mengetahui faktor-faktor kendala yang di hadapi dalam pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh dari pembagian warisan berdasarkan hasil
penelitian di lapangan. Adapun kendala-kendala yang di hadapi tersebut antara lain adalah:
A. Kendala Internal
Yakni kendala yang timbul dari kalangan masyarakat itu sendiri,antara lain: 1. Faktor Budaya Hukum dan Pendidikan Masyarakat Nias
Salah satu kendala dalam melakukan proses pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh melalui pewarisan adalah akibat pengaruh
kultur sosial budaya hukum masyarakat setempat. Pada umumnya masyarakat Nias sebagaimana juga dengan masyarakat daerah lain di seluruh Indonesia
memiliki hukum adat yang berbeda. Dimana dalam masyarakat Nias hukum adat yang dimilikinya masih dijadikan sebagai norma dan pedoman dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, sehingga akibat pengaruh hukum adat tersebut segala sesuatu hal yang menyangkut tentang penyelesaian
permasalahan dalam suatu keluarga atau pun Desa selalu di utamakan penyelesaiannya secara musyawarah mufakat sesuai dengan norma dan etika
yang berlaku dalam suatu daerah hukum adat tersebut. Terkait dengan pengaruh hukum adat tersebut terhadap kalangan masyarakat Nias sehingga
keinginan untuk melakukan pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh dari pembagian warisan pun tidak begitu di utamakan dimana
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan adanya pemisahan dan pembagian melalui musyawarah mufakat bersama ahli waris yang di lakukan di bawah tangan ataupun di hadapan
notaris mereka menganggap bahwa pemisahan dan pembagian itu sudah menjadi kekuatan hukum bagi mereka ahli waris.
Disamping faktor budaya hukum masyarakat, faktor pendidikan juga sangat mempengaruhi proses pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di
peroleh dari pembagian warisan. Dimana tingkat pendidikan penduduk masyarakat Nias umumnya sangat rendah sehingga pengetahuan mereka
tentang tujuan dan manfaat pendaftaran tanah belum memadai. Ada beberapa sebab yang dapat menjelaskan rendahnya pendidikan penduduk
tersebut antara lain: 1. Keterbatasan sarana pendidikan, dimana di desa-desa hanya tersedia
Sekolah Dasar. 2. Rendahnya motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
yang lebih tinggi. Karena sebagian masyarakat berpendapat bahwa dengan pendidikan SD sudah dirasa cukup sebagai bekal kehidupan anak-anak
mereka.
3. Keterbatasan biaya sebagai akibat dari pekerjaan masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan yang penghasilannya
tergantung pada keadaan alam yang tidak menentu.
79
Dengan keterbatasan tersebut, maka masyarakat Nias lebih berpegang teguh kepada nilai-nilai dan norma kehidupan yang ada.Tingginya nilai-nilai kehidupan
hukum adat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat semakin mempengaruhi sendi–sendi kehidupan masyarakat Nias dari berbagai aspek termasuk dalam
79
Wawancara dengan Dang Rumandung Caniago, Lurah Kelurahan Ilir Kecamatan Gunungsitli, Kabupaten Nias, di Gunungsitoli, Tanggal 17 Maret 2008
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
kesadaran hukum untuk melakukan pendaftran tanah atau peralihan hak atas tanah yang diperoleh melalui pembagian warisan.
Dari hasil penelitian dalam hal pemisahan dan pembagian harta warisan atas tanah di kalangan masyarakat Nias, pada umumnya terlebih dahulu dilakukan
secara musyawarah sesama ahli waris, dalam melakukan musyawarah ini biasanya yang bertindak sebagai fasilitator untuk memandu musyawarah keluarga ini adalah
saudara yang paling tua. Apabila saudara yang paling tua tidak cakap bertindak secara hukum memandu acara tersebut maka melalui musyawarah keluarga akan
menunjuk penggantinya salah satu saudara yang memiliki kemampuan memimpin acara yang dimaksud, sedangkan apabila ahli waris masih di bawah umur atau di
bawah kekuasaan orang tua maka yang bertindak sebagai pemandu acara pemisahan dan pembagian tersebut di lakukan oleh saudara laki-laki orang tua atau
kakek dari bapak. Kemudian saudara yang paling tertua inilah memimpin musyawarah sampai
mendapat keputusan bersama. Setelah tercapainya kesepakatan diantara sesama ahli waris maka selanjutnya dilakukanlah pemisahan dan pembagian harta warisan
sesuai dengan hasil musyawarah keluarga yang disepakati sebelumnya. Dalam hal pemisahan dan pembagian harta warisan ini anak yang paling tua atau sulung
melakukan penunjukkan letak dan batas bagian masing-masing para ahli waris
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
baik secara lisan maupun dilakukan secara dibawah tangan membuat pernyataan pemisahan dan pembagian warisan ataupun dihadapan notaris
80
. Dalam pemisahan dan pembagian warisan ini biasanya di lakukan tanpa
pemisahan dan pembagian warisan secara tertulis tetapi kadang-kadang ada juga pihak keluarga menginginkan pemisahan dan pembagian harta warisan atas tanah
tersebut dilakukan secara tertulis baik yang di lakukan di bawah tangan maupun akta yang di buat di hadapan pejabat Notaris. Dan apabila diantara para ahli waris
ada yang menginginkan bukti pemisahan dan pembagian harta warisan yang telah di terima sesuai kesepakatan bagian masing-masing , maka biasanya cukup
dengan membuat pernyataan pemisahan dan pembagian warisan oleh seluruh para ahli waris dengan menyebut bagian masing-masing di dalam isi surat pernyataan
tersebut dan di setujui oleh semua para ahli waris. Sehingga proses pemisahan dan pembagian tersebut secara hukum adat sudah menjadi alat bukti yang terkuat di
antara mereka semua ahli waris.
81
Dengan melihat proses pembagian dan pemisahan harta warisan atas tanah tersebut di atas maka dengan sendirinya dapat dikatakan bahwa masyarakat Nias
lebih menjujung tinggi nilai–nilai hukum adat. Dengan pengaruh hukum adat tersebut sehingga masyarakat Nias lalai ataupun tidak memiliki kemauan untuk
mendaftarkan tanahnya kepada pemerintah dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Nias sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
80
Wawancara dengan Notaris Khaimar Harefa, Di Gunungsitoli, Tanggal 15 Maret 2008
81
Wawancara dengan Mudrik Almadany, Mantan Camat Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias, Di Medan, Tanggal 01 April 2008
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
Karena menurut mereka tanpa pendaftaranpun hak mereka masih dapat terlindungi.
82
2. Faktor Ekonomi Masyarakat Nias Secara umum masyarakat Nias memiliki mata pencaharian sebagai petani,
peternak, berkebun, nelayan, pedagang, dan bidang pemerintahan. Dengan melihat mata pencaharian masyarakat Nias tersebut maka terjadi kesenjangan,
dimana terdapat masyarakat yang sangat minim penghasilannya akan tetapi disisi lain terdapat masyarakat yang memiliki penghasilan yang cukup tinggi.
Akibat pengaruh terbatasnya pendapatan masyarakat Nias tersebut sehingga keinginan untuk melakukan pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah
sangat rendah. Dengan melihat mata pencaharian masyarakat Nias yang disebut diatas maka
keterbatasan ekonomi menjadi penghalang untuk melakukan kegiatan pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh dari
pembagian warisan. Hal ini sangat berbeda pada saat penulis melakukan pengamatan di kecamatan
Kota Gunungsitoli bahwa diketahui populasi masyarakat yang berdomisili di Kota Gunungsitoli memiliki mata pencaharian sebagai pedagang yang secara
ekonomis lebih mengetahui apa fungsi dan kegunaan dari sebuah sertipikat
82
Wawancara dengan Ma’adi Zendrato, Tokoh Masyarakat Nias, Di Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Tanggal 17 Maret 2008
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
tanah tersebut, untuk di jadikan sebagai jaminan kepada pihak bank yang ada di sekitar Kota Gunungsitoli itu. Karena umumnya para pedagang sangat
memerlukan modal untuk pengembangan kegiatan usahanya.
Pengaruh dari pada faktor ekonomi masyarakat yang masih rendah menjadi salah satu penghalang untuk melakukan pendaftaran tanah
apalagi pihak pemerintah dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten membebankan biaya yang cukup tinggi dalam rangka pendaftaran tanah,
dimana bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan dibawah standar sulit
untuk menjangkaunya, sehingga dapat membuat masyarakat
kehilangan semangat untuk melakukan pendaftaran tanahnya padahal pendaftaran hak atas tanah tersebut bertujuan untuk memberikan nilai
yuridis dan nilai ekonomis terhadap pemegang haknya. Di dalam masyarakat sampai dengan saat ini masih terdapat isu bahwa:
“ untuk pembuatan dan penerbitan sertipikat hak atas tanah dikatakan lama dan mahal.”
83
Ketidakpastian mengenai jangka waktu dan besarnya biaya yang di perlukan untuk penyelesaian permohonan, pembuatan dan penerbitan sertifikat ini
menimbulkan kesan bahwa pembuatan penerbitan sertifikat dimaksud telah memakan waktu yang lama.
3. Faktor kurang memahami fungsi dan kegunaan sertipikat
83
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Prestasi pustaka, Jakarta, 2002, hlm 128
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat Nias untuk tidak melakukan pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh
melalui pembagian warisan adalah karena pada umumnya masyarakat Nias masih banyak yang belum memahami betul fungsi dan kegunaan
sertipikat terhadap pemegang hak setelah di lakukan pendaftaran tanah atau peralihan
hak atas
tanah, hal ini memang sangat di pengaruhi oleh faktor pemikiran atau
minimnya tingkat pendidikan masyarakat Nias. Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya arti sebuah sertipikat juga hal ini di sebabkan kurangnya penyuluhan dan penerangan tentang pendaftaran tanah yang di lakukan oleh
pemerintah ataupun dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Nias untuk
memberikan pemahaman
apa fungsi dan manfaat sertipikat kepada
pemegang haknya.
Kegiatan program pelaksanaan penyuluhan dan penerangan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan menyangkut tentang pendaftaran tanah yang diadakan
di sekitar Kota di Gunungsitoli tidak pernah dilakukan apalagi di luar Kota Gunungsitoli.
84
Bagi masyarakat Nias, surat pernyataan bersama pembagian warisan yang sudah disepakati memuat tentang siapa ahli waris, dan bagian masing – masing
atas tanah tersebut sudah merupakan sebagai alat bukti yang terkuat bagi para ahli waris. Artinya mereka menganggap bahwa tanpa dilakukan pendaftaran
84
Wawancara dengan Syamsir Zebua, Kepala Lingkungan Kelurahan Pasar Kecamatan Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Di Gunungsitoli, Tanggal 20 Maret 2008
Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008.
USU e-Repository © 2008
tanah atau peralihan hak atas tanah yang di dapatkan melalui pembagian warisan ini tidak lagi mempengaruhi kekuatan hukum atas hak kepemilikan mereka
masing–masing untuk menguasai dan memanfaatkan serta memilikinya dan mereka menganggap bahwa atas pengakuan dan surat pernyataan bersama para
ahli waris itu sudah menjadi jaminan hukum bagi mereka para ahli waris. Bahwa setelah di lakukan pemisahan pembagian warisan berdasarkan
pengakuan dan surat pernyataan bersama oleh para ahli waris dan untuk seterusnya mereka lebih cenderung melakukan pengadministrasian pengurusan alas haknya
melalui Surat Keterangan dari Kelurahan ataupun Surat Keterangan Camat SK Camat di mana mereka berada. Di alam pikiran mereka dengan adanya surat
keterangan Lurah ataupun Surat Keterangan Camat SK Camat sudah memberikan jaminan hukum bagi mereka para ahli waris dan apalagi dalam
proses mendapatkan surat keterangan lurah ataupun Surat Keterangan Camat tersebut lebih mudah di bandingkan dengan kepengurusan di Kantor Pertanahan
yang penuh dengan syarat-syarat administrasi dan birokrasi yang berbelit-belit dan berkepanjangan, sehingga masyarakat semakin rendah minatnya melakukan
pendaftaran tanah atau peralihan hak atas tanah yang di peroleh melalui pembagian warisan.
B. Kendala eksternal, Yaitu kendala yang timbul dari Kantor Pertanahan Kabupaten Nias,antara lain: