Biografi Hasan Al-Banna SKETSA BIOGRAFI AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA

Nizam al-mulk atau Muqaddimah oleh Ibn Khaldun. Sebagai ahli politik utama dalam Islam, tulisan-tulisannya serta pengalamannya praktisnya dalam politik terserap dalam perspektif politik penulis-penulis sesudahnya.

c. Bidang bahasa dan Kesasteraan

Meskipun para penulis biografi sepakat bahwa al-Mawardi adalah juga pakar bahasa dan sastra terbukti, misalnya, ada seratusan syair yang dimuat dalam al-akam ini dan ratusan dalam Adab al-Bunyâ wa al-Dîn, tetapi hanya dua bukunya yang nyata-nyata bertitel keabsahan dan kesastraan, yakni: 1 Kitab fi al-Nahwu gramatika bahasa Arab. Buku ini tidak diketahui “nasibnya”. 2 Al-Amtsal wa al-hikam. Dalam kitab ini, al-Mawardi mengumpulkan berbagai pribahsa Arab, kata-kata mutiara dan syair-syair pilihan. Ada 300 motto, 300 bait sajak, dan 300 hadits pilihan. Kini, masih dalam bentuk manuskrip, tersimpan di perpustakaan universitas Leiden Belanda.

B. Biografi Hasan Al-Banna

1 Riwayat Hidup Hasan Al-Banna Hasan al-Banna dianggap banyak ilmuwan dan pemikir Islam sebagai Mujadid abad ke 20. Dia adalah unik, dikaruniai dengan pemahaman Islam yang benar dan mendalam dan kepercayaan yang kuat, dan seseorang yang terus bekerja tanpa henti sampai tujuannya tercapai, satu-satunya cara menghentikannya adalah menyingkirkannya, dan itulah yang terjadi. 22 Pada tahun 1906 di kota kecil Mahmudiyah, Mesir, lahirlah seorang bayi yang kelak ditakdirkan Tuhan menjadi pembela agama paling gigih, memperjuangkan Islam sepanjang sejarah dunia Arab, dialah Syekh Hasan al- Banna. 23 Lingkungan tempat tumbuh berkembang Hasan al-Banna sangat sederhana. Ia tinggal disebuah kota kecil yang berdiri ditepi cabang sungai Rasyid, yag terhubung dengan sungai N il. Nama kota tersebut adalah „al- Mahmudiyy ah Buhayrah‟. Ia tepat berada di tengah-tengah antara jalan utara menju Iskandaria, dan jalan selatan menuju Kairo. Di kota inilah Syaikh Abdurrahman al-Banna ayah dari Hasan al-Banna, yang banyak dikenal dengan as-s ati‟i si tukang jam tinggal besama keluarga. Mereka menjadi pendatang untuk bekerja sebagai pembuat dan tukang memperbaiki jam. Ayahnya selain bekerja sebagai tukang reparasi jam, juga ulama. Seperti lazimnya masyarakat Mesir, Hasan mengikuti jejak ayahnya. Hasan belajar reparasi jam dan mendapatkan pendidikan agama dasar. 24 22 M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, h. 375. 23 Maryam Jamîlah, Para Mujahid Agung, Bandung: Mizan, 1989, h. 125. 24 Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3, Bandung: Mizan, 1998, h. 129. Setiap hari ia belajar hadits dan menelusuri musnad-musnadnya. Sejak saat itu dia mulai cendrung mencurahkan perhatiannya kepada musnad Ahmad bin Hanbal, yang dianggapnya sebagai ensiklopedi Sunnah Rasul terbesar. 25 Abdurrahman al-Banna mengisahkan diusia muda Hasan al-Banna ia sudah mempertanyakan soal bumi dan bulan serta penciptaannya. Pertanda kejeniusan akalnya sudah tampak kelihatannya sejak ia masih kecil. Oleh sebab itulah maka sang ayah menyuruh Hasan al-Banna menghafal al- Qur‟an, belajar hadits, juga diajari adab dan sopan santun yang baik. Pada umur 14 tahun Hasan al-Banna berhasil menghafal al- Qur‟an, hal ini berkat kedisiplinannya dalam membagi waktu 26 . 2 Latar Belakang Pendidikan Hasan al-Banna Ayahnya, Syeikh Abdurrahman al-Banna pernah belajar sebagai mahasiswa di al-Azhar pada waktu Muhammad Abduh mengajar di lembaga itu. Oleh karenanya dari ayahnya Hasan waktu kecil tidak hanya mendapatkan pelajaran murni saja, tetapi juga gagasan-gagasan pembaharuan. 27 Pada usia dua belas tahun, Hasan masuk sekolah dasar negri. Pada waktu ini juga, Hasan masuk 25 Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, Solo: Media Insani Press, 2003, h. 24. 26 Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, 2006, h. 201. 27 Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 147. sebuah kelompok Islam, himpunan perilaku bermoral dan masuk himpunan pencegahan kemungkaran. 28 Ketika Hasan al-Banna belajar di Madrasah al- Mu‟allimîn al-Awâliyyah, di sana ia menorehkan prestasi yang sangat gemilang. Ia berkembang dengan baik, penuh zuhud dan memperhatikan ibadah. Inilah pertama kali ayahnya melepaskan marhalah pendidikannya. Hasan al-Banna adalah orang yang sangat gemar membaca, hal ini dipengaruhi: pertama adanya perpustakaan sang ayah dan motivasi yang diberikan ayahnya untuk terus belajar dan membaca. Tidak jarang ia diberi hadiah beberapa buku, buku-buku yang memberinya pengaruh yang sangat berarti diantaranya adalah; al-Anwar al-Muhammadiyah karya al- Nabhani, Mukhtasar al-Mawahib al-Ladunniyah karya al-Qastalani, dan Nur al- Yaqîn fi Sirât Sayyid al-Mursalin karya Syaikh al-Khudri. Kedua, Madrasah al- Mu‟alaimîn berhasil mengumpulkan sejumlah ulama terkenal, pada marhalah ini Hasan al-Banna menghapal banyak matan dari ilmu yang bermacam-macam, dan semua itu dilakukan diluar kurikulum pelajarn sekolah. 29 Hasan al-Banna lulus sekolah dengan predikat terbaik di sekolahnya dan kelima terbaik di Mesir. Di usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi Dâr al- „Ulûm, Universitas Kairo. Ia juga memiliki bakat kepemimpinan yang cemerlang. Hasan al-Banna selalu terpilih menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Pada usia 21 tahun, Hasan al-Banna menamatkan 28 Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3, h. 130. 29 Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 42. studinya di Dâr al-Ulûm 30 dan mendapatkan reduksi masa belajar selama empat tahun, yaitu masa-masa tajîziyyah persiapan. Selanjutnya ia berangkat ke Kairo dan ia tinggal di daerah dekat Universitas al-Azhar. Setelah keluar dari Dâr al- „Ulûm ia menempuh ujian diploma. Mentri pendidikan Wizârah al- Ma’rif bermaksud mengutusnya ke Eropa, tapi Hasan al- Banna menolak, ia memilih dan memutuskan diri untuk belajar di Madrasah al- Islâmiyyah. Di sanalah ia menelorkan benih benih dakwah. Di sana pulalah ia menggagas terbentuknya Ikhwânul Muslimîn. 31 3 Kiprah Politik Hasan Al-Banna Selama abad kesembilan belas, nasib baik politik Mesir semakin erat dengan Eropa, selama awal tahun 1800-an hubungannya semakin dekat karena para investor Eropa mendukung berbagai proyek untuk mengembangkan infrastruktur Mesir, proyek terpenting adalah pembangunan Terusan Suez, yang selesai pada tahun 1869, selain memodernisasikan ekonomi Mesir, berbagai proyek ini juga membuat Mesir berhutang kepada kreditor Eropa. Hingga abad dua puluh Inggris masih tetap bertahan dan mendominasi seluruh sektor yang ada di Mesir. Hasan al-Banna yang baru berusia tiga belas tahun, ikut berdemonstrasi menuntut kepergian Inggris, Inggris menghadapi badai protes nasioanalis, dengan 30 Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, h. 202. 31 Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 23. demikian, iklim politik diseputar tahun-tahun awal kesadaran sosial Hasan al- Banna ditandai dominasi asing dan perlawanan terhadap dominasi asing. 32 Pada marhalah Dâr al-Ulûm telah terjadi banyak peristiwa denotatis, diantaranya peristiwa runtuhnya dinasti Kamal dan posisi dunia Islam diambang kehancuran, dengan mata kepalanya sendiri Hasan al-Banna menyaksikan pergolakan yang mahadahsyat antara masyarakat tak bersenjata dengan kaum kolonial yang durjana, Hasan al-Banna menilai hal ini bukan hanya sekedar masalah invasi Inggris terhadap Mesir, tetapi lebih dari itu merupakan pencaplokan Barat terhadap dunia Islam. 33 Posisi al-Azhar pada saat itu sangat lemah. Kekuatan Islam baru bisa digalang dan disatukan dalam wadah yang diberi nama Asy-Syubban al- Muslimîn, atau jamaah-jamaah yang lain. Akan tetapi Hasan al-banna bermaksud menghadapi masalah tersebut dengan serius dan berbeda. Ia memulainya dengan wacana persatuan Islam al- Jami‟yyat al-Islamiyyah, tetapi untuk tahap pertama ia konsentrasikan pada bidang sejarah gerakan kebangkitan Islam, juga pembangunan pemuda dan penggalangan kekuatan. 34 Beberapa bulan setelah kepindahannya ke Ismâiliyyah tempat ia bekerja sebagai guru pada sekolah lanjutan milik pemerintah, pada tahun 1928 ia secara resmi mendirikan himpunan persaudaraan Muslim Ikhwânul Muslimîn diantara 32 Zed Books Ltd, 7 Chntya Street, Para Perintis Zaman Baru Islam, edisi Indonesia, cet. 3, h.127. 33 Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 39. 34 Anwar al-Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, h. 41. berbagai aspek perjuangan di dalam pergerakannya itu, Hasan al-Banna paling mementingkan aspek pendidikan bagi generasi yang sedang tumbuh. Dengan didukung enam orang pengikut dan murid-muridnya yang setia. Pada tahun 1933, Hasan al-Banna memindahkan markas besar Ikhwân dari Ismâiliyyah ke Kairo. Selama tiga tahun berikutnya pergerakan tersebut memusatkan kegiatan- kegiatannya dalam mendidik masyarakat agar mereka hidup secara Islamis, dan memantapkan rencana kerja masjid-masjid, sekolah-sekolah dan lembaga- lembaga kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok Mesir. Pada tahun 1949 Ikhwânul Muslimîn sudah memiliki lebih dari dua ratus ribu cabang yang tersebar di seluruh pelosok Mesir dengan anggota sekitar lima ratus ribu ditambah simpatisan yang banyaknya diperkirakan sama dengan anggotanya. Lambat laun Ikhwânul Muslimîn berkembang menjadi suatu organisasi keagamaan dan politik yang amat tangguh. 35 Akhirnya Ikhwânul Muslimîn terlibat secara langsung dalam pergolakan politik di Mesir lewat kegiatan-kegiatannya menentang kekuasaan pendudukan Inggris dan berdirinya negara Israel di atas bumi Palestina. Aspirasi politiknya juga makin terkristalisasi, yakni secara jelas mendambakan negara Islam. 36 Surat kabar, pamflet majalah dan buku-buku yang mereka terbitkan sirkulasinya semakin hari semakin meningkat, kini pengaruh Ikhwân mulai menembus batas- batas negara, karena para remaja di negara-negara tetangga semakin banyak yang 35 Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 145. 36 Munawwir Sjazdali, Islam dan Tata Negara, h. 146. mengharapkan bimbingan dari Hasan al-Banna. Didirikanlah cabang-cabang di Siria, Libanon, Yordania, Palestina, Maroko dan Sudan. Seperti halnya Jamaluddin al-Afgani, syekh Hasan al-Banna menyadari bahwa tidak mungkin bagi suatu masyarakat Islam untuk mendapatkan kemajuan di bawah kekuasaan asing yang memusuhinya. Karena itu ia menyerukan agar memasang bendera jihad sampai titik darah penghabisan melawan imperealisme Inggris, baik secara politis maupun ekonomis. Ia menuntut kepada kerajaan Inggris Raya agar melepaskan Terusan Zues. Karena popularitasnya dan pengaruhnya semakin lama semakin besar, golongan penguasa yang sedang memerintah mulai menganggap Ikhwân sebagai suatu ancaman subversive yang paling berbahaya. Tahun 1941, Perdana Mentri dan pemerintahan Mesir sangat terpengaruh oleh Inggris. Pemerintah Mesir, di bawah kepemimpinan perdana mentri, bergabung dalam pasukan Inggris di perang dunia II. Hasan al-Banna menentang aliansi ini, tetapi dia tidak didengar, dia kemudian ditangkap dan surat kabarnya ditutup. Akan tetapi rakyat bangkit dalam pemberontakan dan pemerintah terpaksa membebaskannya. Tahun 1942, Nasha Pasha menutup semua kantor Ikhwânul Muslimîn, kecuali kantor pusatnya di Ismâiliyyah, tetapi rakyat memberontak dan Nasha Pasha digulingkan. Di tahun 1945, Perdana Mentri baru disumpah dan diadakan pemilihan umum. Dalam pemilu ini, Hasan al-Banna dan rekan- rekannya mengambil bagian, tetapi akibat campur tangan pemerintah, kandidat ikhwan tidak terpilih dan Hasan al-Banna ditangkap lagi, tetapi protes menyebar luas dan dia dibebaskan. PBB pada tahun 1947, dibawah pengaruh Amerika Serikat memutuskan untuk membentuk negara Israel di Palestina. Mengenai hal ini, Hasan al-Banna dan rekan-rekannya mendeklarasikan Jihad melawan agresi dan mulai mengorganisir dari menjadi pasukan mujahidin yang kuat. Mereka berpartisipasi dalam jihad ini dan berjuang menentang pembentukan negara baru Yahudi, tetapi seluruh Barat berada dibelakang mereka. Pilihan Pada bulan Desember 1948, pemerintah melakukan penekanan ala Inggris dan menyatakan bahwa pergerakan tersebut dianggap tidak sah. Beribu- ribu Ikhwân dijebloskan kepenjara dan harta kekayaan mereka disita negara, juga pada tahun ini Perdana Mentri Mahmud yang melihat popularitas Ikhwânul Muslimîn merasa cemas dan dia menangkap semua pendukung partai ketika mereka berperang melawan Israel. Ribuan pejuang ikhwân di seluruh Mesir dimasukan ke dalam penjara. Karena alasan politik, Syekh Hasan al-Banna tidak ditangkap, tetapi partainya dilarang dan dia mendapat pengawasan ketat. Pada 12 Februari 1949, ketika dia pulang dari sebuah pertemuan Young Muslim Association, dia ditembak mati. Peristiwa pembunuhan itu sangat kejam dan mengejutkan, tak ada yang mengizinkan mendekati tubuhnya kecuali ayahnya, jenazahnya diperbolehkan pulang dengan kawalan polisi, tidak ada yang boleh menyalatkan Hasan al-Banna kecuali ayahnya. 37 Polisi tidak memperbolehkan masyarakat umum mendekati peti matinya. Semua saudaranya berada dipenjara, sedang ibu dan dua saudara perempuan, putri-putrinya dan putranya Ahmed Saif al-Islâm di rumah. 38 4 Karya-karya Hasan Al-Banna Di sepanjang hidup al-Banna di tengah gejolak perubahan Mesir pada umumnya dan Ikhwân al-Muslimîn pada khususnya, ia melakukan berbagai ceramah dan menulis banyak makalah. Kebanyakan karya-karyanya dipublikasikan semasa hidupnya dan dicetak-ulang berkali-kali setelah ia meninggal dunia. Majmu`ah al-Rasail adalah buku yang berisi sebagian besar surat-surat al-Banna, yang masing-masing setara dengan buku catatan kecil. Berikut ini adalah sebagian judul makalah dan risalah yang ditulis Hasan al- Banna: 1 Ahâdits al-Jum`ah. 2 Al-Ikhwân al-Muslimûn tahta Râyat al-Quran bulan Safar 1358H April 1839 M. 3 Illâ Ayyi Syai-in Nad`û al-Nas 1936 M. 4 Bâ’in al-Ams wa al-Yaûm 1942 M yang juga dinamakan dengan Risâlat al- Nabiyyil Amin atau Min Tatawwuril Fikratil Islamiyah. 37 Ahmad Isya „Asyur, Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna, Hadits Tsulatsa’, Cet. V, Solo: Era Intermedia, 2005, h. 9. 38 M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia, h. 378. 5 Risâlat Da`watunâ 1936 M. 6 Risâlat Mursyid yang pertama pada bulan Ramadhan 1349 H Januari 1931 M. 7 Risâlat al-Ta`lîm 1943 M. 8 Risâlat al-Jihâd. 9 Risâlat al-Mu`tamâr al-Khâmis 1938 M. 10 Risâlat al-Mu`tamâr al-Sâdis Majlis Syura Am, pada bulan Dzulhijjah 1359 H Januari 1941 M 11 Risâlat Aqîdatuna 1350 H 1931 M 12 Risâlat al-`Aqâid 13 Risâlat al-Mu’tamar al-Awwal Majlis Syura Aam yang pertama pada bulan Shafar 1350 H 1931 M. 14 Risâlat Mursyid yang kedua pada bulan Ramadhan 1351 H 1932 M 15 Risâlat al-Mu’tamar al-Tsani’ Majlis Syura Aam yang kedua pada bulan Syawal tahun 1350H Februari 1932 M. 16 Risâlat al-Mu’tamar al-Tsalits Majlis Syura Aam yang ketiga pada bulan Dzulhijjah 1353 H Maret 1935 M. 17 Risâlat al-Mu’tamar al-Râbi’ Majlis Syura Aam yang keempat pada bulan Dzulhijjah 1354 H Maret 1936 M. 18 Risâlat Nahwan Nûr 1936 M 19 Risâlat Ilasy Syabbab 1357 H 1936 M 20 Dokumen al-Matâlib al-Khamsun 1357 H 1936M. 21 Risâlat Ila al-Mu’tamar Tullabil Ikhwânil Muslimîn 1938 M. 22 Risâlat al-Manhaj al-Tsaqafi 1359 H 1940M. 23 Risâlat Nidamul Usar 1943 M. 24 Risalah kepada para pemimpin cabang, markas jihad dan wilayah pada tahun 1364 H 1945 M. 25 Risâlat Musykilatuna fi Dau’in Nidamil Islami 1947 M. 26 Risâlat Hal Nahnu Qaumun „Amâliyyun. 27 Risâlat Allah fil „Aqidah al-Islamiyah 1367 M. 28 Risâlat al-Munajah 29 Risâlat al-Ma’tsurat. 30 Ila Ikhwânil Kata’ib. 31 Nadârat fi Kitâbillah. 32 Nadârat fi Sirah. 33 Muqaddimah fi al-Tafsir. 34 Majmu’ah Maqalâtul Banna. 35 Ahadits al-Tsulatsa’ 36 Mudzakkirat al-Da’wah Wa al-Da’iyyah. 37 Dusturuna. 39 39 Ali Abdul Hamid Mahmud, Rukun Jihad Fiqh Rekonsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-Banna, Jakarta: Al- I‟tisom Cahaya Umat, 2001, h. 187. Semua karya Hasan al-Banna ini belum mencangkup keseluruhan dari apa yang ditulis olehnya, karena masih banyak karyanya yang membutuhkan upaya pencarian. 62

BAB IV LOYALITAS RAKYAT TERHADAP PEMIMPIN MENURUT

AL-MAWARDI DAN HASAN AL-BANNA 1. Loyalitas Rakyat Terhadap Pemimpin Menurut Al-Mawardi Al-Mawardi menegaskan beberapa hal terkait teori politik mengenai imam, yang salah satunya tentang hak imam atau khalîfah. Menurut al-Mawardi, jika imam telah menjalankan kewajibannya dan memenuhi hak rakyat, rakyat wajib mematuhi dan mendukung kebijaksanaannya 1 . Jika kepala negara telah menjalankan hak-hak umat, lalu ia telah menunaikan hak-hak Allah SWT baik yang berkenaan dengan hak-hak manusia maupun kewajiban yang harus mereka emban. Saat itu kepala negara mempunyai dua hak atas rakyatnya, yaitu: taat kepada pemerintahnya dan membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan dengan baik, selama ia tidak berubah keadaannya. 2 Perubahan sifat kepala negara yang membuatnya keluar dari kompetensi sebagai kepala negara ada dua hal: 1. Kredibilitas pribadinya rusak 2. Terjadi ketidaklengkapan anggota tubuh. 1 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban, h. 278. 2 T.M. HAsbi Ash Shiddiqy, Ilmu Kenegaraan Dalam Fiqh Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1991, h. 117.