta yang diberikan. Kelima teori atau sistem pers tersebut berkembang di seluruh dunia di mana ada kehidupan pers, termasuk di Indonesia, yang memang juga sudah berkembang cukup lama.

3. Macam-macam Jurnalisme