Dasar Hukum Asuransi Syari’ah

atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertangguhkan. 19 Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta’mi, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung di sebut mu’amman lahu atau Musta’min. At-ta’min di ambil dari kata amanah memiliki arti perlindungan, ketenangan rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Sedangkan menta’minkan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah di sepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya. Dewan Syari’ah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI dalam fatwanya tentang pedoman umun asuransi syari’ah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya asuransi syari’ah Ta’min, Takaful, Tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syari’ah. Dari definisi di atas tampak bahwa asuransi syari’ah bersifat saling melindungi dan tolong menolong atas dasar ukhuwah Islam ia antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi malapetaka risiko.

2. Dasar Hukum Asuransi Syari’ah

19 Dewan Asuransi Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksana Tentang Usaha Perasuransian , Edisi 2003, DAI hal 2-3. Dasar hukum asuransi syari’ah mengacu kepada undang-undang no. 2 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang usaha perasuransian sebagaimana asuransi konvensional di jelaskan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertangguhkan. a. Peraturan perasuransian telah diatur dalam pasal 1774 kitab undang-undang hukum perdata KUHper, asuransi di gambarkan secara umum dalam suatu persetujuan untung-untungan yaitu suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung rugi, baik semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian adalah sebagai berikut: pasal 1 ayat 2 1 Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa. 2 Perusahaan usaha adalah perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, perusahaan penilai kerugian asuransi, dan perusahaan konsultan aktuaria. c. Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.224KMK.0171993, tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, yaitu pasal 3 ayat 1: Kekayaan yang di perkenankan sebagaimana di maksud dalam pasal 11 ayat 2 PP.No.73, tahun 1992 adalah kekayaan yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi. 20 d. Surat keputusan MUI no. Kep-7541199.tanggal 10 febuari 1999, tentang pembentukan Dewan Syari’ah Nasional, MUI e. Surat Depkeu RI Dirjen Lembaga Keuangan, No. S.6005LK 2000, tanggal 1 Desember 2000 perihal pelaporan program asuransi jiwa baru. Peraturan perundangan yang di gunakan sebagai dasar acuan pembinaan dan pegawasan atas usaha perasurasian di Indonesia saat ini terdiri atas. 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Presiden Republik Indonesia. 2 Keputusan Menteri Keuangan, masing-masing, a No.142KMK.062003 tanggal 30 September 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatuhan Bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Asuransi. b No.422KMK.062003, tanggal 30 September 2003 tentang penyelengaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. c No.423KMK.062003, tanggal 30 September 2003 tentang pemeriksaan perusahaan asuransi. 20 Arif Djohan Tunggal, Peraturan Perundang-Undangan Perasuransian Di Indonesia, Thn.1992-1997. Buku 1, Jakarta: Harvarinda, 1998, hal. 3 d No.424KMK.062003, tanggal 30 September 2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. e No.425KMK.062003, tanggal 30 September 2003 tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi f No.426KMK.062003, tanggal 30 September 2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

3. Asas-Asas Asuransi