Prosedur Pendaftaran Tanah 1. Prosedur pendaftaran tanah secara umum

3. Dalam orahua mbanua ini, selain dihadiri oleh sanak saudara atau kerabat terdekat dan para tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tetangga yang berada dalam lingkungan kampung juga dihadiri oleh kepala desa dan beberapa tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat dari beberapa kampung di desa para pihak yang bersangkutan. Apabila dalam musyawarah ini dicapai kata sepakat, maka putusannya dinamakan dengan Angetula Mbanua. Apabila tidak dicapai kata sepakat, maka pihak yang tidak menyetujui keputusan musyawarah Desa tersebut dianjurkan menyelesaikannya melalui Lembaga Peradilan.

G. Prosedur Pendaftaran Tanah 1. Prosedur pendaftaran tanah secara umum

Kegiatan pendaftaran tanah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan Pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia. Ketentuan tersebut di atas merupakan kewajiban bagi pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran tanah, hal ini merupakan adanya jaminan kepastian hukum bagi pemegang hak, tentang kepastian hukum ini diatur dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan peraturan pelaksanaannya. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa apabila seseorang hendak mendapatkan sertipikat hak atas tanah kepada mereka diwajibkan untuk mendaftarkan tanahnya melalui beberapa tahapan dan persyaratan yang telah ditentukan. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Kegiatan pendaftaran yang diatur dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, meliputi dua kegiatan yaitu: a. Pendaftaran tanah untuk pertama kali, yaitu pendaftaran yang dilekatkan terhadap objek pendaftaran tanah tanah negara dan bukti hak lama yang belum di daftarkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 12 ayat 2 meliputi: 1. Pengumpulan dan pengolahan data fisik. 2. Pembuktian hak dan pembukuannya 3. Penerbitan sertifikat 4. Penyajian data fisik dan data yuridis 5. Penyimpanan daftar umum dan dukomen. b. Pemeliharaan data pendaftaran tanah yang merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis. Dengan kata lain, pendaftaran baru karena adanya perubahan yang terjadi di kemudian hari, baik mengenai tanahnya pemisahan atau penggabungan serta hapusnya dan pembebanannya, hak maupun subjek haknya karena tujuan pendaftaran tanah untuk menuju kepastian hukum atas tanah. Sebagaimana di ketahui dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bahwa ada dua sistem untuk melakukan pendaftaran tanah yaitu sistem pendaftaran tanah secara sistematis dan pendaftaran tanah secara sporadik. Dimana dari kedua sistem pendaftaran tanah tersebut memiliki tahapan-tahapan pendaftaran tanah yang berbeda-beda untuk mendapatkan sertipikat hak milik atas tanah. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Adapun tahapan-tahapan pedaftaran tanah pertama kali untuk mendapatkan sertipikat sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 terhadap sistem pendaftaran tanah sporadik adalah sebagai berikut: 1. Permohonan pendaftaran tanah secara sporadik,di mana pendaftaran ini di lakukan atas permohonan perorangan atau secara massal yang meliputi i. permohonan untuk melakukan pengukuran bidang tanah untuk keperluan tertentu yakni untuk persiapan permohonan hak baru, untuk pemecahan, pembagianpemisahanpenggabungan bidang tanahnya, untuk penataan batas dalam rangka konsolidasi tanah serta inventarisasi pemilikan dan penguasaan tanah dalam rangka pengadaan tanah, ii. Mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sebagaimana di maksud dalam ketentuan Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, iii. Mendaftarkan hak lama sebagaimana di maksud dalam ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. 2. Pengukuran , dimana dalam proses pengukuran ini meliputi i. pembuatan peta dasar pendaftaran, ii. Penetapan batas bidang-bidang tanah,iii. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran, iv. Pembuatan daftar tanah, v. Pembuatan surat ukur. 3. Pengumpulan dan Penelitian Data Yuridis Bidang Tanah. 4. Pengumpulan Data Fisik, Data Yuridis, dan Data Pengesahannya. 5. Penegasan Konversi dan Pengakuan Hak. 6. Pembukuan Hak. 7. Penerbitan Sertifikat. Sedangkan tahapan-tahapan untuk melakukan pendaftaran tanah terhadap sistem pendaftaran tanah secara sistematis adalah sebagai berikut: 1.Penetapan lokasi oleh Menteri atas usul kepala kantor wilayah. 2.Persiapan Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran berupa peta dasar yang berbentuk peta garis atau peta foto. 3.Pembentukan Panitia Ajudikasi dan Satuan Tugas Satgas. 4.Penyelesaian permohonan yang ada pada saat mulainya pendaftaran tanah secara sistematik. 5.Penyuluhan wilayah. 6.Pengumpulan Data Fisik. 7.Pengumpulan dan Penelitian Data Yuridis. 8.Pengumuman Data Fisik dan Data yuridis dan Pengesahannya. 9.Penegasan Konversi, Pengakuan Hak, dan Pemberian Hak. 10.Pembukuan Hak. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 11.Penerbitan Sertipikat. 12.Penyerahan Hasil Kegiatan. 55 Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 12 ayat 2 yaitu: a. Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak. b. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya. Seseorang yang hendak mendaftarkan tanahnya untuk mendapatkan sertipikat hak atas tanah harus melalui tahapan-tahapan tertentu dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, semua persyaratan-persyaratan tersebut sangat diperlukan untuk mendapatkan kejelasan dan kepastian tentang: a. Orangbadan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah kepastian mengenai subjek haknya b. Letak, batas-batas, luas, dibebani hak tanggungan atau tidak, serta kepastian tanah tersebut sedang sengketa atau tidak dan sebagainya kepastian mengenai objek haknya. Permohonan hak yang diterima oleh Panitia Pemeriksa Tanah Panitia A atau B, kemudian apabila telah memenuhi persyaratan maka sesuai kewenangannya dan diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah. Permohonan pendaftaran haknya untuk memperoleh sertipikat hak atas tanah setelah membayar uang pemasukan ke Kas Negara dan atau Biaya Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan BPHTB jika dinyatakan dalam surat keputusan tersebut. 55 Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, visimedia, Jakarta, Tahun 2007, Hlm 25 dan 39. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran Surat Keputusan SK pemberian hak untuk memperoleh sertipikat tanda bukti hak adalah: a. Surat permohonan pendaftaran b. Surat Keputusan SK Pemberian Hak c. Bukti pelunasan uang pemasukan atau BPHTB apabila dipersyaratkan d. Identitas pemohon. Syarat-syarat diatas diperlukan untuk tanah-tanah yang belum terdaftar, sekaligus diperlengkapi dengan pendaftarannya, dan sebagai bukti diberikan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT sebagai kelengkapan dari persyaratan- persyaratan. Kegiatan selanjutnya dilakukan oleh aparat Seksi Pendaftaran Tanah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Pendaftaran Tanah meliputi pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran haknya. Dan selanjutnya dilakukan pengumuman sesuai dengan bunyi Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu: Pengumuman ditempatkan di Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan selama 1 satu bulan dalam pendaftaran tanah secara sistemtik atau 2 dua bulan dalam pendaftaran tanah secara sporadik untuk memberikan kepastian kepada pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan. Hasil dari pengumuman tersebut dituangkan dalam suatu berita acara, dimana berita acara tersebut menjadi dasar untuk: a. Pembukuan hak atas tanah, berdasarkan alat bukti yang dimaksud dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, misalnya grant sultan. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Pengakuan hak atas tanah, yaitu dalam hal penguasaan fisik bidang tanah selama 20 dua puluh tahun atau lebih secara berturut-turut. c. Pemberian hak atas tanah, yaitu tanah tersebut adalah tanah negara, misalnya dengan SK Camat. Tanah-tanah yang akan diukur dan dipetakan harus diberi tanda batas, sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Agraria No 8 Tahun 1961. Pemberian batas- batas tanah itu dilakukan atas dasar persesuaian pendapat antara para pemilik tanah yang berbatas. Oleh sebab itu selain pemilik tanah, perlu hadir dan menyaksikan pula pemilik tanah yang berbatas. Dengan demikian dapat dihindari adanya salah letak terhadap tanda batas tersebut, dan tanda batas tersebut harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Hasil pengukuran ini kemudian dipetakan dan dibuat surat ukurnya untuk desa lengkap atau gambar situasinya untuk desa yang belum lengkap. Surat ukur atau gambar situasi tersebut diberi tanggal dan nomor urut menurut tahun pembuatannya. Bidang tanah yang telah diberi tanda batas, diukur, dipetakan dan ditetapkan subjek haknya, kemudian haknya dibukukan dalam daftar buku tanah dari desa yang bersangkutan, daftar buku tanah terdiri atas kumpulan buku tanah yang dijilid atau yang disebut juga sebagai sertipikat. Satu sertipikat tanah hanya dipergunakan untuk mendaftarkan satu hak atas tanah. Tiap-tiap hak atas tanah yang sudah dibukukan diberi nomor urut menurut macam haknya. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Jadi dapat dikatakan dokumen-dokumen hukum yang berkaitan dengan tanah adalah sebagai berikut: 1. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebgaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat 20 hutuf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah di bukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. 2. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran yang sudah ada haknya. 3. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik bidang dasar teknikdan unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan, dan batas fisik bidang-bidang tanah. 4. Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah. 5. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran. 6. Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian. 7. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu. 56 2. Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Karena Pewarisan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Kedudukan dan peranan pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah dalam sistem UUPA sangat strategis, artinya UUPA telah meletakkan dasar–dasar hukum tentang bagaimana mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum terhadap kepemilikan hak atas tanah yang di dapatkan dari harta warisan, dan apalagi dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah semakin memberikan perubahan pada sistem hukum dan prosedur kemudahan– 56 Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertipikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, hlm 21. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 kemudahan kepada pemegang hak untuk melakukan pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh melalui pewarisan, namun isi dan kandungan UUPA maupun Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut apabila tidak dapat di implementasikan dengan baik khususnya pendaftaran peralihan hak atas tanah maka keseluruhan peraturan perundang-undangan yang di maksud menjadi sia-sia belaka. Di dalam Bab VI paragraf tiga pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang peralihan hak karena pewarisan tersebut menegaskan sebagai berikut : 1. Untuk peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah terdaftar , wajib di serahkan oleh yang menerima hak atas tanah sebagai warisan kepada kantor pertanahan, sertipikat yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya di catat sebagai pemegang haknya dengan surat tanda bukti sebagai ahli waris. Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat yang bersangkutan meninggal dunia. Dalam arti, bahwa sejak itu para ahli waris menjadi pemegang hak yang baru. Mengenai siapa yang menjadi ahli waris diatur dalam hukum perdata yang berlaku. Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan juga di wajibkan dalam rangka memberikan pelindungan hukum kepada para ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah. Surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa Akta Keterangan Hak Mewaris atau Surat Penetapan Ahli Waris atau Surat Keterangan Ahli Waris. 57 2. Jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaftar, wajib di serahkan dokumen-dokumen surat keterangan kepala desa atau kelurahan yang menyatakan yang bersangkutan menguasai tanah, dan surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah tersebut belum bersertipikat dari kantor pertanahan, atau surat keterangan kepala desa atau lurah jika lokasi tanahnya jauh dari kedudukan kantor pertanahan dari pemegang hak yang bersangkutan. Dokumen yang membuktikan adanya hak atas tanah pada yang mewariskan di perlukan karena pendaftaran peralihan hak ini baru dapat di lakukan setelah pendaftaran untuk pertama kali atas nama pewaris. 58 57 Penjelasan Pasal 42 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. 58 Penjelasan Pasal 42 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 3. Jika penerima waris terdiri dari satu orang, pendaftaran peralihan hak tersebut di lakukan kepada orang tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris seperti tersebut pada angka 1 di atas. 4. Jika penerima warisan lebih dari satu orang dan waktu peralihan hak tersebut di daftarkan disertai dengan akta pembagian waris yang memuat keterangan bahwa hak atas tanah jatuh kepada seorang penerima warisan tertentu, pendaftaran hak milik atas tanah di lakukan kepada penerima warisan yang bersangkutan berdasarkan suatu tanda bukti sebagai ahli waris dan pembagian waris tersebut. Dalam hal akta pembagian waris yang di buat sesuai ketentuan yang berlaku dan hak waris jatuh kepada seorang penerima warisan tertentu, pendaftaran peralihan haknya dapat langsung dilakukan tanpa alat bukti peralihan hak lain , misalnya akta PPAT. 59 5. Warisan berupa hak atas tanah yang menurut akta pembagian waris harus di bagi bersama antara beberapa penerima warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta pembagian warisnya, didaftar peralihan haknya kepada para penerima waris yang berhak sebagai hak bersama mereka berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan atau akta pembagian waris tersebut. 60 Pengaturan tersebut diatas adalah hasil perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang mengatur tentang pengaturan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena warisan, yang menyatakan sebagai berikut: 1. Untuk pendaftaran peralihan hak karena warisan mengenai tanah yang belum di bukukan, maka kepada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah harus di serahkan: a. Surat atau surat-surat bukti hak yang di sertai Keterangan Kepala Desa yang membenarkan surat atau bukti hak itu. Keterangn Kepala Desa tersebut harus di kuatkan Asisten Wedana. b. Surat wasiat dan jika tidak ada surat wasiat, surat keterangan warisan dari instansi yang berwenang. 2. Setelah menerima surat-surat yang di maksud dalam ayat 1 pasal ini, maka Kepala Kantor Pendaftaran Tanah membukukan peralihan hak itu dalam daftar buku tanah yang bersangkutan. 3. Kepada ahli waris oleh Kepala Kantor Pendaftran Tanah di berikan sertipikat sementara, setelah kepadanya di sampaikan surat 59 Penjelasan Pasal 42 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. 60 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm, 103-104 Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 keterangan tentang pelunasan pajak tanah sampai pada saat meninggalnya pewaris. 61 UUPA dengan tegas mengatakan bahwa pendaftaran tanah di lakukan untuk menjamin kepastian hukum. Hal ini dapat di artikan bahwa tanpa di laksanakan pendaftaran tanah, maka kepastian hukum mengenai masalah kepastian hak-hak atas tanah tidak akan dijamin. Menurut Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo, “Kepastian hukum itu merupakan perlindungan yustiabel terhadap tindakan sewenang-wenang untuk dapat memperoleh sesuatu yang di harapkan dalam keadaan tertentu, sehingga dengan adanya kepastian hukum itu ketertiban dalam masyarakat dapat di ciptakan.” 62 Agar tujuan hukum itu dapat tercapai, maka dalam satu pihak hukum itu, harus mampu menciptakan warga masyarakat yang patuh kepada hukum dan pihak lain harus dapat menciptakan aparat pemerintah yang jujur, efektif dan efisien dalam melaksanakan tugasnya . Untuk menciptakan warga masyarakat yang patuh kepada hukum agar tujuan dan ideal hukum dapat tercapai, perlu di perhatikan efektifitas perundang-undangan. Efektifitas perundang-undangan berarti di harapkan pada pernyataan parameter apakah yang dipergunakan untuk mengetahui efektifitas perundang-undangan tersebut. Parameter yang di maksud adalah syarat-syarat yang harus di penuhi oleh suatu perundang-undangan agar berlaku secara efektif. “Efektif perundang-undangan antara lain di tentukan oleh : 61 Lihat Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. 62 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1993, hlm.1-2. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 a. Materi perundang-undangan itu sendiri b. Kelembagaan dan aparat pelaksanaan c. Sarana dan fasilitas d. Masyarakat e. Budaya masyarakat” 63 Lebih jauh soerjono Soekamto menyatakan bahwa: Masalah efektifitas hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan usaha-usaha yang di lakukan agar hukum yang di terapkan benar-benar hidup dalam masyarakat. Artinya hukum tadi benar-benar berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Berfungsinya hukum sedemikian itu sangat tergantung pada usaha-usaha menanamkan hukum tersebut, reaksi masyarakat dan jangka waktu menanamkan ketentuan hukum tersebut. 64 Tujuan utama pendaftaran tanah adalah meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. Untuk mencapai usaha menuju kepastian hukum ini, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang pendaftaran tanah. Adanya pranata hukum tentang pendaftaran tanah ini merupakan penjabaran dari ketentuan UUPA yaitu ketentuan yang tercantum dalam Pasal 19, 23, 32, dan 38. Mengenai tujuan pendaftaran tanah, dalam konteks yang lebih luas Zaidar mengatakan bahwa: Pendaftaran tanah bertujuan selain penggunaannya, pemanfaatannya maupun informasi mengenai untuk apa tanah itu sebaiknya di pergunakan. Apa yang terkandung di dalamnya dan demikan pula informasi mengenal bangunannya 63 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatutan Hukum, Rayawali Press, Jakarta, 1988, hlm. 159. 64 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alummi Bandung, 1976, hlm 43. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 sendiri, harga bangunan, dan tanahnya dan pajak yang di tetapkan untuk tanah dan bangunan. 65 Sehubungan dengan tujuan pendaftaran tanah adalah untuk kepastian hukum, maka pemegang hak milik atas tanah karena pewarisan juga wajib untuk mendaftarkannya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 42 Peraturan Pemerintah No mor 24 Tahun 1997. Pendaftaran peralihan hak milik karena pewarisan didaftarkan ke kantor pertanahan Kabupaten atau Kota setempat dengan melampirkan surat keterangan kematian pemilik tanah yang dibuat oleh pejabat yang berwenang disertai dengan surat keterangan sebagai ahli waris yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, bukti identitas para ahli waris, sertifikat tanah yang bersangkutan. 66 Untuk lebih jelasnya syarat-syarat yang harus dilampirkan oleh pemohon untuk mendapatkan sertifikat peralihan hak karena pembagian warisan: 1. Melampirkan surat keterangan hak waris yang dibuat oleh kepala desa yang disahkan oleh camat setempat atau yang dibuat oleh Notaris 2. Surat keterangan yang dibuat oleh para ahli waris tentang perjanjian bagi waris yang disahkan oleh pejabat yang berwenang 3. Surat keterangan pajak tanah yang bersangkutan 4. Pernyataan dari si penerima warisan tentang jumlah tanah yang sudah dimiliki 5. Izin peralihan hak-hak atas tanah. 67 Namun timbul pertanyaan apakah tanah warisan yang tidak didaftarkan tersebut tidak akan memperoleh kepastian hukum atau tidak dapat dikatakan bahwa 65 Zaidar, Dasar-Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia, Pustaka Bangsa, Medan, 2006, hlm 31. 66 Urip Santoso, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm 91 67 Harun Al Rashid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Ghalia Indonesia, 1949, Jakarta, hlm 69- 70 Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 dengan tidak didaftarkan peralihan haknya bukan berarti peraturan tersebut tidak berlaku efektif di masyarakat. Maksud pendaftaran hak milik atas tanah adalah untuk dicatat dalam Buku Tanah dan dilakukan perubahan nama pemegang hak dari pemilik tanah kepada ahli warisnya. Namun melihat pada Pasal 42 Peraturan Pendaftaran Nomor 24 Tahun 1997 merupakan peraturan hukum yang bersifat mengatur dan tidak memaksa. Artinya hukum yang mengatur hanya hendak mengatur dan tidak mengikat, C. S. T. Kansil mengatakan bahwa : “Hukum yang mengatur hukum pelengkap, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian”. 68 Berdasarkan definisi tersebut, bahwa dengan tidak didaftarkan peralihan hak milik atas tanah tersebut kepastian atas tanah warisan masih tetap sama. Oleh karena kekuatannya berdasarkan pada perbuatan hukum sebelumnya. Pertanyaan selanjutnya apakah dapat dijadikan alat bukti? Hal ini dapat dijadikan sebagai alat bukti, karena sesuai ketentuan dalam Pasal 23 dan Pasal 24 Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997, yang memberi suatu penegasan tentang suatu alat bukti. Pendaftaran tanah atau peralihan hak milik atas tanah yang dilakukan oleh ahli waris adalah untuk memenuhi asas dalam pendaftaran tanah. Tujuan asas publikasi tersebut adalah untuk memperoleh pengakuan dari pihak yang bersangkutan dan kesaksian dari masyarakat. Pada hakekatnya pengakuan dan kesaksian dari warga 68 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Pangantar Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta, 1976, hlm. 74-75. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 masyarakat merupakan alat bukti kebenaran mengenai fakta dimuat dalam pengumuman tersebut. Selain itu Bachtiar Efendi mengatakan: Terlepas dari masalah apakah tanah tersebut ada sertipikat tanahnya atau belum alangkah baiknya kepala Desa ditambah dua orang anggota pemerintah Desa yang bersangkutan diikutsertakan selaku saksi dalam setiap pembuatan akta tanah, demi kepastian riwayat tanah itu sendiri dan menjamin tercapainya tujuan adanya kepastian hukum dalam pendaftaran tanah atau pendaftaran hak sebagimana dari tujuan UUPA. 69 Kalaulah kantor pertanahan menghendaki pemegang hak milik atas tanah karena pewarisan mentaati ketentuan Pasal 42 tersebut, maka Pasal tersebut haruslah mengandung sifat memaksa. Dengan lain pengertian bahwa kepada ahli waris yang belum mendaftarkan peralihan haknya lewat dari yang telah ditentukan dikenai sanksi. Pengertian sanksi secara psikologis diartikan sanksi tersebut sebagai suatu rangsangan untuk berbuat atau tidak berbuat.” Rangsangan untuk berbuat disini sebagai rangsangan positif, yang merupakan suatu insentif. Suatu rangsangan untuk tidak berbuat, serta sebagai rangsangan negatif, yang bertujuan agar seseorang tidak melakukan yang sama.” 70 Menurut Sudarsono, mengartikan dengan hukum memaksa ialah: Hukum yang dalam keadaan apapun dilaksanakan, oleh para pencari keadilan hukum dan para fungsionaris. Ia tidak diperkenankan penyimpang. Apabila terjadi penyimpangan berarti akan timbul akibat secara yuridis, perbuatan tersebut menjadi batal atau tidak sah atau batal menurut hukum. 71 69 Bachtiar Effendie, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni Bandung, 1993, Hlm 76 70 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 205. 71 Ibid. hlm.20. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Terhadap pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena pewarisan adalah atas kehendak dari ahli waris, walaupun dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mewajibkan bagi ahli waris yang memperoleh tanah warisan untuk mendaftarkan peralihan haknya. Syarat-syarat yang diperlukan dalam permohonan peralihan hak karena pewarisan di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias adalah: a. Surat permohonan dari pemohonkuasanya b. Foto copy KTP identitas pemohon asli diperlihatkan c. Asli sertipikat hak atas tanah d. Asli surat keterangan kematian dari kepala desalurah e. Asli surat keterangan ahli waris. 72 Sedangkan syarat-syarat permohonan pendaftaran tanah yang di dapatkan karena pewarisan terhadap tanah-tanah yang tidak terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias adalah: 1. Surat pernyataan warisan. 2. Surat Keterangan Waris. 3. Akta Pembagian Warisan. 4. Pajak Bumi dan Bangunan terakhir. 5. Kartu Keluarga. 6. Kartu Tanda Penduduk Saksi. 7. Permohonan Penguasaan Fisik. 8. Surat Keterangan Kematian. 73 Sedangkan biaya pendaftaran tanah yang berasal dari pembagian warisan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan: 72 wawancara dengan Azwar Tanjung , Kepala Seksi Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, Di Gunungsitoli, Tanggal 14 Maret 2008 73 Wawancara dengan Azwar Tanjung, Kepala Seksi Kantor Pertanahan Kabupaten Nias. Di Gunungsitoli, Tanggal 14 Maret 2008 Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 “Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan yang diajukan dalam waktu 6 enam bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya pendaftaran”. Masyarakat yang melakukan pendaftaran tanah atau peralihan hak karena pewarisan tersebut biasanya adalah: “Masyarakat yang memahami dan mengerti akan kegunaan fungsi dan kegunaan sertipikat, di mana dengan adanya sertipikat tersebut telah memberikan jaminan hukum kepada mereka dan dapat di jadikan sebagai jaminan sebagai Hak Tanggungan.” 74 “Sebelum permohonan hak atas tanah masuk ke instansi Kantor Pertanahan , ada proses persiapan yang meliputi syarat administrasi berupa keterangan hak-hak atas tanah tersebut antara lain surat keterangan pemisahan dan pembagian harta warisan yang di buat di hadapan Notaris atau pejabat yang berwenang lainnya. Hal ini di maksudkan sebagai tindak lanjut yang wajib dilakukan agar si pemohon memiliki bukti yang kuat tentang hak atas tanah yang diperolehnya itu” 75 . Rangkaian proses itu akan mempengaruhi di terima atau tidaknya permohonan pendaftaran. Adapun tata cara permohonan dan pemberian hak atas tanah secara umum diatur dalam Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. 74 Wawancara dengan Azwar Tanjung, Kepala Seksi Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, Di Gunungsitoli, Tanggal 14 Maret 2008 75 Wawancara Yanueli Nazara, Camat Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Gunungsitoli, Pada tanggal 16 Maret 2008. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Tetapi dalam praktek diperlukan acara lebih khusus untuk pemohon tertentu atau berkenaan dengan tanah yang dimohonkan status hak atas tanah tersebut khususnya tanah yang di peroleh melalui pewarisan yang hanya menunjukkan surat tanda bukti waris oleh si waris sesuai dengan pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Pada dasarnya setiap warga negara Indonesia berhak memohon hak atas tanah, bahkan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia juga berhak mengajukan permohonan. Akan tetapi itu dibatasi oleh peraturan-peraturan khususnya yang mengatur hubungan tanah dengan orang. Secara umum orang yang berhak memohon hak atas tanah itu adalah orang yang mempunyai hubungan hukum atau kepentingan atas tanah tersebut. Hubungan kepentingan itu bisa saja dikarenakan peristiwa hukum maupun dari perbuatan hukum. Adapun permohonan hak atas tanah yang disebabkan oleh peristiwa hukum seperti tanah yang diperoleh karena pewarisan. Memperoleh Hak Milik karena pewarisan atas sebidang tanah sebagai hasil pembagian warisan, tidak memerlukan prosedur yang demikian panjang, hal ini dikarenakan berdasarkan penjelasan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa “ Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia. Dalam arti, bahwa sejak itu para ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru . Mengenai siapa yang menjadi ahli waris diatur cukup di Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 tunjukkan dengan surat tanda bukti ahli waris dapat berupa Akta Keterangan Hak Mewaris, atau Surat Penetapan Ahli Waris atau Surat Keterangan Ahli Waris. Adapun prosedur yang harus ditempuh adalah sebagai berikut: Tahap Pertama : Permohonan atas tanah harus dilakukan secara tertulis dengan cara si pemohon mengisi formulir yang telah disediakan oleh Kantor Pertanahan setempat: 1. Jika pemohon itu perorangan maka permohonan tersebut harus memuat antara lain keterangan tentang identitas pemohon seperti: Nama, Umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaannya serta jumlah istri dan anak yang masih menjadi tanggungannya. 2. Keterangan mengenai tanahnya harus memuat tentang letak, luas dan batas- batasnya kalau ada sebutkan nomor dan tanggal surat ukurnya atau gambar situasinya. Keterangan mengenai status tanahnya harus disebutkan sertifikat atau Akta Pejabat Balik Nama atau Surat Keterangan Pendaftaran Tanah, PBB atau Tanda Bukti Hak lainnya. Jenisnya tanah pertanian atau tanah bangunan. Penguasaannya sudah atau belum dikuasai pemohon, kalau sudah dikuatkan atas dasar apa ia memperoleh dan menguasainya. Penggunaannya, direncanakan oleh pemohon akan digunakan untuk apa. Tahap kedua: Pada tahap kedua ini dapat diketahui kegiatan–kegiatan pihak pemerintah dalam menangani permohonan kepada: Kepala Sub Direktorat Agraria Kabupaten atau Kotamadya setempat. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008

H. Manfaat Pendaftaran Tanah