Nizam  al-mulk  atau  Muqaddimah  oleh  Ibn  Khaldun.  Sebagai  ahli  politik  utama dalam  Islam,  tulisan-tulisannya  serta  pengalamannya  praktisnya  dalam  politik
terserap dalam perspektif politik penulis-penulis sesudahnya.
c. Bidang bahasa dan Kesasteraan
Meskipun  para  penulis  biografi  sepakat  bahwa  al-Mawardi  adalah  juga pakar bahasa dan sastra terbukti, misalnya, ada seratusan syair yang dimuat dalam
al-akam  ini  dan  ratusan  dalam  Adab  al-Bunyâ  wa  al-Dîn,  tetapi  hanya  dua bukunya yang nyata-nyata bertitel keabsahan dan kesastraan, yakni:
1 Kitab  fi  al-Nahwu  gramatika  bahasa  Arab.  Buku  ini  tidak  diketahui
“nasibnya”. 2
Al-Amtsal  wa  al-hikam.  Dalam  kitab  ini,  al-Mawardi  mengumpulkan berbagai  pribahsa  Arab,  kata-kata  mutiara  dan  syair-syair  pilihan.  Ada
300  motto,  300  bait  sajak,  dan  300  hadits  pilihan.  Kini,  masih  dalam bentuk manuskrip, tersimpan di perpustakaan universitas Leiden Belanda.
B. Biografi Hasan Al-Banna
1 Riwayat Hidup Hasan Al-Banna
Hasan  al-Banna  dianggap  banyak  ilmuwan  dan  pemikir  Islam  sebagai Mujadid abad ke 20. Dia adalah unik, dikaruniai dengan pemahaman Islam yang
benar  dan  mendalam  dan  kepercayaan  yang  kuat,  dan  seseorang  yang  terus
bekerja tanpa
henti sampai
tujuannya tercapai,
satu-satunya cara
menghentikannya adalah menyingkirkannya, dan itulah yang terjadi.
22
Pada tahun 1906 di kota kecil Mahmudiyah, Mesir, lahirlah seorang bayi yang  kelak  ditakdirkan  Tuhan  menjadi  pembela  agama  paling  gigih,
memperjuangkan  Islam  sepanjang  sejarah  dunia  Arab,  dialah  Syekh  Hasan  al- Banna.
23
Lingkungan  tempat  tumbuh  berkembang  Hasan  al-Banna  sangat sederhana.  Ia  tinggal  disebuah  kota  kecil  yang  berdiri  ditepi  cabang  sungai
Rasyid,  yag  terhubung  dengan  sungai  N il.  Nama  kota  tersebut  adalah  „al-
Mahmudiyy ah  Buhayrah‟.  Ia  tepat  berada  di  tengah-tengah  antara  jalan  utara
menju  Iskandaria,  dan  jalan  selatan  menuju  Kairo.  Di  kota  inilah  Syaikh Abdurrahman al-Banna ayah dari Hasan al-Banna, yang banyak dikenal dengan
as-s ati‟i  si  tukang  jam  tinggal  besama  keluarga.  Mereka  menjadi  pendatang
untuk  bekerja  sebagai  pembuat  dan  tukang  memperbaiki  jam.  Ayahnya  selain bekerja  sebagai  tukang  reparasi  jam,  juga  ulama.  Seperti  lazimnya  masyarakat
Mesir,  Hasan  mengikuti  jejak  ayahnya.  Hasan  belajar  reparasi  jam  dan mendapatkan pendidikan agama dasar.
24
22
M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, h. 375.
23
Maryam Jamîlah, Para Mujahid Agung, Bandung: Mizan, 1989, h. 125.
24
Zed Books Ltd, 7 Chntya Street,  Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3, Bandung: Mizan, 1998, h. 129.
Setiap  hari  ia  belajar  hadits  dan  menelusuri  musnad-musnadnya.  Sejak saat  itu  dia  mulai  cendrung  mencurahkan  perhatiannya  kepada  musnad  Ahmad
bin Hanbal, yang dianggapnya sebagai ensiklopedi Sunnah Rasul terbesar.
25
Abdurrahman  al-Banna  mengisahkan  diusia  muda  Hasan  al-Banna  ia sudah  mempertanyakan  soal  bumi  dan  bulan  serta  penciptaannya.  Pertanda
kejeniusan  akalnya  sudah  tampak  kelihatannya  sejak  ia  masih  kecil.  Oleh  sebab itulah  maka  sang  ayah  menyuruh  Hasan  al-Banna  menghafal  al-
Qur‟an,  belajar hadits, juga diajari adab dan sopan santun yang baik.   Pada umur 14 tahun Hasan
al-Banna  berhasil  menghafal  al- Qur‟an,  hal  ini  berkat  kedisiplinannya  dalam
membagi waktu
26
.
2 Latar Belakang Pendidikan Hasan al-Banna
Ayahnya,  Syeikh  Abdurrahman  al-Banna  pernah  belajar  sebagai mahasiswa di al-Azhar pada waktu Muhammad Abduh mengajar di lembaga itu.
Oleh  karenanya  dari  ayahnya  Hasan  waktu  kecil  tidak  hanya  mendapatkan pelajaran murni saja, tetapi  juga  gagasan-gagasan pembaharuan.
27
Pada usia dua belas tahun, Hasan masuk sekolah dasar negri. Pada waktu ini juga, Hasan masuk
25
Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, Solo: Media Insani Press, 2003, h. 24.
26
Herry Mohammad, dkk,   Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, 2006, h.  201.
27
Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 147.
sebuah  kelompok  Islam,  himpunan  perilaku  bermoral  dan  masuk  himpunan pencegahan kemungkaran.
28
Ketika  Hasan  al-Banna  belajar  di  Madrasah  al- Mu‟allimîn al-Awâliyyah,
di  sana  ia  menorehkan  prestasi  yang  sangat  gemilang.  Ia  berkembang  dengan baik,  penuh  zuhud  dan  memperhatikan  ibadah.  Inilah  pertama  kali  ayahnya
melepaskan  marhalah  pendidikannya.  Hasan  al-Banna  adalah  orang  yang  sangat gemar  membaca,  hal  ini  dipengaruhi:  pertama    adanya  perpustakaan  sang  ayah
dan  motivasi  yang  diberikan  ayahnya  untuk  terus  belajar  dan  membaca.  Tidak jarang  ia  diberi  hadiah  beberapa  buku,  buku-buku  yang  memberinya  pengaruh
yang  sangat  berarti  diantaranya  adalah;  al-Anwar  al-Muhammadiyah  karya  al- Nabhani,  Mukhtasar  al-Mawahib  al-Ladunniyah  karya  al-Qastalani,  dan  Nur  al-
Yaqîn  fi  Sirât  Sayyid  al-Mursalin  karya  Syaikh  al-Khudri.  Kedua,  Madrasah  al- Mu‟alaimîn berhasil mengumpulkan sejumlah ulama terkenal, pada marhalah ini
Hasan al-Banna menghapal banyak matan dari ilmu yang bermacam-macam, dan semua itu dilakukan diluar kurikulum pelajarn sekolah.
29
Hasan  al-Banna  lulus  sekolah  dengan  predikat  terbaik  di  sekolahnya  dan kelima  terbaik  di  Mesir.  Di  usia  16  tahun  ia  telah  menjadi  mahasiswa  di
Perguruan  Tinggi  Dâr  al- „Ulûm,  Universitas  Kairo.  Ia  juga  memiliki  bakat
kepemimpinan  yang  cemerlang.  Hasan  al-Banna  selalu  terpilih  menjadi  ketua organisasi siswa di sekolahnya. Pada usia 21 tahun, Hasan al-Banna menamatkan
28
Zed Books Ltd, 7 Chntya Street,  Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3, h. 130.
29
Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 42.
studinya  di  Dâr  al-Ulûm
30
dan  mendapatkan  reduksi  masa  belajar  selama  empat tahun, yaitu masa-masa tajîziyyah persiapan. Selanjutnya ia berangkat ke Kairo
dan ia tinggal di daerah dekat Universitas al-Azhar. Setelah  keluar  dari  Dâr  al-
„Ulûm  ia  menempuh  ujian  diploma.  Mentri pendidikan Wizârah al-
Ma’rif bermaksud mengutusnya ke Eropa, tapi Hasan al- Banna  menolak,  ia  memilih  dan  memutuskan  diri  untuk  belajar  di  Madrasah  al-
Islâmiyyah.  Di  sanalah  ia  menelorkan  benih  benih  dakwah.  Di  sana  pulalah  ia menggagas terbentuknya Ikhwânul Muslimîn.
31
3
Kiprah Politik Hasan Al-Banna
Selama  abad  kesembilan  belas,  nasib  baik  politik  Mesir  semakin  erat dengan  Eropa,  selama  awal  tahun  1800-an  hubungannya  semakin  dekat  karena
para  investor  Eropa  mendukung  berbagai  proyek  untuk  mengembangkan infrastruktur  Mesir,  proyek  terpenting  adalah  pembangunan  Terusan  Suez,  yang
selesai  pada  tahun  1869,  selain  memodernisasikan  ekonomi  Mesir,  berbagai proyek  ini  juga  membuat  Mesir  berhutang  kepada  kreditor  Eropa.  Hingga  abad
dua puluh Inggris masih tetap bertahan dan mendominasi seluruh sektor yang ada di Mesir. Hasan al-Banna yang baru berusia tiga belas tahun, ikut berdemonstrasi
menuntut kepergian Inggris, Inggris menghadapi badai protes nasioanalis, dengan
30
Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, h. 202.
31
Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 23.
demikian,  iklim  politik  diseputar  tahun-tahun  awal  kesadaran  sosial  Hasan  al- Banna ditandai dominasi asing dan perlawanan terhadap dominasi asing.
32
Pada  marhalah  Dâr  al-Ulûm  telah  terjadi  banyak  peristiwa  denotatis, diantaranya peristiwa runtuhnya dinasti Kamal dan posisi  dunia  Islam diambang
kehancuran,  dengan  mata  kepalanya  sendiri  Hasan  al-Banna  menyaksikan pergolakan  yang  mahadahsyat  antara  masyarakat  tak  bersenjata  dengan  kaum
kolonial  yang  durjana,  Hasan  al-Banna  menilai  hal  ini  bukan  hanya  sekedar masalah  invasi  Inggris  terhadap  Mesir,  tetapi  lebih  dari  itu  merupakan
pencaplokan Barat terhadap dunia Islam.
33
Posisi  al-Azhar  pada  saat  itu  sangat  lemah.  Kekuatan  Islam  baru  bisa digalang  dan  disatukan  dalam  wadah  yang  diberi  nama  Asy-Syubban  al-
Muslimîn, atau jamaah-jamaah yang lain. Akan tetapi Hasan al-banna bermaksud menghadapi masalah tersebut dengan serius dan berbeda.  Ia memulainya dengan
wacana persatuan Islam al- Jami‟yyat al-Islamiyyah, tetapi untuk tahap pertama
ia  konsentrasikan  pada  bidang  sejarah  gerakan  kebangkitan  Islam,  juga pembangunan pemuda dan penggalangan kekuatan.
34
Beberapa  bulan  setelah  kepindahannya  ke  Ismâiliyyah  tempat  ia  bekerja sebagai  guru pada sekolah lanjutan milik pemerintah,  pada tahun 1928  ia secara
resmi  mendirikan  himpunan  persaudaraan  Muslim  Ikhwânul  Muslimîn diantara
32
Zed Books Ltd, 7 Chntya Street,  Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3, h.127.
33
Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 39.
34
Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 41.
berbagai  aspek  perjuangan  di  dalam  pergerakannya  itu,  Hasan  al-Banna  paling mementingkan  aspek  pendidikan  bagi  generasi  yang  sedang  tumbuh.  Dengan
didukung enam orang pengikut dan murid-muridnya yang setia. Pada tahun 1933, Hasan  al-Banna  memindahkan  markas  besar  Ikhwân  dari  Ismâiliyyah  ke  Kairo.
Selama  tiga  tahun  berikutnya  pergerakan  tersebut  memusatkan  kegiatan- kegiatannya  dalam  mendidik  masyarakat  agar  mereka  hidup  secara  Islamis,  dan
memantapkan  rencana  kerja  masjid-masjid,  sekolah-sekolah  dan  lembaga- lembaga  kesejahteraan  masyarakat  di  seluruh  pelosok  Mesir.  Pada  tahun  1949
Ikhwânul Muslimîn sudah memiliki lebih dari dua ratus ribu cabang yang tersebar di  seluruh  pelosok  Mesir  dengan  anggota  sekitar  lima  ratus  ribu  ditambah
simpatisan  yang  banyaknya  diperkirakan  sama  dengan  anggotanya.  Lambat  laun Ikhwânul Muslimîn berkembang menjadi suatu organisasi keagamaan dan politik
yang amat tangguh.
35
Akhirnya  Ikhwânul  Muslimîn  terlibat  secara  langsung  dalam  pergolakan politik  di  Mesir  lewat  kegiatan-kegiatannya  menentang  kekuasaan  pendudukan
Inggris  dan  berdirinya  negara  Israel  di  atas  bumi  Palestina.  Aspirasi  politiknya juga makin terkristalisasi, yakni secara jelas mendambakan negara Islam.
36
Surat kabar,  pamflet  majalah  dan  buku-buku  yang  mereka  terbitkan  sirkulasinya
semakin hari semakin meningkat, kini pengaruh Ikhwân mulai menembus batas- batas negara, karena para remaja di negara-negara tetangga semakin banyak yang
35
Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 145.
36
Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 146.
mengharapkan  bimbingan  dari  Hasan  al-Banna.  Didirikanlah  cabang-cabang  di Siria,  Libanon,  Yordania,  Palestina,  Maroko  dan  Sudan.  Seperti  halnya
Jamaluddin  al-Afgani,  syekh  Hasan  al-Banna  menyadari  bahwa  tidak  mungkin bagi  suatu  masyarakat  Islam  untuk  mendapatkan  kemajuan  di  bawah  kekuasaan
asing  yang  memusuhinya.  Karena  itu  ia  menyerukan  agar  memasang  bendera jihad sampai titik darah penghabisan melawan imperealisme  Inggris, baik secara
politis maupun ekonomis. Ia  menuntut  kepada  kerajaan  Inggris  Raya  agar  melepaskan  Terusan
Zues.  Karena  popularitasnya  dan  pengaruhnya  semakin  lama  semakin  besar, golongan penguasa  yang sedang memerintah mulai menganggap Ikhwân sebagai
suatu  ancaman  subversive  yang  paling  berbahaya.  Tahun  1941,  Perdana  Mentri dan  pemerintahan  Mesir  sangat  terpengaruh  oleh  Inggris.  Pemerintah  Mesir,  di
bawah  kepemimpinan  perdana  mentri,  bergabung  dalam  pasukan  Inggris  di perang dunia II. Hasan al-Banna menentang aliansi ini, tetapi dia tidak didengar,
dia kemudian ditangkap dan surat kabarnya ditutup. Akan tetapi rakyat bangkit dalam pemberontakan dan pemerintah terpaksa
membebaskannya.  Tahun  1942,  Nasha  Pasha  menutup  semua  kantor  Ikhwânul Muslimîn, kecuali kantor pusatnya di Ismâiliyyah, tetapi rakyat memberontak dan
Nasha  Pasha  digulingkan.  Di  tahun  1945,  Perdana  Mentri  baru  disumpah  dan diadakan  pemilihan  umum.  Dalam  pemilu  ini,  Hasan  al-Banna  dan  rekan-
rekannya  mengambil  bagian,  tetapi  akibat  campur  tangan  pemerintah,  kandidat
ikhwan tidak terpilih dan Hasan al-Banna ditangkap lagi, tetapi protes menyebar luas dan dia dibebaskan.
PBB  pada  tahun  1947,  dibawah  pengaruh  Amerika  Serikat  memutuskan untuk  membentuk  negara  Israel  di  Palestina.  Mengenai  hal  ini,  Hasan  al-Banna
dan  rekan-rekannya  mendeklarasikan  Jihad  melawan  agresi  dan  mulai mengorganisir dari menjadi  pasukan mujahidin  yang kuat.  Mereka berpartisipasi
dalam jihad ini dan berjuang menentang pembentukan negara baru Yahudi, tetapi seluruh Barat berada dibelakang mereka.
Pilihan Pada bulan Desember 1948, pemerintah melakukan penekanan ala Inggris  dan  menyatakan  bahwa  pergerakan  tersebut  dianggap  tidak  sah.  Beribu-
ribu Ikhwân dijebloskan kepenjara dan harta kekayaan mereka disita negara, juga pada  tahun  ini  Perdana  Mentri  Mahmud  yang  melihat  popularitas  Ikhwânul
Muslimîn  merasa  cemas  dan  dia  menangkap  semua  pendukung  partai  ketika mereka  berperang  melawan  Israel.  Ribuan  pejuang  ikhwân  di  seluruh  Mesir
dimasukan ke dalam penjara. Karena  alasan  politik,  Syekh  Hasan  al-Banna  tidak  ditangkap,  tetapi
partainya  dilarang  dan  dia  mendapat  pengawasan  ketat.  Pada  12  Februari  1949, ketika  dia  pulang  dari  sebuah  pertemuan  Young  Muslim  Association,  dia
ditembak mati. Peristiwa pembunuhan itu sangat kejam dan mengejutkan, tak ada yang
mengizinkan mendekati
tubuhnya kecuali
ayahnya, jenazahnya
diperbolehkan  pulang  dengan  kawalan  polisi,  tidak  ada  yang  boleh  menyalatkan
Hasan  al-Banna  kecuali  ayahnya.
37
Polisi  tidak  memperbolehkan  masyarakat umum  mendekati  peti  matinya.  Semua  saudaranya  berada  dipenjara,  sedang  ibu
dan dua saudara perempuan, putri-putrinya dan putranya Ahmed Saif al-Islâm di rumah.
38
4 Karya-karya Hasan Al-Banna
Di  sepanjang  hidup  al-Banna  di  tengah  gejolak  perubahan  Mesir  pada umumnya  dan  Ikhwân  al-Muslimîn  pada  khususnya,  ia  melakukan  berbagai
ceramah dan
menulis banyak
makalah. Kebanyakan
karya-karyanya dipublikasikan  semasa  hidupnya  dan  dicetak-ulang  berkali-kali  setelah  ia
meninggal  dunia.  Majmu`ah  al-Rasail  adalah  buku  yang  berisi  sebagian  besar surat-surat  al-Banna,  yang  masing-masing  setara  dengan  buku  catatan  kecil.
Berikut  ini  adalah  sebagian  judul  makalah  dan  risalah  yang  ditulis  Hasan  al-
Banna:
1 Ahâdits al-Jum`ah.
2 Al-Ikhwân  al-Muslimûn  tahta  Râyat  al-Quran  bulan  Safar  1358H  April
1839 M. 3
Illâ Ayyi Syai-in Nad`û al-Nas 1936 M. 4
Bâ’in al-Ams wa al-Yaûm 1942 M yang juga dinamakan dengan Risâlat al- Nabiyyil Amin atau Min Tatawwuril Fikratil Islamiyah.
37
Ahmad Isya „Asyur, Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna, Hadits Tsulatsa’, Cet. V, Solo: Era Intermedia, 2005, h. 9.
38
M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia,  h. 378.
5 Risâlat Da`watunâ 1936 M.
6 Risâlat Mursyid yang pertama pada bulan Ramadhan 1349 H Januari 1931
M. 7
Risâlat al-Ta`lîm 1943 M. 8
Risâlat al-Jihâd. 9
Risâlat al-Mu`tamâr al-Khâmis 1938 M. 10
Risâlat  al-Mu`tamâr  al-Sâdis  Majlis  Syura  Am,  pada  bulan  Dzulhijjah 1359 H Januari 1941 M
11 Risâlat Aqîdatuna 1350 H 1931 M
12 Risâlat al-`Aqâid
13 Risâlat  al-Mu’tamar  al-Awwal  Majlis  Syura  Aam  yang  pertama  pada
bulan Shafar 1350 H 1931 M. 14
Risâlat Mursyid yang kedua pada bulan Ramadhan 1351 H 1932 M 15
Risâlat al-Mu’tamar al-Tsani’ Majlis Syura Aam yang kedua pada bulan Syawal tahun 1350H Februari 1932 M.
16 Risâlat al-Mu’tamar al-Tsalits Majlis Syura Aam yang ketiga pada bulan
Dzulhijjah 1353 H Maret 1935 M. 17
Risâlat al-Mu’tamar al-Râbi’ Majlis Syura Aam yang keempat pada bulan Dzulhijjah 1354 H Maret 1936 M.
18 Risâlat Nahwan Nûr 1936 M
19 Risâlat Ilasy Syabbab 1357 H 1936 M
20 Dokumen al-Matâlib al-Khamsun 1357 H 1936M.
21 Risâlat Ila al-Mu’tamar Tullabil  Ikhwânil Muslimîn 1938 M.
22 Risâlat al-Manhaj al-Tsaqafi 1359 H 1940M.
23 Risâlat Nidamul Usar 1943 M.
24 Risalah  kepada  para  pemimpin  cabang,  markas  jihad  dan  wilayah  pada
tahun 1364 H 1945 M. 25
Risâlat Musykilatuna fi Dau’in Nidamil Islami 1947 M. 26
Risâlat Hal Nahnu Qaumun „Amâliyyun. 27
Risâlat Allah fil „Aqidah al-Islamiyah 1367 M. 28
Risâlat al-Munajah 29
Risâlat al-Ma’tsurat. 30
Ila Ikhwânil Kata’ib. 31
Nadârat fi Kitâbillah. 32
Nadârat fi Sirah. 33
Muqaddimah fi al-Tafsir. 34
Majmu’ah Maqalâtul Banna. 35
Ahadits al-Tsulatsa’ 36
Mudzakkirat al-Da’wah Wa al-Da’iyyah. 37
Dusturuna.
39
39
Ali Abdul Hamid Mahmud, Rukun Jihad Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-Banna, Jakarta: Al-
I‟tisom Cahaya Umat, 2001, h. 187.
Semua karya Hasan al-Banna ini belum mencangkup keseluruhan dari apa yang  ditulis  olehnya,  karena  masih  banyak  karyanya  yang  membutuhkan  upaya
pencarian.
62
BAB IV LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT
AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA
1.
Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Al-Mawardi
Al-Mawardi  menegaskan  beberapa  hal  terkait  teori  politik  mengenai imam, yang salah satunya tentang hak imam atau khalîfah. Menurut al-Mawardi,
jika  imam  telah  menjalankan  kewajibannya  dan  memenuhi  hak  rakyat,  rakyat wajib  mematuhi  dan  mendukung  kebijaksanaannya
1
.  Jika  kepala  negara  telah menjalankan  hak-hak  umat,  lalu  ia  telah  menunaikan  hak-hak  Allah  SWT  baik
yang berkenaan dengan  hak-hak manusia maupun kewajiban  yang harus  mereka emban.  Saat  itu  kepala  negara  mempunyai  dua  hak  atas  rakyatnya,  yaitu:  taat
kepada pemerintahnya dan membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan dengan baik, selama ia tidak berubah keadaannya.
2
Perubahan  sifat  kepala  negara  yang  membuatnya  keluar  dari  kompetensi sebagai kepala negara ada dua hal:
1. Kredibilitas pribadinya rusak 2. Terjadi ketidaklengkapan anggota tubuh.
1
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban,   h. 278.
2
T.M.  HAsbi  Ash  Shiddiqy,  Ilmu  Kenegaraan  Dalam  Fiqh  Islam,  Jakarta:  Bulan  Bintang, 1991, h. 117.