Analisis semiotik film cin(T)a karya Sammaria Simanjuntak

(1)

KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Nurlaelatul Fajriah

NIM: 107051002056

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011 M.


(2)

ANALI$S

SAMTOTTK

FrLM

CrN(T)A

KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dalrrah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islarn (S.Sos.I)

Oleh:

Nurlaelatul

Friria4

NIM: 10?051002056

JURUSAI\I KOMT]MKASI DAN PENTYIARAN ISLAM F"AKUL'TAS ILMU DAKWAII DAI\I ILMU KOMUIYIKASI

UNWERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIT HIDAYATULLAII

JAKARTA


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 juni 2011


(5)

i

Nurlaelatul Fajriah 107051002056

Analisis Semiotik Film Cin(T)a Karya Sammaria Simanjuntak

Cin(T)a, sebuah film drama romantis yang mengisahkan tentang dua orang yang saling mencintai tetapi tidak bisa saling menyatukan cinta mereka, karena perbedaan yang sangat mendasar yaitu perbedaan agama. Film yang disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak ini berhasil meraih penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2009 sebagai skript asli terbaik karena dialog-dialog yang disuguhkan dalam film ini sangat unik dan menarik, tanpa ada maksud untuk menggurui para penonton. Banyak simbol yang ditampilkan dalam film ini salah satunya semut.

Adegan-adegan yang disuguhkan dalam film ini menimbulkan banyak interpretasi dari para penonton. Oleh karena itu penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana cinta, agama dan perbedaan dalam film Cin(T)a ditinjau dari teori segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander Peirce ? Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Cin(T)a? Bagaimana makna judul film Cin(T)a?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah film Cin(T)a, sedangkan unit analisisnya adalah potongan potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Cin(T)a, juga dari teks yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui observasi, wawancara (dalam hal ini penulis mewawancarai sutradara sekaligu penulis skript film Cin(T)a, Sammaria Simanjuntak), dan dokumentasi yang dianalisis menggunakan teori semiotiknya Charles Sanders Peirce. Dimana tanda dilihat dari ikon, indeks, dan simbol.

Bisa dikatakan, melalui teori Charles Sansers Peirce dengan ikon, indeks, dan simbol, peneliti dapat lebih memahami makna atau simbol yang terkandung dalam dialog, pengambilan gambar dan gerak pemain film Cin(T)a. Sehingga, penyampaian informasi yang diharapkan Sammaria Simanjuntak sebagai sang sutradara tersampaikan dengan cermat. Berdasarkan, salah satu sumber analisis, yaitu analisis semiotik, yang membuka pesan tersirat mengenai cinta dan toleransi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cinta terbagi dua yaitu cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama makhluk.


(6)

ii





Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan akal pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula nikmat sehat wal afiat yang selalu Ia berikan kepada penulis sehingga penulis masih bisa menghirup udara di pagi hari dan menikmati mimpi di malam hari.

Shalawat dan salam juga tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah mendobrak zaman dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah seperti sekarang ini sehingga penulis bisa merasakan hidup di zaman yang penuh ilmu dan tekhnologi sehingga berhasil menyususn skripsi ini.

Senang sekali, akhirnya Allah SWT telah mengizinkan saya untuk dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotik Film Cin(T)a

Karya Sammaria Simanjuntak”. Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari

dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Orang tua tercinta, abah dan emak (Ahum Firdaus dan Saryamah) yang telah memberikan doa, kelembutan kasih sayang, materi dan motivasi kepada penulis. Sampai kapan pun penulis tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah diberikan. Mungkin dengan skripsi ini bisa sedikit mengantikan rasa letih karena telah mendidik penulis dari kecil sampai sekarang.

2. Dr. Arif Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Drs. Wahidin Saputra, MA, Drs. H. Mahmud Jalal, MA


(7)

iii

3. Dr. Suhaimi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Drs. Jumroni, M.Si selaku ketua juruan KPI dan juga dosen metodologi

penelitian yang telah banyak memberika ilmunya kepada penulis.

5. Umi Musyarrofah, MA selaku sekretaris jurusan KPI yang juga membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di jurusan komunikasi penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya kepada saya.

6. Mbak Sammaria Simanjuntak, selaku sutradara dan penulis skenario film Cin(T)a yang telah mengizinkan penulis untuk menjadikan film Cin(T)a sebagai objek penelitian, juga telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan.

7. Kakak-kakak penulis, Suhendrik S.E dan Muhammad Herwin S.Hi yang juga banyak membantu baik moril maupun materiil. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Juga adik-adikku, Syukron Fauzi dan Danurrizqi al-Mubarok yang juga memberikan semangatnya untuk penulis. Serta teteh ipar dan keponakanku tercinta.

8. Teman-teman KPI angkatan 2007 khususnya KPI D ( Eca, Ida, Yuli, Papau, Tiara, Eni,) dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk persahabatan yang indah yang tidak akan penulis lupakan sampai kapanpun.


(8)

iv

Krisna, Hasan, Halim, Dirgan, Rangga, Tohir). Terimakasih untuk satu bulan yang tak akan penulis dapatkan dimanapun.

10.Teman satu cozan yang juga memberikan semangat bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini “Lia Angraeni”. Terimakasih untuk setiap

kenangan yang kita lewati bersama semoga persahabatan ini akan terus tercipta sampai maut memisahkan kita. Juga sahabat penulis “Nurhayati

(bhonie)” yang banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam

setiap keadaan baik susah maupun senang. Terimakasih untuk setiap saran dan motivasinya.

11. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terimakasih saya kepada kalian.

Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian dan membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untuk penulis. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua yang telah diberikan menjadi anugerah yang tak kan ada ujungnya.

Jakarta, 09 juni 2011


(9)

v

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... 72

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodologi Penelitian... 6

E. Tinjauan Kepustakan... 9

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aneka Jenis Film... 13

1. Pengertian Film... ... 13

2. Klasifikasi Film... 13

3. Unsur-Unsur dan Struktur Dalam Film... 15

a. Unsur-unsur Film... 15

b. Struktur-stuktur Sebuah Film... 16

4. Jenis-Jenis Film... 17

5. Sinematographi... 19

B. Semiotik Struktural dan Semiotik Pragmatis... 21

1. Konsep Semiotika... 21

2. Semiotik Charles Sander Peirce... 24


(10)

vi

A. Sekilas tentang Film Cin(T)a... 32

B. Konsep Film Cin(T)a... 37

C. Visi dan Misi Film Cin(T)a... 37

D. Synopsis Film Cin(T)a... 37

E. Tim Produksi Film Cin(T)a (Pemain dan Crew)... 38

F. Karakter Pemain... 39

G. Profil Sutradara Film... 40

H. Profil Pemain Film Cin(T)a... 40

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Data... 42

B. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Film Cin(T)a... 48

C. Makna Judul Film Cin(T)a... 65

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 66

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(11)

vii

1. Tabel Tim Produksi dan Crew ... 38

2. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene Satu... 48

3. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene dua... 49

4. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene tiga... 52

5. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene empat... 53

6. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene lima... 55

7. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene enam... 56

8. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene tujuh... 57

9. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene delapan... 59

10. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene sembilan... 60

11. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene sepuluh... 61

12. Makna Ikon, Indeks, dan Simbol pada Scene sebelas... 62


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia.

Dunia perfilman saat ini telah mampu merebut perhatian masyarkat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi para penontonnya. Dari puluhan sampai ratusan penelitian itu semua berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia, sehingga begitu kuatnya media memengaruhi pikiran, sikap dan tindakan penonton.1

Film dapat diartikan sebagai gambar bergerak yang diperangkati oleh warna, suara, dan sebuah kisah. Atau film juga bisa disebut gambar hidup. Para sineas barat biasanya menyebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah chinemathographie yang berasal dari cinema+tho = phytos (cahaya) + graphie = graph (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan

1

Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,


(13)

cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.2

Sebagaimana diketahui, film merupakan salah satu media komunikasi massa.3 Oleh karena itu film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara penuh (media yang komplit).4

Film memiliki nilai seni tersendiri karena film tercipta sebagai sebuah karya dari tenaga-tenaga kreatif yang profesional di bidangnya. Film sebagai benda seni sebaiknya dinilai dengan secara artistik bukan rasional. Film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Film non cerita merupakan kategori film yang mengambil kenyatan sebagai subjeknya. Jadi merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan.5

Film sama dengan media artistik lainnya memiliki sifat-sifat dasar dari media lainnya yang terjalin dalam susunannya yang beragam. Film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu, mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak majukan dan memundurkan secara bebas dalam batasan-batasan wilayah yang cukup lapang. Meski antara media film dan lainnya terdapat kesamaan-kesamaan, film adalah sesuatu yang unik.6

2 “pengertian film” di akses

pada tanggal 17 Januari 2011 pukul 15:32 dari http://www.bahasafilmbarengblogspot.com.

3

Adi Pranajaya, FilmdanMasyarakat: SebuahPengantar (Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999), h. 11.

4

Onong Uchaja Effendi, IlmuTeori danFilsafatKomunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2003), h. 207.

5

Marseli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT. GRAMEDIA Widiasarana Indonesia, 1996) h. 10.

6


(14)

Di tengah perkembangan yang pesat saat ini, film yang disajikan di layar lebar telah menawarkan berbagai warna sedemikian rupa, tentunya disesuaikan dengan fenomena yang sedang terjadi pada masyarakat. Di antaranya keanekaragaman film yang disajikan di layar lebar yang bersifat pesan dakwah yang begitu membangun dan sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya di masyarakat.

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Tentunya banyak sekali cerita menarik yang bisa dikupas di masing-masing individunya. Negara Indonesia memang plural, punya berbagai macam suku, bahasa dan agama. Seharusnya, perfilman Indonesia harus banyak mengangkat tema yang pluralisme seperti film Cin(T)a ini.

Film Cin(T)a telah meraih penghargaan piala citra pada festival film indonesia ( FFI ) 2009 dengan kategori penulis scenario cerita asli terbaik. Selain itu film ini juga mendapat penghargaan di Jakarta international film festival

sebagai “The Most Wanted Indonesian Movie”. Film ini juga menjadi film

pembuka pekan festival film tionghoa Indonesia ( PFFTI ).

Film ini penting untuk diteliti karena dari film ini mempunyai sisi dakwah Islam, yaitu menghargai perbedaan dalam beragama. Karena Allah tidak memaksakan untuk masuk islam. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 256:













































































Artinya: “tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada


(15)

Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Q.S. al-Baqarah: 256)

Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada paksaan dalam agama.” Maksudnya,

janganlah kamu memaksa seorang pun untuk masuk agama Islam, karena agama Islam itu sudah jelas dan terang. Dalil-dalil dan argumentasinya sudah nyata sehingga seseorang tidak perlu dipaksa supaya masuk agama Islam. Namun, orang yang ditunjukkan kepada Islam, dilapangkan hatinya, dan disinari mata hatinya oleh Allah, maka ia akan masuk kedalamnya secara terang benderang. Ada pun orang yang hatinya dibutakan Allah, pendengaran, dan penglihatannya dikunci mata oleh Allah, maka tidaklah berguna memaksanya untuk memasuki Islam.

Dalam buku Ringkasan Ibnu Katsir Jilid 1 dijelaskan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah karena ada seorang wanita Anshar berjanji kepada dirinya bahwa apabila putranya hidup, maka ia akan menjadikannya yahudi. Tatkala Bani Nadhir diusir dan di antara mereka ada anak-anak kaum Anshar,

maka kaum Anshar berkata, “ kami tidak akan membiarkan anak kami menjadi yahudi.” Maka Allah menurunkan ayat, “tidak ada paksaan dalam agama.”

Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas.7

Film ini menarik untuk diteliti karena film ini menyuguhkan konsep toleransi antarumat beragama. Film ini juga memuat testimoni-testimoni dari para pelaku perkawinan beda agama yang mereka bisa rukun tanpa harus mengganggu agama masing-masing pasangan.

Banyak simbol-simbol yang mempunyai pesan tersirat dan tersurat dalam film ini yang bisa dikaji. Salah satunya adalah penghadiran “semut” sebagai

7

Muhammad Nassib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani, 1999) h. 427.


(16)

simbol kerukunan. Dan masih banyak lagi simbol-simbol lain yang menarik untuk diteliti.

Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Semiotik Film Cin(T)a Karya Sammaria

Simanjuntak.”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, penulis sengaja mambatasi pengambilan adegan-adegan dalam film Cin(T)a hanya yang dianggap memiliki makna simbol yang mewakili tentang cinta, agama dan perbedaan. Seutuhnya penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Charles Sander Peirce.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana makna judul film Cin(T)a?

2) Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Cin(T)a? 3) Bagaimana cinta, agama dan perbedaan dalam film Cin(T)a

ditinjau dari teori segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander Peirce ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui makna judul film Cin(T)a.

b. Mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam film Cin(T)a. c. Mengetahui bagaimana cinta, agama, dan perbedaan dalam film


(17)

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi, serta sebagai tambahan referensi bahan pustaka, khususnya penelitian tentang analisis dengan minat pada kajian film dan semiotika.

b. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah film melalui semiotika. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kosa kata dan istilah yang digunakan dalam film. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang agama, cinta dan perbedaan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.8

Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.9 Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus

8

Lexy J. Moeloeng, MetodePenelitianKualitatif (Bandung: Rosda, 2002), h. 3.

9


(18)

pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.10

Penelitian ini menggunakan teori Charles Sanders Peirce yang membagi tanda atas ikon, indeks, dan symbol. Peneliti memilih visual dari film Cin(T)a kemudian diteliti dan dijelaskan secara rinci mulai dari ikon, indeks, sampai symbol.

2. Objek Penelitian dan Unit Analisis

Objek penelitian ini ialah film Cin(T)a. Sedangkan unit analisis penelitiannya adalah potongan potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Cin(T)a, juga dari teks yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Data primer adalah data yang diperoleh dari rekaman video original berupa film Cin(T)a. kemudian dipilih visual atau gambar dari adegan-adegan film yang diperlukan untuk penelitian.

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti kamus, internet, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya

10

Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h. 194.


(19)

4. Teknik Penelitian

Teknik penelitian terdiri dari:

a) Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati teliti dialog-dialog, serta adegan-adegan dalam film Cin(T)a. kemudian mencatat, memilih dan menganalisanya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.

b) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).11 Dalam hal ini peneliti melakukan komunikasi langsung juga wawancara via email dengan sutradara film Cin(T)a Sammaria Simanjuntak.

c) Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan film Cin(T)a melalui internet dan buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

5. Waktu

Penelitian ini dilakukan dari Februari sampai Mei 2011. Peneliti sengaja menggunakan kaca mata analisis semiotik, sebab film merupakan objek yang penuh tanda dan simbol, sehingga penggunaan analisis semiotik menjadi lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.

11

Irawan Soehartono, MetodePenelitianSosialSautuTeknikPenelitianBidang KesejahteraanSosialdanIlmuLainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet. ke-1, h. 68.


(20)

6. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan. Setelah data terklarifikasi, dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotika Charles Sander Peirce. Peirce mengembangkan teori segi tiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas tanda (sign) objek ( object), dan interpretan (interpretant) . Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.12

Charles Sanders Peirce membagi tanda atas icon ( ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.13

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam penulisan skripsi kali ini penulis merujuk pada skripsi-skripsi yang terlebih dulu membahas tentang semiotik. Di antaranya adalah Analisis Semiotik Film A Mighty Heart” oleh Rizky Akmalsyah tahun 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta. Akan tetapi ada perbedaan teori dengan yang penulis lakukan. Penelitian tersebut menggunaka teori Roland Barthes, sedangkan penelitian ini

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantaruntuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 114-115.

13


(21)

menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce yang membagi objeknya kepada ikon, indeks, dan simbol. Sedangkan persamaannya adalah objek dari penilitannya yaitu tentang film.

Kemudian penulis juga menjadikan skripsi tentang Analisis Semiotika Terhadap Realitas Simbolik Dalam Karya Foto Jurnalistik Ed Zoelverdi oleh Sri Rahmawati 2008, konsentrasi jurnalistik UIN Jakarta. Persamaan dari penelitian ini adalah pada teori yang digunakan yaitu semiotik Charles Sanders Peirce. Tetapi ada perbedaan yaitu pada objek penelitian. Penelitian Sri Rahmawati menggunakan foto sebagai objek penelitian sedangkan penelitian ini menggunakan film sebagai objeknya.

Selain kedua skripsi diatas penulis juga menjadikan skripsi Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan Nasional (BNN), Afaf Sholihin 2010, jurusan komunikasi penyiaran islam. Walapun penulis menjadikan skripsi tersebut sebagai tinjauan pustaka namun tetap berbeda dengan skripsi yang dibuat karena objek dalam penelitian tersebut adalah poster sedangkan peneliti menggunakan film sebagai objek kajian.

Kemudian penulis juga menjadikan skripsi Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di Harian KOMPAS Edisi 1 Bulan Desember 2007, Nasuri 2008, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Perbedaannya terletak pada objek kajian. Kalau penelitian tersebut menggunakan komik sebagai objek kajian, penelitian yang penulis lakukan menggunakan objek film untuk diteliti.

Skripsi Tentang Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, M. Fikri Ghazali 2010, jurusan komunikasi penyiaran islam juga penulis jadikan sebagai tinjauan kepustakaan. Dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah film dengan


(22)

menggunakan metode semiotik Roland Barthes. Persamaan dengan penelitian kali ini adalah pada objek penelitian sedangkan yang membedakan adalah metode penelitian karena penelitian kali ini menggunakan metode semiotik Charles Sanders Peirce.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Yang memuat latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan tinjauan kepustakaan serta sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini memuat tinjauan umum tentang film yang terdiri atas pengertian film, klasifikasi film, unsur-unsur dan struktur film, dan jenis-jenis film, tinjauan umum tentang semiotik; pengertian semiotik dan semiorik Charles Sanders Peirce.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM CIN(T)A

Bab ini menggambarkan tentang film Cin(T)a; sekilas tentang film

Cin(T)a, visi dan misi film Cin(T)a, konsep film Cin(T)a, sinopsis film

Cin(T)a, tim produksi yang menyangkut pemain dan crew, karakter pemain, profil sutradara, dan profil para pemain film Cin(T)a.


(23)

Pada bab ini akan dibahas tentang temuan data lapang dan juga analisis makna ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dalam film Cin(T)a. Juga makna dari judul film Cin(T)a.

BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berisi penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan saran-saran. Kemudian bagian terakhir memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(24)

13

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aneka Jenis Film

1. Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).1 Sedangkan secara etimologis, film adalah gambar hidup, cerita hidup, sedangkan menurut beberapa pendapat, film adalah susunan gambar yang ada dalam selliloid, kemudian diputar dengan mempergunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna.2

Menurut Onong Uchyana Effendi film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Film dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup, dan bioskop.3

2. Klasifikasi Film

Klasifikasi film atau genre (jenis/ragam)4 dalam film berawal dari klasifikasi drama yang lahir pada abad XVIII. Klasifikasi drama tersebut muncul berdasarkan atas jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Ada beberapa jenis naskah drama yang dikenal saat itu, di antaranya, lelucon, banyolan, opera balada, komedi sentimental, komedi tinggi,

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: BalaiPustaka, 2002), h. 316.

2

Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter. FFTV-IKJdengan YLP (Jakarta: Fatma Press,1977), h. 22.

3

John M. Echols & Hassan Shadily, KamusInggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), h. 387.

4


(25)

tragedi borjois dan tragedi neoklasik. Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: tragedi (duka cita), komedi (drama ria), melodrama, dagelan (farce).5

Tapi, seiring berkembangnya zaman dan dunia perfilman, genre dalam film pun mengalami sedikit perubahan. Namun, tetap tidak menghilangkan keaslian dari awal pembentukannya. Sejauh ini diklasifikasikan menjadi 5 jenis,6 yaitu:

a. Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan, kebanyolan pemain (aktor/aktris). Sehingga alur cerita dalam film tidak kaku, hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapat membuat penonton tidak bosan.

b. Drama, film yang menggambarkan realita (kenyataan) di sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata.

c. Horror, film beraroma mistis, alam gaib, dan supranatural. Alur ceritanya bisa membuat jantung penonton berdegup kencang, menegangkan, dan berteriak histeris.

d. Musical, film yang penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya sama seperti drama, hanya saja di beberapa bagian adegan dalam film para pemain (aktor/aktris) bernyanyi, berdansa, bahkan beberapa dialog menggunakan musik (seperti bernyanyi).

5

Hermawan J. Waluyo, Drama: Teori danPengajarannya, (Yogyakarta: PT.Hanindita, 2003), cet. ke-2, h. 38.

6

Ekky Imanjaya, WhoNot: RemajaDoyanNonton, (Bandung: PT Mizan Buaya Kreativa, 2004),cet-1, h. 104.


(26)

e. Laga (action), film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembak-menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya yang mendebarkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja dapat menjadi luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi.

3. Unsur-unsur dan Struktur Film a. Unsur-unsur Film

Title adalah judul.

Cridenttitle, meliputi: produser, karyawan, artis (pemain) dll.

 Tema film adalah sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.

 Intrik, yaitu usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan adegan yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sutradara.

 Klimaks, yaitu puncak dari inti cerita yang disampaikan. Klimaks bisa berbentuk konflik atau benturan antar kepentingan para pemain.

Plot, adalah alur cerita. Alur cerita terbagi ke dalam dua bagian yang pertama adalah alur maju dan kedua adalah alur mundur. Alur maju adalah cerita yang disampaikan pada masa sekarang atau masa yang akan datang, sedangkan alur mundur adalah cerita yang mengisahkan tentang kejadian yang telah lampau.

 Suspen atau keterangan, yaitu masalah yang masih terkatung-katung.


(27)

Million setting, yaitu latar kejadian dalam sebuah film. Latar ini bisa berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris, ataupun fashion yang disesuaikan.

Sinopsis, adalah gambaran cerita yang disampaikan dalam sebuah film, synopsis ini berbentuk naskah.

Trailer, yaitu bagian film yang menarik.

Character, yaitu karakteristik dari para pemain/pelaku dalam sebuah film.7

b. Struktur-struktur Sebuah Film

 Pembagian cerita

 Pembagian adegan (squence)

 Jenis pengambilan gambar (shoot)

 Pemilihan adegan pembuka (opening)

 Alur cerita dan continuity (berkelanjutan).

Intrique yang meliputi jealousy, pengkhianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dan lain-lain.

 Anti klimaks, yaitu penyelesaian masalah. Anti klimaks ini terjadi setelah klimaks.

Ending atau penutup. Ending dalam film bisa bermacam-macam, apakah happy ending (cerita diakhiri dengan kebahagiaan) ataupun sad ending (diakhiri dengan penderitaan).8

7

Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 95.

8


(28)

4. Jenis-jenis Film

Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun.

a.Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.

Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi.9

b.Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue).

9

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 212.


(29)

Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.

Film berita sudah tua usianya, lebih tua daripada film cerita. Bahkanfilm cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita.10

c.Film Dokumenter

Film dokumenter (documnetary film) didefinisikan oleh Robert

Flaherty sebagai “ karya ciptaan mengenai kenyataan (creative

treatment of actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the

Film menyatakan: “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan

pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik; dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya. 11

d.Film Kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan utama dari film mkartun adalah untuk menghibur. Walaupun

10

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 212.

11

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 215.


(30)

tujuan utamanya adalah untuk menghibur, tapi terdapat pula film-film kartun yang mengandung unsur-unsur pendidikan didalamnya. 12

Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Film kartun tidak dilukis oleh satu orang tetapi oleh pelukis-pelukis dalam jumlah yang banyak.13

5. Sinematografi

Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. 14

Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu 15:

a. Extreme long shot

Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak nampak.

12

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media) h. 138-140.

13

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. ke-3, h. 216.

14

M. Fikri Ghazali, Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, skripsi S1 UIN syarif hidayatullah jakarta, 2010.

15


(31)

Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

b. Long shot

Pada long shot tubuh fisik manusia telah telah tampkan jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai estabilishing shot, yakni shot pembuka sebelum diguanakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.

c. Medium long shot

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

d. Medium shot

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium close-up

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan medium close-up.

f. Close up

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetil. Close-up


(32)

biasanya dugunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan detil sebuah benda atau objek.

g. Extreme close up

Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.

B. Semiotik Struktural dan Semiotik Pragmatis

1) Pengertian Semiotik

Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign) dalam kehidupan manusia. Bila berbicara semiotik, kita tidak dapat berbicara tentang satu semiotik, Tetapi semiotik yang diperkenalkan oleh sejumlah ilmuwan. Secara garis besar, pandangan mereka tentang tanda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pandangan dikotomis dan pandangan trikotomis. Tanda dilihat sebagai model diadik dan triadik atau juga semiotik struktural (bertumpu pada strukturalisme de saussure) dan semiotik pragmatis.16

Semiotik berasal dari kata yunani yaitu semeion, yang berarti tanda.17 Semiotik berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika.

Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti penafsir tanda atau tanda di mana sesuatu dikenal. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari

16

Benny H. Hoed, SemiotikDanDinamikaSosialBudaya, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 28.

17


(33)

kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostic inferensial.

Secara terminologis semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. 18

Semiotika sebagai discourse analysis yang paling dasar, cara dan kerjanya adalah mengamati tanda (ikon, indeks, symbol) dengan tujuan untuk menemukan makna-makna tanda (dengan bantuan teori segitiga makna).19

Semiotik telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda, misalnya karya sastra, dan teks berita dalam media. Semiotik merupakan varian dari teori strukturalisme. Strukturalisme berasumsi bahwa teks adalah fungsi dari isi dan kode, sedangkan makna adalah produk dari sistem hubungan. 20

Semiotik melihat teks media sebagai sebuah struktur keseluruhan. Ia mencari makna yang laten atau konotatif. Semiotik jarang bersifat kuantitatif dan bahkan kerap menolak pendekatan kuantitatif. Semiotik menekankan pada

signifikasi yang muncul dari “pertemuan” antara pembaca (reader) dengan

tanda-tanda (signs) di dalam teks.21

Teori semiotik yang berkembang selama ini bersumber pada dua pandangan, yakni strukturalisme dan pragmatisme.

18Alex Sobur,”

AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntukAnalisis Wacana, Analisis Semiotik, danAnalisisFraming”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95.

19

Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 79.

20Alex Sobur,”

AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntukAnalisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 122-123.

21Alex Sobur,”

AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntukAnalisis Wacana, Analisis Semiotik,dan Analisis Framing, h. 145-146.


(34)

a. Semiotik struktural

Dasar-dasar semiotik struktural adalah sebagai berikut:

1. Tanda adalah sesuatu yang terstruktur dalam kognisi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan penggunaan tanda didasari oleh adanya kaidah-kaidah yang mengatur (langue) praktik berbahasa (parole) dalam kehidupan bermasyarakat atau bagaimana parole mengubah langue.

2. Apabila manusia memandang suatu gejala budaya sebagai tanda, maka ia melihatnya sebagai sebuah struktur yang terdiri atas penanda ( yakni bentuknya secara abstrak) yang dikaitkan dengan petanda (yakni makna atau konsep).

3. Manusia, dalam kehiduannya, melihat tanda melalui dua proses, yakni sintagmatik ( juktaposisi tanda) dan asosiatif (hubungan antartanda dalam ingatan manusia yang membentuk sistem dan paradigma).

4. Teori tandanya bersifat dikotomis, yakni selain melihat tanda sebagai terdiri atas dua aspek yang berkaitan satu sama lain, juga

melihat relasi antartanda sebagai relasi pembeda “makna” ( makna

diperoleh dari pembedaan).

5. Analisisnya didasari oleh sebagian atau seluruh kaidah-kaidah analisis struktural, yakni imanensi, pertinensi (ketepatgunaan; ketepatan; kegunaan, kamus),22 komutasi (pergantian),

22

Tim Prima Pena, kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h.371.


(35)

kompatibilitas, integrasi (penyatuan, penggabungan), sinkroni sebagai dasar analisis diakronis, dan fungsional.23

b. Semiotik pragmatis

Semiotik pragmatis bersumber pada peirce (1931-1958). Bagi

peirce, tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Danesi dan perron

menulis bahwa teori semiotik seperti itu sudah ada sejak Hippocrates

(460-377 SM) yang mendefinisikan “tanda” dari bidang kedokteran sebagai

gejala fisik (physical symptom) yang mewakili (stand for) suatu penyakit.24

Menurut Danesi dan Perron, penelitian semiotik mencakupi tiga ranah yang berkaitan dengan apa yang diserap manusia dari lingkungannya (the world), yakni yang bersangkutan dengan “tubuh”-nya, “pikiran”-nya,

dan “kebudayaan”-nya. Ketiga ranah itu sejajar dengan teori Peirce

tentang proses representasi dari representamen. Representasi tanda menyangkut hubungan antara representamen dan objeknya.25

2) Semiotik Charles Sanders Peirce

Peirce adalah ahli filsafat dan ahli logika. Peirce mengusulkan kata semiotik (yang sebenarnya telah digunakan oleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abad XVIII) sebagai sinonim kata logika.26

Menurut Peirce, semua gejala (alam dan budaya) harus dilihat sebagai

tanda. Pandangannya itu disebut “pansemiotik”. Model tanda yang dikemukakan

Peirce adalah trikotomis atau triadik. Prinsip dasarnya ialah bahwa tanda bersifat

23

Benny H. Hoed, SemiotikdanDinamikaSosialBudaya, h. 8-9.

24

Benny H. Hoed, SemiotikdanDinamikaSosialBudaya, h. 19.

25

Benny H. Hoed, SemiotikdanDinamikaSosialBudaya, h. 23.

26Alex Sobur,”

AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntukAnalisis Wacana, Analisis Semiotik,dan Analisis Framing, h. 110.


(36)

representatif, yaitu tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain”,

(something that represent something else).

Teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jka ia mewakili sesuatu yang lain. Tanda yang mewakilinya disebut representamen (referent). Jadi jika sebuah tanda mewakilinya, hak ini adalah fungsi utama tanda. Misalnya, anggukan kepala mewakili persetujuan, gelengan mewakili ketidaksetujuan. Agar berfungsi, tanda harus ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan kode. Proses perwakilan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang ditandainya.

Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu :

1. Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan.

Ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan atau penempatan. 2. Indeks, jika berhubungan dengan kedekatan eksistensi

Misalnya, asap hitam tebal membubung menandai kebakaran, wajah yang muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya.

3. Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi.27

Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan prosesual antara tiga titik, yaitu representamen [R] objek [O] interpretan [I]. R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi [secara fisik atau mental] yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya [O]. Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan

27

www.id.wikipedia.org/wiki/kajian-semiotik diakses pada 19 april 2011 pukul 19:14 WIB.


(37)

hubungan R dengan O. Oleh karena itu, bagi Peirce, tanda tidak hanya representatif, tetapi juga interpretatif. Peirce membedakan tiga jenis tanda, yakni indeks, ikon, dan lambang.28

Dalam buku Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon dan lambang. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya didasari konvensi.29

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.30

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan

28

Benny H. Hoed, SemiotikdanDinamikaSosialBudaya, h. 46-47.

29

Benny H. Hoed, SemiotikdanDinamikaSosialBudaya, h. 246.

30


(38)

tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Peirce muncul dengan skemati triadik, yakni ground, objek, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengandakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang terkandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan adanya hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia.31

Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam strukutur tunggal.32

31

Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 83-84.

32Alex Sobur,”

AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntukAnalisis Wacana, Analisis Semiotik,dan Analisis Framing, h. 97.


(39)

Inti dari pemikiran Peirce adalah bahwa jagat raya (the universe) ini terdiri atas tanda-tanda (signs). Ini merupakan pandangan pansemiotik tentang jagat raya kita.

Semiotik bagi Peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influnce), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).33

Menurut Peirce, seperti dikutip Eco, “ something which stands to somebody for something in some respect or capacity” ( tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas). Definisi Peirce tidak menuntut kualitas keadaan yang secara sengaja diadakan dan secara artifisial diupayakan. Lebih dari itu, triade Peirce bisa juga dipakai untuk yang tidak dihasilkan oleh manusia, tetapi dapat diterima oleh manusia; misalnya gejala meteorologis dan macam indeks yang lain.34

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret pada peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Misalnya, asap menandakan bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah

33

Alex Sobur,”AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109.

34Alex Sobur,”

AnalisisTeks Media.” SuatuPengantaruntukAnalisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109-110.


(40)

antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat.35

C. Cinta dan Toleransi

Cinta adalah kosakata komprehensif dan espresif yang memuat seluruh rasa emosional. Tidak ada seorang pun diantara kita yang bisa hidup tanpa energi cinta didalam dirinya, dan alangkah indahnya jika segala sesuatu dikerjakan dengan cinta .36

Cinta adalah jiwa kehidupan dan tiang selamat bagi umat manusia. Apabila kekuatan tarik menarik dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari pertumbuhan antara satu sama lain, sehingga selamat dan berjatuhan, terbakar dan gugur, maka perasaan cinta dan kasih sayang itu menjadi penghubung antara sesama manusia. 37

Menurut hadits Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya,

ٲ نم

ًﺄ ﯿ

ڪ

ر

ر

kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya,

ٲ نم

ﮦ ﻋ

ﻓ ًﺄ ﯿ

Artinya: “Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akan menjadi budaknya.”

35

Alex sobur, SemiotikaKomunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 41-42.

36

meriwardana.blogspot.com diakses pada 26 mei 2011 jam 21:19 WIB.

37

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3633_0_3_0_M diakses pada 08 juni 2011 jam 20:32.


(41)

Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Allah SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain.38

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari

kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

Toleransi dalam beragama bukan berarti manusia harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu diterapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan, contohnya ibadah dan pekerjaan.39

38

http://forum.dudung.net/index.php?topic=9454.0 diakses pada 27 mei 2011 jam 07:00 WIB.

39

http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/toleransi-antar-umat-beragama/ diakses pda 08 juni 2011 jam 20:19.


(42)

Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.


(43)

32

BAB III

PROFIL FILM CIN(T)A

A. Sekilas tentang Film Cin(T)a.

Bandung, Agustus 2000. Cina (Sunny Soon) berhasil masuk sebagai mahasiswa jurusan Arsitektur di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Kehidupan ekonomi keluarganya kurang dari cukup sehingga memaksanya untuk berusaha mencari pekerjaan sampingan sebagai pegawai refleksi di Healthy Spa dan mendaftarkan beasiswa untuk menambah uang sakunya. Sesuai dengan namanya, Cina berasal dari suku tionghoa yang tinggal di daerah Sumatera Utara. Dia bercita-cita untuk menjadi seorang Gubernur Tapanuli ketika kelak Tapanuli berdiri sendiri menjadi sebuah provinsi.

Selama menjalani orientasi mahasiswa baru, Cina bertemu dengan seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai bintang film dan sekaligus seniornya di kampus. Dialah Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena kariernya di dunia film.

Sudah tiga kali tugas akhir Annisa ditolak, lantaran karyanya kurang sempurna dan jauh dari yang diharapkan akibat idealisme yang dipegangnya. Masalah tersebut didorong juga karena Annisa masih belum menerima pernikahan kedua Ibunya setelah sepeninggalan Ayah kandungnya. Di kampus, Annisa selalu diperguncing teman-temannya termasuk Cina, karena IP (Indeks Prestasi)nya hanya 2,1 dan tugas akhirnya yang bermasalah.

Annisa dan Cina selalu bertemu di waktu dan tempat yang tak terduga. Cina pun tertarik dengan desain rancangan Tugas Akhir Annisa yang selalu ditolak oleh dosennya dan Cina pun bersedia membantu Annisa untuk


(44)

menyelesaikannya. Dari situ lah pertemuan mereka semakin sering dan hubungan mereka semakin dekat.

Dalam Film ini, sutradara Sammaria Simanjuntak, mencoba menyorot kehidupan religi masing-masing karakter. Cina yang rajin pergi ke gereja dan Annisa, seorang artis yang tidak pernah meninggalkan sholat.

Kehidupan mereka sehari-hari pun terus bergulir dengan diisi berbagai diskusi mengenai perbedaan agama mereka. Pergulatan pendapat yang dikemas dengan diskusi yang santai dengan tanpa memunculkan konflik. Dari masalah apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan oleh Islam maupun Kristen.1

Cina meyakini Hukum Newton 1 versinya : “Kecantikan berbanding

terbalik dengan kepintaran”. Hukum Newton versi Cina, mendapat tamparan

ketika dia bertemu Annisa. Tak istimewa secara akademik, bukan berarti Annisa tak cerdas, alam pikirnya bahkan melambung jauh di atas nilai-nilai akademiknya. Saling mempesona, jadilah Cina dan Annisa menabur benih cinta dan kasih sayang.2

Pada tahun itu, perayaan Idul Fitri dan Natal saling berdekatan. Sebagai dua orang sahabat yang saling toleransi, Cina membantu Annisa membuat ketupat pada saat Idul Fitri, dan begitu pun sebaliknya, Annisa membantu Cina menghias pohon Natal.

Bersama dengan penulis naskah Sally Anom Sari, Sammaria merancang karakter, setting, dan dialog yang sederhana dan mengusik kesadaran masyarakat penuh warna di Indonesia. Dialog-dialog yang dipakai dalam film ini terbilang

1

http://entertainment.kompas.com/read/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.annisa.dan. tuhan diakses pada 10 mei 2011 pukul 10:41 WIB.

2

http://www.stepmagz.com/2011/02/film-cinta-%E2%80%93-god-is-director/ diakses pada 11 mei 2011 pukul 10:44 WIB.


(45)

cukup berat dan masih bersentuhan dengan agama. Ini terlihat pada dialog antara Cina dan Annisa mengenai siapa pendamping mereka kelak. Annisa sudah dijodohkan Ibunya dengan seorang keturunan beragama Islam. Sedangkan Cina ingin istrinya kelak mencintai Tuhannya lebih dari dirinya.

Rasa emosi kemudian muncul ketika Cina dan Annisa memperdebatkan masalah pengeboman gereja-gereja di Indonesia pada Hari Natal. Cina memutuskan untuk mengambil beasiswanya dan pergi ke Singapura. Cina merasa kehadirannya sebagai orang Kristen tidak akan diterima di Indonesia apalagi bila menjadi seorang pemimpin, karena dia menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia adalah muslim.

Perbedaan keyakinan yang mendasari plot film ini disuguhkan dengan dialog-dialog cerdas dan tidak menggurui. Walaupun tema yang diangkat tentang perbedaan Islam dan Kristen, namun film ini bersifat netral alias tidak memihak pada satu agama. Berbagai diskusi tentang perbedaan agama dituangkan dalam balutan romansa cinta dan tidak berujung pada konflik. Film ini tergolong romantis, namun porsi drama cukup berimbang.

Bicara soal pemain, film ini tidak memasang aktor atau aktris terkenal. Cukup dua wajah oriental mendominasi sepanjang film ini. Jika pun ada figuran, muka mereka tidak ditampilkan dalam layar bahkan hanya voice over. Film ini memang fokus pada dua tokoh Cina dan Annisa. Akting keduanya lumayan, namun yang amat disayangkan adalah intonasi dari dialognya kurang menggigit menjadikan makna dialognya hanya sekedar lewat saja, ditambah juga suara film ini yang terdengar berisik.


(46)

Gaya tutur yang lambat dengan angle kamera tidak biasa menjadikan gambar film ini bagus. Soundtrack yang enak didengar juga mengiringi penggalan-penggalan adegannya. Cin(T)a memang menghadirkan sebuah tontonan yang tidak komersil. Namun film ini sarat akan makna, tentang perbedaan.

Film ini banyak mengajarkan tentang bertoleransi antar umat beragama. Perbedaan itu pasti ada agar kita bisa saling melengkapi. 3

Meski film Cin(T)a digarap oleh komunitas indie, namun kehadirannya sempat mendapat apresiasi di sejumlah kalangan masyarakat Inggris. Film ini sempat diputar di National Film Theater-British, Film Institute London pada 29 Mei 2009 lalu, dan berkeliling ke beberapa kampus di Inggris.

Di Indonesia, Cin(T)a juga sempat ditayangkan pada Jogja-Netpac Asian Film Festival 2009 dan menjadi film penutup Indonesia Film Festival 2009 di Melbourne, Australia. Film ini akan ditayangkan di Blitmegaplex mulai 19 Agustus 2009. 4

Cin(T)a menceritakan kisah sehari-hari yang tidak berani diceritakan film lain. Di film ini Sammaria mengemas dialog-dialog yang banyak mengupas perbedaan, di tengah pandangan masyarakat Indonesia saat yang menganggap masalah perbedaan sering dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Mengingat Indonesia adalah sebuah negara multikultur, tentunya wacana perbedaan harus dapat dikomunikasikan dengan jujur dan cerdas untuk

3

<ref>[http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV649 Cin(T)a], diakses pada 24 januari 2011 pukul 15:07 WIB.

4

http://entertainment.kompas.com/read/2009/08/15/e094012/cinta..antara.cina.annisa.dan. tuhan diakses pada 10 mei 2011 pukul 10:41 WIB.


(47)

mengurangi permasalahan karena perbedaan itu sendiri. Perbedaan bukan suatu kekurangan, justru kelebihan bila disikapi dengan tepat.5

Dalam film ini juga disuguhkan cuplikan interview pada beberapa pasangan beda keyakinan, baik sahabat, pasangan yang baru berpacaran, menikah beberapa bulan bahkan yang sudah berpuluh-puluh tahun dengan anak dan cucu mereka mengenai pandangan mereka mengenai cinta, keyakinan, dan Tuhan masing-masing yang mereka sebut dengan sebutan yang berbeda namun menyatukan mereka.

Cina (Sunny Soon), adalah mahasiswa baru 18 tahun beretnis Batak Cina. Cina tumbuh menjadi seorang remaja yang lugu karena tidak pernah mengalami kegagalan, tapi ia yakin bisa mewujudkan impiannya dengan modal tekad yang kuat. Annisa (Saira Jihan), mahasiswi muslimah 24 tahun beretnis Jawa yang kuliahnya terhambat oleh kariernya di industri perfilman. Ketenaran dan kecantikan membuatnya kesepian, sehingga ia bersahabat dengan jari bermuka sedih. Hingga satu hari ketika ada jari lain datang sehingga Annisa tidak lagi kesepian. Tuhan adalah karakter yang paling tidak bisa ditebak. Setiap orang mencoba untuk mendeskripsikan-Nya. Setiap orang merasa mereka mengenal-Nya. Setiap kesenian mencoba untuk menggambarkan-Nya, tapi tidak ada yang benar-benar seperti-Nya. Tuhan mencintai Cina dan Annisa, tapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai karena mereka menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda.6

5

http://www.youtube.com/watch?v=VvXVDo3OHUs*<http://www.youtube.com/watch? v=VvXVDo3OHUs> diakses pada 30 januari 2011 pukul 21:58 WIB.

6

http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV649 Cin(T)a] diakses pada 24/01/2011 pukul 15:07 WIB.


(48)

B. Konsep Film Cin(T)a.

Film Cin(T)a menyuguhkan Konsep sinematografi : dunia milik berdua yang lain offframe, persis ketika jatuh cinta.7 Terlihat dengan ditampilkannya dua pemeran utama di setiap scene, walaupun ada figuran hanya ditampilkan suaranya saja sedangkan wajah mereka selalu disembunyikan. Karena ketika jatuh cinta maka dunia serasa milik berdua.

POV penonton menjadi POV the third character (T). Jadi persepsi penonton menonton dua orang ini sebenarnya menggambarkan persepsinya sendiri tentang (T).8

C. Visi dan Misi Film Cin(T)a.

Visi dan misi film ini adalah curhat9 yaitu curahan hati sang sutradara terhadap (T).

D. Synopsis Film cin(T)a.

Cina (Sunny Soon), seorang mahasiswa baru yang belum pernah mengalami kegagalan dalam hidup, sehingga dia yakin bisa mewujudkan impiannya menjadi Gubernur Tapanuli hanya dengan modal iman.

Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat akhir 24 tahun yang kuliahnya terhambat karena karirnya di dunia film. Popularitas dan kecantikan membuatnya kesepian, sehingga ia bersahabat dengan jarinya sendiri yang digambari bermuka

sedih. Sampai suatu hari datang „jari’ lain yang menemani.

7

Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei 2011.

8

Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei 2011.

9

Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei 2011.


(49)

Tuhan, karakter yang paling tidak bisa ditebak. Setiap orang merasa mengenal-Nya. Setiap karya seni mencoba untuk menggambarkan-Nya, tapi tidak ada yang benar-benar mampu menggambarkan-Nya.

Tuhan mencintai Cina dan Annisa, tapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai karena mereka memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda.10

E. Tim Produksi Film Cin(T)a (Pemain dan Crew).

Sebuah film sebagus apapun dan sesukses apapun tidak luput dari tangan-tangan dingin para crew dan pihak-pihak yang terlibat dalam penggarapan film. Begitu juga dengan film Cin(T)a yang juga sukses berkat orang-orang yang terlibat didalamnya. Dan inilah orang-orang yang menjadikan film Cin(T)a sukses meraih beberapa penghargaan.11

No. Jabatan Nama

1. Producer M. Adi Panuntun, M. Budi Sasono,

Sammaria Simanjuntak 2. Executive Producer Rolan Samosir, Kathleen Lee

3. Director Sammaria Simanjuntak

4. Screenplay Sally Anom Sari & Sammaria

Simanjuntak 5. Director of photography Budi Sasono 6. Assistant Director of

photography

Arie Prabowo 7. First Assistant Director Burhan Yogaswara 8. Second Assistant Director Yunitanti

9. Production Manager Erika Suwarno

10. Casting Director Nora Samosir

11. Art Director Rezki Ridha

12. Assistant Art Director Firmansyah

13. Wardrobe Director Yufie Safitri Sobari 14. Assistant Wardrobe Director Wenti

15. Editor Anky Prasetya

16. Sound Editor Andri Yargana

10

[url=http://www.youtube.com/watch?v=VvXVDo3OHUs]YouTube - Trailer-Cin(T)a[/url]diakses pada 30 januari 2011 pukul 22:10 WIB.

11


(50)

17. Composer Muhammad Betadikara

18. Additional Composer Gugun Strangers, Lanlan Strangers

18. Behind The Scene Risky Budi Ramdhani

20. Photographer Glam Photoloft Wei Xu, Pepen, Elsa

21. Graphic Designer Erickson Siregar

22. Publicist A. Andiarti

23. Production Assistant Widya Ekarianie, Fauziah R. S., Dina Rismala, Galih Rahasiwi, Awal Wahyu Rahmadi, Asep Ramdhan, Reza Andika, Shendi Abdi Maulana, Mohammad Bagus Satria

24. Promo Manager Dini Aprilia

25. Cast Sunny Soon – Cina

Saira Jihan – Annisa

F. Karakter Pemain.

Dalam film Cin(T)a pemeran yang ditampilkan hanya dua orang. Yaitu, Anissa (Saira Jihan) dan Cina (Sunny Soon). Dalam film ini karakter Anissa (Saira Jihan) adalah Muslim-Jawa cantik yang juga berprofesi sebagai seorang artis sekaligus mahasiswa jurusan arsitek tingkat akhir yang bisa dibilang kurang pintar karena sudah 3 kali ini ia selalu gagal dalam tugas akhirnya. Sedangkan Cina (Sunny Soon) adalah seorang pemuda Kristen keturunan Tionghoa-Batak yang dengan hanya bermodal otaknya yang encer memberanikan diri berangkat jauh-jauh dari tanah kelahirannya,Tapanuli untuk menimba ilmu sebagai mahasiswa aristek di kota Bandung.

Karakter Cina yang meledak-ledak, bersemangat dan ambisius, seakan mendapat lawan tanding dengan sikap Annisa yang menampilkan kesan nerimo (baca : menerima sesuatu apa adanya).12

12

http://www.stepmagz.com/2011/02/film-cinta-%E2%80%93-god-is-director/ diakses pada 11 mei 2011 pukul 10:44 WIB.


(51)

Cina mewakili orang-orang yang kelihatan beriman tapi ketika digoyang dikit malah langsung goyah. Annisa mewakili orang-orang yang kelihatan tidak terlalu beragama tapi ternyata lebih sayang dan peduli dengan sesama manusia.13

G. Profil Sutradara Film Cin(T)a.

Sammaria terlahir di Bandung, Indonesia. Sebagai kepulauan yang terbesar di dunia dengan lebih dari 17000 pulau, Indonesia adalah rumah yang dihuni oleh berbagai macam budaya dan species/binatang. Samaria besar di tempat yang beraneka ragam budaya, yang mengekspos kecantikan dirinya dari perbedaannya di dunia.

Sammaria bersekolah di arsitek dan menikmati berbagai macam budaya di dunia. Setelah setahun menikmati hidup sebagai arsitek, ia menyadari bahwa membuat film adalah kepribadiannya. Ia memutuskan untuk memberi perubahan yang kuat dan mengejar mimpinya.

Cin(T)a adalah film pertamanya setelah membuat 4 film pendek (3 Frame-2003, Santa v Haji, 2005, Dami Bukan Dummy-2007, dan 12cm-2008).14

H. Profil Pemain Film Cin(T)a.

1. Saira Jihan

Dilahirkan dan tumbuh besar di kota kecil di utara pulau jawa. Saira bukanlah seorang petualang. Pertemuan pertamanya menjelajahi dunia adalah ketika pertukaran pemuda di tokyo, jepang. Perempuan pemalu ini tidak mempunyai ambisi untuk menjadi seorang aktris walaupun setelah bertahun-tahun menjadi seorang model. Prestasinya dalam dunia model menjadikan karakter yang

13

Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei 2011.

14


(52)

kuat untuk membandingkan kecintaan pada dirinya dan kepribadiannya. Cin(T)a adalah film pertamanya dan jalannya untuk merubah dirinya, dan terutama lingkungannya.15

Berawal dari pemilihan model Cosmo Girl of The Year, Saira Jihan Stephanie Rachman kemudian merambah dunia layar lebar tanah air. Dimulai dengan film Cin(T)a arahan Samaria Simanjuntak di tahun 2008, akting dara kelahiran Cirebon, 2 September 1986 ini kembali terlihat di film terbaru Kalyana Shira film berjudul Madame X.

2. Sunny Soon

Sunny, tumbuh dan dibesarkan di keluarga yang religius (budha) di Borneo dan bersekolah selama 12 tahun di sekolah kristen. Ia suka tantangan-tantangan baru dan ia mendapat perhatian dari sutradara walaupun pengalaman beraktingnya dari nol. Usahanya bertahun-tahun untuk hidup mandiri di jakarta menjadikannya sebuah spirit yang kuat untuk memecahkan kesulitannya dari peran utama di produksi independent. Sunny soon adalah harapan baru di perfilman indonesia.16

15

www.godisdirector.com diakses pada 15 April jam 07:39 WIB.

16


(53)

42

A. Temuan Data.

Klasifikasi film terdiri dari lima yaitu komedi, drama, horror , musikal, dan laga. Film cin(T)a termasuk dalam klasifikasi drama. Drama adalah film yang menggambarkan realita (kenyataan) di sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata. Karena film ini mengisahkan tentang realita yang ada di sekitar kehidupan manusia tentang cinta beda agama.

Di Indonesia banyak kasus seperti ini, seperti dalam setiap footage yang diselipi di setiap adegan. Ada pasangan beda agama yang akan melangsungkan pernikahan, pasangan yang baru menikah beberapa bulan, pasangan yang sudah menikah dan dikaruniai satu orang anak, bahkan pasangan yang sudah menikah hingga puluhan tahun dengan anak dan cucunya, mereka bisa rukun seperti itu karena mereka memiliki rasa toleransi yang tinggi tidak mengusik agama masing-masing dan saling menghormati setiap perbedaan yang ada.

Film ini berjudul Cin(T)a dengan mengusung tema tentang cinta dan perbedaan. Dalam film ini para pemain berhasil memerankan tokoh mereka dengan sangat baik. Walaupun keduanya bukan artis terkenal tetapi akting mereka bisa dibilang cukup sempurna. Terutama peran cina yang dimainkan oleh Sunny Soon. Ia sangat menjiwai perannya sebagai seorang Kristen keturunan Tionghoa yang sangat taat terhadap agama. Begitu pula peran Annisa yang diperankan oleh Saira Jihan. Dengan raut muka yang sendu ia mampu mendalami karakter Annisa yang memang seorang yang melankolis.


(54)

Walaupun di pertengahan film terdapat suatu cerita tentang pengeboman gereja-gereja pada hari natal, namun tidak menjadikan Cina (nama pemeran laki-laki) dan Annisa (nama pemeran perempuan) lantas bersitegang, karena mereka tahu bahwa kejadian pengeboman itu hanya rekayasa orang-orang yang menginginkan permusuhan antar-agama.

Film ini menceritakan tentang kejadian di tahun 2000 yang banyak terjadi pertikaian antar umat beragama salah satunya adalah banyaknya pengeboman yang terjadi di gereja-gereja di Indonesia pada saat malam natal. Bisa dibilang alur ceritanya adalah alur mundur. Karena mengisahkan kejadian di tahun 2000 padahal film ini diproduksi pada tahun 2009.

Film ini berlatar tahun 2000 tepatnya di kota Bandung. Tempat yang dipakai dalam pembuatan film ini adalah ITB Institut Tekhnologi Bandung tepatnya gedung arsitek. Selain itu healthy spa juga dipakai sebagai tempat magang Cina. Tempat lain yang juga dipakai adalah taman lalu lintas ade irma suryani Bandung, masjid al-Kautsar, tamansari Bandung, dan warung indung. Dengan fashion yang dikenakan Cina dan Annisa sangat cocok dengan latar tahun 2000. Sampai pada telepon genggam milik Annisa pun digunakan HP yang memang tren pada tahun 2000 yaitu Nokia 5280 .

Hampir setiap adegan dalam film ini menarik, bahkan mungkin setiap adegan dalam film ini bisa dikatakan menarik. Bagian yang menarik dalam film ini ketika Cina dan Annisa tidur di atas rumput dan membicarakan tentang Tuhan sebagai sutradara yang mengerti posisi makhluknya. Selain itu adegan ketika Cina melihat Annisa yang sedang berwudhu.


(55)

Adegan yang juga sangat menarik adalah ketika Cina dan Annisa mendiskusikan tentang pertikaian agama di Palestina dengan latar di taman

bermain menggunakan permainan. Disitu Annisa bertanya “kenapa Allah nyiptain

kita beda-beda kalo Allah hanya pengen disembah dengan satu cara” kemudian

Cina menjawab “ makanya Allah nyiptain cinta biar yang beda-beda bisa nyatu”.

Pertanyaan Annisa tentang Tuhan menggambarkan rasa ingin tahu Annisa tentang adanya perbedaan, sedangkan jawaban Cina bukanlah sebagai jawaban yang harus dibenarkan. Itu hanyalah pendapat Cina saja sebagai seorang manusia biasa.

Dalam film ini hanya ditampilkan dua tokoh saja yaitu Cina dan Annisa dengan mengusung konsep sinematografi cinta milik kita berdua, sang sutradara ingin menampilkan kesan bahwa ketika kita jatuh cinta, maka dunia serasa milik berdua. Makanya dalam film ini hanya dua tokoh saja yang ditampilkan. Walaupun ada figuran mereka hanya voice over saja dan tidak ditampilkan wajah mereka.

Dalam film ini banyak sekali simbol-simbol yang ditampilkan. Salah satunya adalah semut. Semut adalah hewan yang sangat kecil, tetapi ketika mereka berjumpa dengan semut yang lain maka terlihat mereka saling bertegur sapa. Bisa diartikan betapa kecilnya manusia dihadapan tuhanNya, tetapi walaupun kecil hendaknya manusia tidak saling meremehkan bahkan harus seperti semut saling bertegur sapa ketika bertemu dengan manusia lainnya sekalipun ada perbedaan, baik beda suku, agama, dan keyakinan. Manusia harus saling menghargai satu sama lain karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling mengenal satu sama lain. Tak kenal maka tak sayang, begitulah kata


(56)

pepatah. Sesuai juga dengan ayat al-Quran surat al-Hujuraat ayat 13 yang berbunyi:

ًابوعش مكّٰلعج و ىٰثنٵ و رك نم مکّٰقلخانإ ساّلااھي ي

ۗ مكٰقت هللا ّع مكمركٲ ّٳ ۗ اوفراعتل لئ بقو

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang paling betakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Hujuraat: 13).1

Allah memberitahukan kepada umat manusia bahwa Dia telah menciptakan mereka dari satu jiwa dan telah menjadikan dari jiwa itu pasangannya. Itulah Adam dan Hawa. Dan Allah juga telah menciptakanb mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Maka kemuliaan manusia dipandang dari kaitan ketahanannya bertingkat-tingkat bila dilihat dari sudut keagamaan, seperti dalam hal ketaatan melarang manusia berbuat ghibah dan menghina satu sama lain, maka Dia mengingatkan bahwa mereka itu sama dalam segi kemanusiannya.” Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling mengenal” yaitu, agar tercapailah ta’aruf “saling kenal” di antara

mereka masing-masing berpulang ke kabilahnya sendiri Abu Isa Tirmidzi

meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda,” pelajarilah

silsilah kamu yang dengannya kamu akan menyambungkan tali kekeluargaan, karena menggabungkan tali kekeluargaan menimbulkan kecintaan di dalam

1

Departemen Agama Republik Indonedia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: C.V. TohaPutra, 1989), h. 847.


(57)

keluarga, kekayaan dalam harta, dan tongkat dalam menyusuri jejak, kemudian Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib. Tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.2

Kesimpulannya ialah bahwasanya manusia pada hakikatnya adalah dari asla keturunan yang satu. Meskipun telah jauh berpisah, namun di asal-usul adalah satu. Tidaklah ada perbedaan di antara yang satu dengan yang lainnya tidaklah ada perlunya membangkit-bangkit perbedaan, melainkan menginsafi adanya persamaan keturunan.

Hal ini dikemukankan oleh Tuhan dalam ayatnya, untuk menghapus perasaan setengah manusia yang hendak mengatakan bahwa dirinya lebih dari yang lain, karena keturunannya, bahwa dia bangsa raja, ornag lain bangsa budak, bahwa dia bangsa keturunan Ali bin Abu Thalib dalam perkawinannya dan Siti fatimah al-batul, anak perempuan rasulullah, dan keturunan yang lain adalah rendah dari itu.3

Dalam film ini cinta menciptakan rasa toleransi terhadap setiap individu. Cina dan Annisa saling mencintai dan mereka selalu menghargai satu sama lain. Terlihat dari adegan ketika Annisa sedang menjalankan ibadah shalat, Cina dengan sabar menunggu sambil memperhatikan Annisa yang sedang shalat. Terlihat juga adegan ketika Annisa sedang berpuasa, Cina menemani annisa menunggu saat berbuka puasa. Juga saat hari idul fitri tiba, Cina membantu annisa membuat ketupat. Begitupun sebalikya ketika perayaan natal Annisa membantu Cina menghias pohon natal.

2

Muhammad Nassib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani, 2000) h. 431.

3

Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 9, (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1994), h. 6834-6835


(58)

Film Cin(T)a berbeda dengan film-film yang telah ada, yang kebanyakan akhir ceritanya berujung pada kedua pasangan jadian. Tetapi dalam film ini akhir ceritanya adalah mereka lebih memilih untuk mempertahankan agama mereka masing-masing ketimbang menghianati Tuhan mereka hanya karena cinta.

Film ini termasuk kategori film indie. film yang dibuat tanpa dibawah naungan badan usaha resmi (PT or CV) dan dana dari perseorangan atau sekelompok orang. Film indie tidak ditentukan dengan durasi, ada banyak jenis indie dengan jenis feature (durasi panjang).4

Identiknya sebuah film mengandung sebuah pesan yang ingin disampaikan. Tetapi dalam film Cin(T)a tidak ada pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara. Menurut Wim Wenders, ada 2 jenis film. Film yang memberi pernyataan. Dan film yang memberi pertanyaan. Film cin(T)a ini yang memberi

pertanyaan, “kenapa Tuhan nyiptain kita beda-beda kalau Tuhan Cuma ingin

disembah dengan satu cara?” Film ini dibuat karena si filmaker ingin mencari

jawaban, bukan karena punya jawaban.5

4

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4253456 diakses pada 08 juni 2011 jam 19:57.

5

Sammaria Simanjuntak, Sutradara Film Cin(T)a, wawancara pribadi, Bandung, 20 Mei 2011.


(1)

18. Additional Composer Gugun Strangers, Lanlan Strangers

18. Behind The Scene Risky Budi Ramdhani

20. Photographer Glam Photoloft Wei Xu, Pepen, Elsa

21. Graphic Designer Erickson Siregar

22. Publicist A. Andiarti

23. Production Assistant Widya Ekarianie, Fauziah R. S.,

Dina Rismala, Galih Rahasiwi,

Awal Wahyu Rahmadi, Asep

Ramdhan, Reza Andika, Shendi

Abdi Maulana, Mohammad Bagus

Satria

24. Promo Manager Dini Aprilia

25. Cast Sunny Soon – Cina Saira Jihan – Annisa


(2)

77

Lampiran III


(3)

(4)

79


(5)

(6)

SURAT KETERANGAN

Bandung, 20 mei 2011

Dengan hormat,

Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini:

Nama : Nurlaelatul Fajriah

NIM : 107051002056

TTL : 17 Desember 1988

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Nama Perguruan :Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Program : S1

Adalah benar telah melakukan wawancara kepada sutradara film Cin(T)a, dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS SEMIOTIK FILM CIN(T)A KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK”.

Demikianlah surat keterangan ini kami sampaikan yang sebenarnya, dan dapat digunakan dengan sebagaimana mestinya.

Hormat kami

Sammaria Simanjuntak Sutradara film Cin(T)a