Karakteristik Demografi Responden Hasil Penelitian

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala asma pada penderita asma di Kota Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini melibatkan 11 orang responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 6 orang pada kelompok intervensi dan 5 orang pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, gejala asma pre dan post teknik pernapasan Buteyko pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol serta perbandingan penurunan gejala asma antara post intervensi teknik pernapasan Buteyko dengan post kontrol.

1.1. Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah penderita asma yang memenuhi kriteria sampel penelitian dan berada di Kota Medan. Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21 - 54 tahun dan didominasi oleh responden dengan rentang usia 20-40 tahun 87.5, n=7 yang merupakan rentang usia dewasa muda. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan hampir mendominasi 87.5, n=7. Berat badan seluruh responden dalam penelitian ini berada pada rentang 39-70 kg. Mayoritas berat badan responden berada pada rentang 48-55 kg 62.5, n=5. Universitas Sumatera Utara Tinggi badan seluruh responden dalam penelitian ini berada pada rentang 153-163 cm. Mayoritas responden memiliki tinggi badan 156-158 cm 62.5, n=5. Lamanya responden terdiagnosa asma pada umumnya berada pada rentang 16-20 tahun 37.5, n=3. Seluruh responden dalam mengatasi gejala asma memakai bronkodilator 100, n=8. Mayoritas responden masih berstatus mahasiswa 50, n=4. Berdasarkan kategori suku, kebanyakan responden merupakan suku Jawa 37.5, n=3 dan suku Batak 37.5, n=3. Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 3 . Tabel 3. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik Data Demografi Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Frekuensi f Persentase 1. Usia tahun 20-40 7 87.5 41-60 1 12.5 M= 25.88, SD= 11.420, Min-max=21-54 2. Jenis Kelamin Perempuan 7 87.5 Laki-laki 1 12.5 3. BB kg 39-47 1 12.5 48-56 5 62.5 57-65 1 12.5 66-74 1 12.5 M= 54.13, SD= 8.855, Min-max=39-70 4. TB cm 153-155 1 12.5 156-158 5 62.5 159-161 1 12.5 161-164 1 12.5 M= 157.25, SD= 3.412, Min-max=153-163 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 3 Karakteristik Data Demografi Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Frekuensi f Persentase 6. Indeks Massa Tubuh 18.5 1 12.5 18.5-24.9 5 62.5 25.0-29.9 2 25.0 30.0 0.0 M= , SD= , Min-max= 2-18 7. Lama terdiagnosa asma 1-5 2 25.0 6-10 1 12.5 11-15 2 25.0 16-20 3 37.5 M= 11.38 , SD=6.140 , Min-max= 2-18 8. Menggunakan Bronkodilator Ya 8 100 Tidak 9. Pekerjaan Mahasiswa 4 50.0 Wiraswasta 1 12.5 Guru 1 12.5 PNS 1 12.5 Ibu Rumah Tangga 1 12.5 10. Suku Batak 3 37.5 Jawa 3 37.5 Mandailiing 2 25.0 1.2. Gejala asma Responden Pre-Post Teknik Pernapasan Buteyko dan Gejala asma Responden Pre-Post Kontrol Gejala asma yang dialami responden diidentifikasi tingkat keparahannya dengan menggunakan lembar observasi yang mengukur gejala asma selama sebulan dan gejala asma selama seminggu. Tingkat keparahan gejala asma akan terlihat berdasarkan nilai total skor yang diperoleh. Semakin besar total skor yang Universitas Sumatera Utara diperoleh maka gejala asma yang dialami dalam rentang waktu yang diukur semakin parah, sebaliknya semakin kecil nilai total skor gejala asma yang diperoleh maka semakin kecil tingkat keparahan gejala asma yang dialami dalam rentang waktu yang diukur. Gejala asma mingguan yang dialami responden pre teknik pernapasan Buteyko pada umumnya berada pada kategori sedang. Namun, pada post teknik pernapasan Buteyko mengalami penurunan menjadi kategori ringan. Untuk setiap gejala seperti sesak dan gangguan tidur yang pada saat pre intervensi berada pada kategori berat mengalami penurunan menjadi kategori ringan pada post intervensi Untuk gejala seperti batuk dan dada tertekan yang saat pre intervensi berada pada kategori sedang mengalami penurunan menjadi kategori ringan pada post intervensi. Untuk gejala wheeze saat pre-post intervensi tetap berada pada kategori ringan dan mengalami perubahan nilai total skor yaitu dari nilai total skor 2 berkurang menjadi 1. Gejala asma yang dialami responden selama seminggu pre dan post teknik pernapasan Buteyko dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Gejala Asma Responden Selama Seminggu Pre-Post Teknik Pernapasan Buteyko Gejala Mingguan Tingkat Gejala Pre-Test Post-Test Total Skor M SD Kategor i Total Skor M SD Kategor i Batuk 4 0.80 0.447 Sedang 1 0.20 0.447 Ringan Sesak 7 1.40 0.548 Berat 1 0.20 0.447 Ringan Wheeze 2 0.40 0.447 Ringan 1 0.20 0.447 Ringan Dada Tertekan 6 1.20 0.548 Sedang 0.00 0.000 Ringan Gangguan Tidur 7 1.40 0.548 Berat 1 0.20 0.447 Ringan Jumlah 26 5.20 0.837 Sedang 4 0.80 0.837 Ringan Universitas Sumatera Utara Gejala asma mingguan yang dialami responden pre kontrol pada umumnya berada pada kategori sedang. Pada post kontrol pun gejala asma minnguan responden tetap berada pada kategori sedang. Namun demikian, terjadi kenaikan jumlah total skor antara pre-post kontrol. Untuk setiap gejala seperti wheeze, bahkan mengalami peningkatan dari kategori ringan saat pre kontrol menjadi kategori sedang saat post kontrol. Sedangkan gejala batuk dan sesak, walaupun tetap berada berada pada kategori sedang baik saat pre maupun post kontrol, akan tetapi kedua gejala ini mengalami kenaikan nilai total skor. Untuk gejala gangguan tidur tetap berada pada kategori ringan dan juga tidak mengalami perubahan nilai total skor selama pre-post kontrol. Gejala asma yang dialami responden selama seminggu kontrol dapat dilihat pada tabel 5 di atas. Tabel 5. Gejala Asma Responden Selama Seminggu Pre-Post Kontrol Gejala asma bulanan yang dialami responden pre teknik pernapasan Buteyko pada umumnya berada pada kategori ringan. Pada post intervensi pun tetap berada pada kategori ringan. Namun, antara pre-post teknik pernapasan Gejala Mingguan Tingkat Gejala Pre-Test Post-Test Total Skor M SD Kategori Total Skor M SD Kategor i Batuk 3 1.00 1.000 Sedang 4 1.33 0.577 Sedang Sesak 3 1.00 1.000 Sedang 4 1.33 0.577 Sedang Wheeze 2 0.67 0.577 Ringan 4 1.33 0.577 Sedang Dada Tertekan 2 0.67 0.577 Ringan 2 0.67 0.577 Ringan Gangguan Tidur 3 1.00 1.000 Sedang 3 1.00 1.000 Sedang Jumlah 13 4.33 2.309 Sedang 17 5.67 2.062 Sedang Universitas Sumatera Utara Buteyko terjadi penurunan jumlah total skor gejala asma yang sangat besar. Untuk setiap gejala seperti gejala harian dimana saat pre intrvensi berada pada kategori berat mengalami penurunan menjadi kategori ringan saat post intervensi. Gejala gangguan tidur saat pre intervensi berada pada kategori sedang juga mengalami penurunan gejala menjadi kategori ringan. Untuk gejala gangguan aktivitas dan kebutuhan obat penurun gejala asma, walaupun tetap berada pada kategori ringan selama pre-post intervensi, namun terjadi perubahan nilai total skor antara pre dan post intervensi. Gejala asma yang dialami responden selama sebulan pre dan post teknik pernapasan Buteyko dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Gejala Asma Responden Selama Sebulan Pre dan Post Teknik Pernapasan Buteyko Gejala asma bulanan yang dialami responden pre kontrol pada umumnya berada pada kategori sedang. Pada post kontrol pun tetap berada pada kategori sedang. Namun demikian, terjadi kenaikan jumlah total skor antara pre dan post kontrol. Semua gejala bulanan seperti gejala harian, gangguan aktivitas, gangguan Gejala Bulanan Tingkat Gejala Pre-Test Post-Test Total Skor M SD Katego ri Total Skor M SD Kategori Gejala Harian 7 1.40 0.548 Berat 1 0.20 0.447 Ringan Gangguan Aktivitas 3 0.60 0.894 Ringan 1 0.20 0.447 Ringan Gangguan Tidur 4 0.80 0.837 Sedang 0.00 0.000 Ringan Kebutuhan Obat Penurun Gejala Asma 1 0.20 0.447 Ringan 0.00 0.000 Ringan Jumlah 15 3.00 2.000 Ringan 2 0.40 0.894 Ringan Universitas Sumatera Utara tidur dan kebutuhan obat penurun gejala mengalami kenaikan nilai total skor. Gejala gangguan aktivitas, gangguan tidur dan kebutuhan obat penurun gejala mengalami peningkatan dimana saat pre kontrol berada pada kategori ringan berubah menjadi kategori sedang saat post kontrol. Gejala harian tetap berada pada kategori sedang selama pre-post kontrol. Gejala asma yang dialami responden selama sebulan pre dan post kontrol dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Gejala Asma Responden Selama Sebulan Pre dan Post Kontrol 1.3. Perbedaan Penurunan Gejala Asma Pre-Post Teknik Pernapasan Buteyko dan Perbedaan Gejala Asma Pre-Post Kontrol Untuk melihat perbedaan penurunan gejala asma digunakan uji paired t-test. Namun, uji paired t-test dapat digunakan apabila data hasil penelitian terdistribusi secara normal, sehingga data hasil penelitian perlu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui sebaran data. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk. Sebaran data dari hasil penelitian ini ternyata terdistribusi secara normal artinya data variabel Gejala Bulanan Tingkat Gejala Pre-Test Post-Test Total Skor M SD Katego ri Total Skor M SD Kategori Gejala Harian 3 1.00 0.577 Sedang 4 1.33 0.333 Sedang Gangguan Aktivitas 2 067 0.333 Ringan 4 1.33 0.333 Sedang Gangguan Tidur 2 0.67 0.333 Ringan 3 1.00 1.000 Sedang Kebutuhan Obat Penurun Gejala Asma 2 0.67 0.333 Ringan 4 1.33 0.333 Sedang Jumlah 9 3.00 2.646 Sedang 15 5.00 1.732 Sedang Universitas Sumatera Utara yang diukur tersebar secara merata gejala asma mingguan intervensi: uji Shapiro Wilk : p=0.094; gejala asma mingguan kontrol : uji Shapiro Wilk : p=0.320; gejala asma bulanan intervensi: uji Shapiro Wilk : p=0.129; gejala asma bulanan kontrol: uji Shapiro Wilk : p=0.266, sehingga untuk mengetahui perbedaan penurunan gejala asma pre-post teknik pernapasan Buteyko dan perbedaan pre-post kontrol dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik paired t-test. Hasil analisa uji paired t-test menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi, gejala asma mingguan p= 0.002 dan gejala asma bulanan p= 0.012 mengalami perubahan yang signifikan dimana nilai p0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gejala asma pre dan post teknik pernapasan Buteyko terhadap gejala asma mingguan dan gejala asma bulanan. Gejala-gejala asma mingguan seperti sesak, dada tertekan dan gangguan tidur mengalami perubahan yang signifikan, dimana nilai p0.05 yang berarti adanya pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadap gejala sesak, dada tertekan dan gangguan tidur. Namun, pada gejala batuk dan wheeze tidak mengalami perubahan yang signifikan, dimana nilai p yang diidentifikasi 0.05, yang berarti tidak adanya pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadap gejala batuk dan wheeze. Gejala asma bulanan seperti gejala harian mengalami perubahan yang signifikan, dimana nilai p0.05 yang berarti adanya pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadap gejala harian. Namun, pada gejala gangguan aktivitas, gangguan tidur dan kebutuhan obat penurun gejala asma tidak mengalami perubahan yang signifikan, dimana nilai p yang diperoleh 0.05, yang berarti Universitas Sumatera Utara tidak terdapat pengaruh teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala gangguan aktivitas, gangguan tidur dan kebutuhan obat peurun gejala asma. Pada tabel 8 dapat dilihat perbedaan penurunan gejala asma antara pre dan post teknik pernapasan Buteyko. Tabel 8. Perbedaan Penurunan Gejala Asma Pre dan Post Teknik Pernapasan Buteyko No Gejala Asma SD T p value 1 Gejala Asma Mingguan 1.342 7.333 0.002 Batuk 0.548 2.449 0.070 Sesak 0.447 6.000 0.004 Wheeze 0.548 1.633 0.178 Dada Tertekan 0.707 3.162 0.034 Gangguan Tidur 0.447 6.000 0.004 2 Gejala Asma Bulanan 1.342 4.333 0.012 Gejala Harian 0.447 6.000 0.004 Gangguan Aktivitas 0.548 1.633 0.178 Gangguan Tidur 0.837 2.138 0.099 Kebtuhan Obat Penurun Gejala Asma 0.447 1.000 0.374 Sedangkan hasil analisa uji paired t-test terhadap gejala asma mingguan dan bulanan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa gejala asma mingguan p= 0.057 dan gejala asma bulanan p= 0.225 tidak mengalami perubahan yang signifikan dimana nilai p0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan gejala asma pre dan post kontrol terhadap gejala asma mingguan dan gejala asma bulanan. Seluruh gejala asma mingguan seperti batuk, sesak, wheeze, rasa tertekan di dada dan gangguan tidur tidak mengalami perubahan yang signifikan, dimana nilai p0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan antara pre dan post kontrol Universitas Sumatera Utara terhadap gejala batuk, sesak, wheeze, rasa tertekan di dada dan gangguan tidur. Sama halnya dengan gejala asma bulanan, dimana gejala seperti gejala harian , gangguan aktivitas, gangguan tidur dan kebutuhan obat penurun gejala tidak mengalami perubahan yang signifikan, dimana nilai p0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan antara pre dan post kontrol terhadap gejala harian, gangguan aktivitas, gangguan tidur dan kebutuhan obat penurun gejala. Pada tabel 9 dapat dilihat hasil analisa terhadap gejala asma antara pre dan post kontrol. Tabel 9. Perbedaan Gejala Asma Pre dan Post kontrol No Gejala Asma SD T p value 1 Gejala Asma Mingguan 0.577 -4.000 0.057 Batuk 0.577 -1.000 0.423 Sesak 0.577 -1.000 0.423 Wheeze 1.000 0.000 1.000 Dada Tertekan 0.577 -2.000 0.184 Gangguan Tidur 1.000 0.000 1.000 2 Gejala Asma Bulanan 2.000 -1.000 0.225 Gejala Harian 0.577 -1.000 0.423 Gangguan Aktivitas 0.577 -2.000 0.184 Gangguan Tidur 0.577 -1.000 0.423 Kebtuhan Obat Penurun Gejala Asma 1.155 1.000 0.423

1.4. Perbandingan Penurunan Gejala Asma antara Post Teknik Pernapasan