Statistik Deskriptif Statistik Inferensial

keterbatasan peneliti maka peneliti hanya mampu melakukan pengumpulan data seperti penjabaran di atas.

7. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yaitu berupa data demografi. Pada kelompok intervensi diperoleh data hasil pengisian kuesioner penurunan gejala asma sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan intervensi teknik pernapasan Buteyko diperoleh data berupa hasil pengisian kuesioner tentang gejala asma pada awal dan akhir penelitian. Data penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui efektivitas teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala asma. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.

7.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi yang meliputi jenis kelamin, usia, TB Tinggi Badan, BB Berat Badan, lama terdiagnosa asma, penggunaan bronkodilator, suku, pekerjaan dan data penurunan gejala asma pre dan post dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase.

7.2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk menganalisis penurunan gejala asma antara pre dan post kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Selanjutnya statistik inferensial juga digunakan untuk membandingkan perbedaan penurunan gejala asma antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Universitas Sumatera Utara Adapun uji inferensial yang dipakai adalah uji statistik parametrik yaitu uji paired t-test yang digunakan untuk membandingkan penurunan gejala asma pre dan post teknik pernapasan Buteyko pada kelompok intervensi dan untuk membandingkan ada atau tidaknya perbedaan gejala asma pada kelompok kontrol. Uji paired t-test digunakan karena data yang diperoleh berdistribusi normal. Pada uji paired t-test tersebut diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian probabilitas. Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha α = 0.05. Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha diterima Portney Watkins, 2000. Untuk membandingkan ada atau tidaknya perbedaan penurunan gejala asma antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi setelah pemberian teknik pernapasan Buteyko, digunakan uji independent t-test. Uji independent t-test digunakan karena data yang diperoleh berdistribusi normal. Sama halnya dengan uji paired t-test, pada uji independent t-test diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian probabilitas. Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha α = 0.05. Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha diterima Portney Watkins, 2000. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala asma pada penderita asma di Kota Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini melibatkan 11 orang responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 6 orang pada kelompok intervensi dan 5 orang pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, gejala asma pre dan post teknik pernapasan Buteyko pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol serta perbandingan penurunan gejala asma antara post intervensi teknik pernapasan Buteyko dengan post kontrol.

1.1. Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah penderita asma yang memenuhi kriteria sampel penelitian dan berada di Kota Medan. Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21 - 54 tahun dan didominasi oleh responden dengan rentang usia 20-40 tahun 87.5, n=7 yang merupakan rentang usia dewasa muda. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan hampir mendominasi 87.5, n=7. Berat badan seluruh responden dalam penelitian ini berada pada rentang 39-70 kg. Mayoritas berat badan responden berada pada rentang 48-55 kg 62.5, n=5. Universitas Sumatera Utara