12 bagaimanakah efektifitas dari pelaksanaan kewenangan tersebut ketika
dilaksanakan oleh MA maupun oleh MK.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini dipilih judul “EFEKTIFITAS PENYELESAIAN
PERSELISIHANHASIL PEMILUKADA
OLEH MAHKAMAH AGUNG DAN MAHKAMAH KONSTITUSI”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dapat penulis rangkum dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana latar belakang peralihan kewenangan penyelesaian perselisihan
hasil pemilukada dari MA kepada MK ?. 2.
Bagaimana efektifitas penyelesaian perselisihan hasil pemilukada oleh MA dan MK?.
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan yang penulis harapkan dari skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang peralihan kewenangan
penyelesaian perselisihan pemilukada oleh MA dan MK. 2.
Untuk mengetahui bagaimana efektifitas penyelesaian perselisihanhasil pemilukada oleh MA dan MK.
Universitas Sumatera Utara
13 Adapun yang menjadi manfaat dari skripsi ini adalah:
a. Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan bermanfaat sebagai tambahan dokumen hukum secara khusus mengenai penyelesaian perselisihanhasil pemilukada oleh MAdan
MK , dan sebagai upaya untuk pengembangan Ilmu Hukum Tata Negara.
b. Secara Praktis
Skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi akademisi, praktisi hukum, aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan bagi semua pihak yang
berkepentingan untuk mengetahui bagaimana efektifitas penyelesaian perselisihan pemilukada oleh MAdan MK.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “EFEKTIFITAS PENYELESAIAN PERSELISIHANHASIL PEMILUKADA OLEH MAHKAMAH AGUNG
DAN MAHKAMAHKONSTITUSI ” , belum pernah dibahas oleh mahasiswa
lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini asli serta bukan plagiat ataupun diambil dari skripsi orang lain. Skripsi ini merupakan penemuan
ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Universitas Sumatera Utara
14 Apabila ada skripsi yang sama, maka akan dipertanggungjawabkan penulis
sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Untuk memberikan pemahaman terhadap penelitian ini, berikut akan diberikan beberapa pengertian terkait dengan objek penelitian ini.
Menurut Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, efektifitas berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh sebab, akibatdampak.
Efektif yang artinya berhasil, sedang efektifitas menurut bahasa merupakan ketepatan gunaan, hasil guna, menunjang tujuan.
24
Efektifitas menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah keadaan berpengaruh, membawa dan berhasil guna usaha, tindakan.
25
Dan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI tersebut juga disebutkan bahwa efektifitas
adalah kegiatan yang memberikan hasil yang memuaskan dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dengan demikian efektifitas merujuk kepada suatu ukuran
yang diperoleh atas kesesuaian antara ukuran yang dihasilkan dengan ukuran yang diharapkan, yang telah ditentukan terlebih dahulu.
26
24
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hlm. 128.
25
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1998, hlm. 219.
26
J.S. Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 271.
Jadi dapat disimpulkan efektifitas adalah hal yang bersangkut paut dengan keberhasilan, manfaat dan
Universitas Sumatera Utara
15 seberapa target kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah dicapai dari suatu
perlakuan yang diterapkan kepada objek penelitian.
Perselisihan adalah perselisihan yuridis sebagai akibat terjadinya pelanggaran pada tahap-tahap penyelenggaraan pemilu, yang terbagi dua yakni
pertama pelanggaran peraturan perundang-undangan pemilu, dan kedua perselisihan hasil pemilu.
27
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 selanjutnya ditulis UU 122003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur secara tegas perselisihan yang terjadi diantara pihak-pihak adalah
perselisihan yang timbul dalam tahapan-tahapan pemilu. Menurut Topo Santoso yang dikutip oleh Rudatyo dalam Jurnal Konstitusi Vol II Tahun 2009 bahwa
perselisihan hasil pemilu meliputi:
28
Pihak yang mengajukan sengketa memiliki kepentingan memenangkan suatu perkara disinilah berlaku pula maxim point d’etre, point d’action, yang
1. Pelanggaran Administrasi Pemilu; 2. Pelanggaran Pidana Pemilu;
3. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara; 4. Sengketa dalam proses pemilu;
5. Perselisihan hasil Pemilu; 6. Sengketa hukum lainnya.
Jadi, sengketa pemilu yang dimaksud dalam tahapan- tahapan pemilu
adalah sengketa dalam proses pemilu, sengketa perselisihan hasilpemilu, dan sengketa hukum lainnya.
27
Hendra Sudrajat, Op cit, Kewenangan Mahkamah Konstitusi....
28
Rudratyo, Jurnal Konstitusi Vol II No.1, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2009, hal 10
Universitas Sumatera Utara
16 artinya tanpa kepentingan maka tidak ada suatu tindakan. Seseorang mengajukan
pengaduan kostitusional karena yang bersangkutan memiliki kepentingan bahwa hak asasi konstitusional dilanggar oleh badan atau pejabat pemerintah. Zonder
belang, het is geen rechtsingang.
29
Hasil merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh usaha, perolehan. Dalam UUD 1945 tidak memberikan pengertian dan ruang lingkup
mengenai apa yang dimaksud dengan perselisihan tentang hasil pemilu, maka diaturlah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003
selanjutnya ditulis UU 242003 tentang Mahkamah Konstitusi, pasal 74 ayat 2 memberikan pengertian bahwa, perselisihan hasil pemilu adalah perselisihan
mengenai penetapan hasil pemilu yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi yakni terpilihnya calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah, penentuan pasangan calon yang masuk putaran kedua pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta terpilihnya pasangan calon Presiden dan wakil
Presiden, dan perselisihan kursi partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan.
30
Pasal 258 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 selanjutnya ditulis UU 102008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merumuskan pengertian perselisihan hasil pemilu anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
29
.Hendra Sudrajat, op cit, kewenangan mahkamah konstitusi........
30
Pasal 74 ayat 2 UU No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
Universitas Sumatera Utara
17 Daerah adalah perselisihan antara Komisi Pemilihan Umum dan peserta
Pemilihan Umum mengenai penetapan perolehan suara hasil pemilu secara nasional serta perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilu secara nasional
sebagaimana dimaksud ayat 1 adalah perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat memmpengaruhi perolehan peserta pemilu.
31
Dalam pasal 201 ayat 1UU 102008tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden disimpulkan bahwa, pengertian perselisihan hasil pemilihan
umum Presiden dan Wakil Presiden adalah pengajuan keberatan yang di ajukan oleh pasangan calon terhadap penetapan hasil pemilihan umum Presiden dan
Wakil Presiden oleh Komisi Pemilihan Umum yang perhitungan suaranya mempengaruhi terpilihnya pasangan calon atau penentuan untuk dipilih kembali
pada Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden kepada Mahkamah Konstitusi.
32
Mengenai pengertian perselisihan hasil Pemilukada , dengan merujuk Pasal 106 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU122008 dan UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu,maka dapat disimpulkan bahwa:
33
31
Pasal 258 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah merumuskan pengertian perselisihan hasil pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
32
Pasal 201 ayat 1 UU No 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
33
Akil Mochtar, Mahkamah Konstitusi dan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum PHPU, Jakarta, 2010, hal.4.
Universitas Sumatera Utara
18 a. perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah adalah perselisihan
antarapasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaiPeserta Pemilu Kepala Daerah dan KPU provinsi danatau KPUkabupatenkota sebagai
penyelenggara Pemilu; b. yang diperselisihkan adalah penetapan penghitungan suara
hasilPemilukada yang ditetapkan oleh KPU provinsi atau KPUkabupatenkota yang mempengaruhi penentuan calon untuk masuk keputaran kedua Pemilukada
atau terpilihnya pasangan calon kepaladaerah dan wakil kepala daerah.
Pengertian pemilu sendiri menurutUU 102008tentang Pemilihan anggota DPR, DPRD, dan DPD bahwa pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil luber-jurdil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
34
Arbi Sanit menyatakan bahwa melalui pemilu, transformasi kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan negara dilakukan dengan fungsinya sebagai perjanjian
sosial social contract. Artinya melalui pemilu para individu pemegang hak politik bersepakat menyerahkan sebagian haknya kepada organisasi yang
dipandang berpotensi utnuk berkuasa atau membentuk kedaulatan negara. Dari pengertian ini saja kemudian dapat kita tarik suatu
pemahaman bahwa konstitusi memang mengkehendaki pemilu sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat.
35
34
Pasal 1 Angka 1 UU No. 10 Tahun 2008
35
Arbi Sanit, Reformasi Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal. 186
Esensi pemilu adalah sebagai sarana kedaulatan untuk membentuk suatu sistem
Universitas Sumatera Utara
19 kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah menurut kehendak rakyat
sehingga terbentuk kekuasaan negara yang benar-benar memancarkan ke bawah sebagai suatu kewibawaan sesuai dengan keinginan rakyat menurut sistem
permusyawaratan perwakilan.
36
Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung pada dasarnya merupakan suatu proses politik bangsa menuju kehidupan yang
lebih demokratis, berkedaulatan rakyat, transparan, dan bertanggungjawab. Selain itu, pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung
tersebut menandakan adanya perubahan dan demokratisasi lokal, yakni tidak sekedar distribusi kekuasaan antar pemerintahan secara vertikal.
37
MA menurut Pasal 2 Undang-Undang No.14 Tahun 1985disebutkanbahwa MA adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan, yang
dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh- pengaruh lain.
Dengan demikian secara substansial maupun teknis mekanisme penyelenggaraan
pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah berbeda dengan mekanisme penyelenggaraan pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden.
38
36
Hendra Sudrajat, Op cit, Kewenangan Mahkamah Konstitusi..
37
Ibid.
38
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1985, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 3316
. Oleh karena itu, MA melakukan pengawasan tertinggi terhadap
Universitas Sumatera Utara
20 badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara.
39
Namun kemudian seiring dengan adanya perubahan UUD 1945 maka keberadaan MK adalah sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat 2 UUD 1945.
40
O.C. Kaligis dalam bukunya yang berjudul “Mahkamah Konstitusi Praktik Beracara
Permasalahannya” mengatakan bahwa MA dan MK sama-sama merupakan pelaksana cabang kekuasaan kehakiman judiciary yang merdeka dan terpisah
dari cabang-cabang kekuasaan lain, yaitu pemerintah executive dan lembaga perwakilan legislature.
41
Namun, struktur kedua lembaga kekuasaan kehakiman ini terpisah dan berbeda sama satu sama lain.
42
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final dan mengikat untuk menguji undang-undang terhadap
UUD 1945 , memutus perselisihan kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
43
39
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958
MK wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
40
Pasal 24 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945, Pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226
41
http:www.hukumonline.comklinikdetaillt518228f47a2e9perbedaan- mahkamahagung-dengan-mahkamah-konstitusi. diakses tanggal 1 Juni 2013
42
Ibid.
43
Pasal 24C ayat 1 UUD NRI Tahun 1945.
Universitas Sumatera Utara
21 pelanggaran oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.
44
MK mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh MA , tiga
orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
45
1. Jenis Penelitian
F. Metode Penelitian