Al-Mawardi Latar Belakang Pendidikan al-Mawardi

37

BAB III SKETSA BIOGRAFI AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

A. Biografi Al-Mawardi

1. Al-Mawardi

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al- Mawardi al-Basri al- Syafi‟i. Ia lahir di Basra Iraq pada tahun 364 H975 M dari keluarga Arab yang membu at dan menjual air mawar, sehingga diberi nama „al- Mawardi‟ berasal dari kata ma’ air, dan ward mawar 1 , pada saat itu pula kebudayaan Islam mencapai masa-masa keemasannya di tangan para khalîfah daulah Abasiyah. Dia seorang pemikir Islam yang terkenal, tokoh terkenal madzhab Syafi‟i, dan pejabat tinggi yang besar pengaruhnya dalam pemerintahan Abasiyah. 2 Al-Mawardi mendapatkan kedudukan tinggi di mata raja-raja, Bani Buwaih menjadikan al-Mawardi sebagai mediator antara mereka dengan orang- orang yang tidak sependapat dengan mereka. Mereka puas dengan perannya sebagai mediator, dan menerima seluruh keputusannya. Al-Mawardi hidup pada 1 Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah Al-A h kam As-Shulth â niyyah, Surabaya: Pustaka Progressif, 2000, h. 21. 2 Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993, h. 58. masa pemerintahan dua khalîfah; al-Qâdir Billah 381-422H dan al-Qâimu Billah 422-467H. 3

2. Latar Belakang Pendidikan al-Mawardi

Al-Mawardi menerima pendidikan di Basra dan belajar yurisprudensi dari hukum Syafi ‟i, lalu dia melanjutkan ke Bagdad untuk pendidikan tinggi, terutama mempelajari yurisprudensi, tata bahasa dan sastra, ia memutuskan untuk berguru ilmu hukum, tata bahasa, dan sastra pada Syeikh Abdul Hamid al-Isfraini dan Abdullah al-Bafi, 4 di sini pula anak penyuling dan penjual mawar ini belajar hadits dan fiqh pada al-Hasan bin Ali bin Muhammad al-Jabali, seorang pakar hadits dan bahasa di zamannya, dan Abi al-Qasim Abdul Wahid bin Muhammad al- Sumairi, seorang hakim di Basra pada saat itu. Dia segera menjadi ahli studi Islam, termasuk hadits, yurisprudensi, tata bahasa dan sastra, dan wafat di Bagdad pada tahun 450 H1058 M. Ia dikenal sebagai tokoh terkemuka mad zhab Syafi‟i, pada abad ke-10, dan pejabat tinggi pada pemerintahan dinasti Abasiyah. Masa kekhalîfahan Abasiyah adalah masa keemasan peradaban Islam. Kekhalîfahan Abasiyah yang gemilang telah memberikan suasana paling cocok bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Cendekiawan Muslim dari seluruh dunia berkumpul di istana Abasiyah dan menyumbangkan pengetahuan mereka untuk 3 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkâm Al-Shulthâniyyah, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara D alam Syari’at Islam, edisi Indonesia, Jakarta: Darul Falah, 2007, h. xxvi. 4 Hari, Republika online , Al-Mawardi: Pemikir Termasyhur Di Zaman Kekhalifahan, diakses pada hari Jum ‟at, 18 Maret 2011 pukul 20.00 WIB. memperkaya dunia ilmu pengetahuan. Saat itu cendekiawan yang memberi sumbangan terbesar bagi ahli politik dan ekonomi adalah al-Mawardi, yang sekarang dianggap sebagai ilmuan besar dalam politik dan ilmu politik. Perkembangan intelektualitas selama era ini sangat luar biasa dan yang termaju selama sejarah Islam. Sebagai salah satu tokoh intelektual besar di masanya, al- Mawardi terkenal sebagai ahli politik Islam pertama, dan sejajar dengan ahli politik besar abad pertengahan, yakni Nizam al-Mulk, Ibn khaldun dan Machiavelli. 5 Imam al-Mawardi diusia dewasa menjadi qadi hakim agung pada masa pemerintahan khalîfah Abasiyah berkuasa pada tahun 381 H991 H-423 H1031 M. Ia menjabat qadi di berbagai tempat, kemudian dingkat sebagai hakim agung qadi al-qudat di Ustuwa dan penasihat khalîfah. 6 Pada 429 H, ia dinaikkan ke jabatan kehakiman yang paling tinggi, Aqb al-qudat qadi agung di Bagdad, jabatan yang dipegangnya dengan hormat sampai pada saat wafatnya. 7 Guru-guru al-Mawardi, saat al-Mawardi belajar hadits di Bagdad,yaitu: 1. Al-Hasan bin Ali bin Muhammad al-Jabali sahabat Abu Hanifah al- Jumahi 2. Muhammad bin Adi bin Zuhar al-Manqiri 3. Muhammad bin al-Ma‟alli al-Azdi 5 Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah Al-A h kam As-Shulth â niyyah, h. 22. 6 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, h. 276. 7 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992, h. 163. 4. Ja‟far bin Muhammad bin al-Fadhl al-Bagdadi 5. Abu al-Qasim al-Qusyairi. Ia belajar Fiqh pada: 1. Abu al-Qasim al-Sumairi di Basra 2. Ali Abu al-Asfarayini imam madzhab imam Syafi‟i di Bagdad dan lain sebagainya. Murid-muridnya: 1. Imam besar, al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali Khatib al-Bagdadi. 2. Abu al-Izzi Ahmad bin Kadasy. 8

3. Kiprah Politik Al-Mawardi