Sistem Pemisahan dan Pembagian Hak Atas Tanah Dari Warisan

D. Sistem Pemisahan dan Pembagian Hak Atas Tanah Dari Warisan

Menurut Pasal 1066 ayat 1 KUH Perdata bahwa tiada seorangpun yang mempunyai bagian dalam harta peninggalan diwajibkan menerima berlangsungnya harta peninggalan itu dalam keadaan tak terbagi Harta peninggalan dalam keadaan tak terbagi tersebut dapat dimintakan dipisah bagikan antara sesama pemilik serta, walaupun ada larangan untuk melakukannya. Larangan tersebut terjadi apabila pewaris meninggalkan surat wasiat yang melarang melakukannya suatu pemisahan dan pembahagian terhadap harta warisan yang ditinggalkan, tetapi hal itu tidak dapat berlangsung terus karena aya 4 dari Pasal 1066 KUHPerdata mengatakan bahwa: “Persetujuan yang sedemikian hanyalah mengikat untuk 5 tahun, namun setelah lewatnya tenggang waktu ini dapatlah persetujuan itu diperbaharui”. Suatu kepemilikan bersama tidaklah dapat berlangsung terus dalam keadaan yang tidak terbagi. Untuk mengakhiri keadaan yang tidak terbagi tersebut maka para pemilik harus melakukan pemisahan dan pembagian terhadap kepemilikan bersama tersebut. Menurut Pasal 1069 KUHPerdata yakni: Jika sekalian ahli waris dapat bertindak bebas dengan harta benda mereka, dan mereka itu kesemuanya berada ditempat, maka pemisahan harta peninggalan dapat dilakukan dengan cara sedemikian serta dengan perbuatan yang sedemikian sebagaimana yang dikehendaki mereka. Selanjutnya Pasal 1074 KUHPerdata mengatakan: Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 ”pemisahan harta peninggalan dilaksanakan dalam suatu akta dimuka seorang notaris yang dipilah oleh para pihak atau jika ada perselisihan diangkat oleh Pengadilan Negeri atas surat permohonan dari para pihak yang berkepentingan yang teramat bersedia” Berdasarkan ketentuan Pasal 1069 dan Pasal 1074 KUHPerdata tersebut diatas dapat dilihat kemungkinan adanya tindakan pemisahan boedel yang dituangkan dalam akta yang bentuknya berlain-lainan. Kalau semua pemilik serta adalah orang-orang yang cakap untuk bertindak dan kesemuanya hadir pada waktu pemisahan, maka bentuk perjanjian pemisahannya adalah bebas, sesuai dengan yang dikehendaki mereka sendiri, sehingga bisa dalam bentuk dibawah tangan maupun yang dibuat secara notaril. Secara teoritis dapat juga dibuat dengan lisan, meskipun dalam Pasal 1069 KUHPerdata ada dikatakan tentang “akta”. Tetapi kata akta ditafsirkan sebagai “tindakanhandeling” dan bukan “tulisangeschrift” 37 Dalam hal semua pemilik telah dewasa ataupun bebas mengurus harta bendanya untuk melakukan pemisahan dan pembagian dengan bentuk akta dibawah tangan, maka akta tersebut harus dilegalisasi. 38 dan terhadap harta peninggalan tidak perlu diadakan penafsiran harga taxatie. Para pemilik serta dapat membagi harta 37 J. Satrio, Hukum Waris Tentang Pemisahan Boedel, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, Hlm 168 38 Legalisasi maksudnya untuk menunjukkan bahwa ada orang yang menjamin kebenaran dari akta di bawah tangan yang di buat oleh pemilik serta tersebut. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 peninggalan tersebut kepada masing-masing pemilik serta sesuai dengan kesepakatan di antara mereka. 39 Pemisahan dan pembagian harta warisan dapat juga dilakukan secara terpaksa. Hal ini terjadi apabila ada salah satu ahli waris yang tidak setuju atas pemisahan dan pembahagian harta warisan tersebut maka dilakukan pemisahan dan pembagian secara paksa dengan keputusan Pengadilan Negeri. Demikian juga halnya apabila semua pemilik serta mengadakan pemisahan dan pembahagian secara lisan harus dilakukan dengan kesepakatan antara semua pemilik serta yang telah bebas menyatakan kehendaknya, tetapi tidak tertutup kemungkinan oleh para ahli waris tersebut melakukan pemisahan dan pembagian dengan akta notaris oleh orang-orang yang telah bebas menentukan haknya. Pada dasarnya mereka melakukannya dengan kesepakatan dan membaginya dengan mengelompokkan harta bendanya. Akta pemisahan dan pembahagian seperti ini disebut dengan akta pemisahan dan pembagian kelompok perkelompok. 40 Untuk melaksanakan pemisahan dan pembagian ini ada beberapa syarat yaitu: 1. Bahwa semua pemilik serta hadir atau berada ditempat. Tidak perlu semuanya hadir secara pribadi persoonlijk, melainkan dapat diwakili oleh kuasanya. 39 Maksud pasal 42 PP 241997 dalam sistem pemisahan dan pembagian terhadap harta warisan adalah lebih berbasis pada pengelompokkan dan bukan pada basis penaksiran,sedangkan penaksiran akan di lakukan apabila di antara para ahli waris tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum. 40 Ada beberapa cara untuk melakukan sistem pemisahan dan pembagian yakni 1.secara paksa dilakukan apabila salah satu ahli waris tidak setuju melakukan pemisahan dan pembagian boedel warisan melalui putusan pengadilan, 2. Dilakukan melalui musyawarah mufakat diantara para ahli waris yang telah bebas kehendaknya melakukan perbuatan hukum dapat dilakukan dibawah tangan atau juga akta yang di buat oleh notaris. 3. Dilakukan dengan akta notaris,sesuai dengan perintah pasal 1070 KUHPerdata dilakukan apabila salah satu ahli waris tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 2. Bahwa semua pemilik serta mempunyai kebebasan untuk mengurus vrijebeheer atas harta mereka. 41 Jika ada para pihak yang tidak bebas untuk mengurus harta bendanya, maka pemisahan dan pembahagian harus dilakukan dengan akta notaris, hal ini sesuai dengan Pasal 1070 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: Pemisahan harta peninggalan tidaklah dapat dimintakan atas nama orang-orang yang tidak dapat bertindak bebas dengan harta benda mereka, melainkan dengan mengindahkan peraturan-peraturan yang diberikan mengenai orang- orang yang demikian dalam Undang-undang. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa bentuk pemisahan dan pembagian dapat dilakukan berdasarkan Pasal 1069 dan Pasal 1074 KUHPerdata, yaitu dalam bentuk dibawah tangan, lisan maupun dengan bentuk akta notaril, sesuai dengan yang dikehendaki oleh mereka yang pemilik sertanya merupakan orang yang bebas menyatakan kehendaknya. Tetapi apabila salah seorang tidak cakap membuat kehendaknya maka bentuk pemisahan dan pembahagiannya harus dibuat dengan akta notaril. Pemisahan dan pembahagian harta warisan dengan bentuk akta notaril yang pihaknya turut orang yang tidak bebas menyatakan kehendaknya sistematikanya sebagai berikut: 42 1. Judul akta 2. Nomor akta 41 Komar Andarsasmita, Notaris III, Hukum Harta Perkawinan Dan Waris Menurut KUHPerdata Teori Dan Praktek INI, Jawa Barat 1987. Hlm. 168-169. 42 Kehendak sistematika dalam melakukan pemisahan dan pembagian ini berbasis taksasi dan bukan pengelompokkan. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 3. Hari, tanggal, dan nama notaris yang membuat akta 4. Komparisi, yang menguraikan tentang siapa-siapa yang menghadap oleh para ahli waris yang sah yang hadir langsung maupun yang diwakili melalui surat kuasa khusus 5. Premise, yang menguraikan uraian-uraian yang mengarah kepada dilakukannya pemisahan dan pembahagian tersebut antara lain perihal a. Siapa yang meninggal, kapan meninggalnya dengan menyebutkan dasarnya tanggal dan nomor akta kematiannya serta nama pejabat yang menerbitkannya. b. Bagaimana dan dengan siapa simendiang kawin semasa hayatnya serta uraian status perkawinannya dan berapa anaknya yang lahir dari perkawinan itu, juga diuraikan mengenai siapa lagi keluarga sedarah yang ditingalkan bila tidak ada istri dan anak-anak yang ditinggalkannya dan susunan keluarga sedarah yang lebih jauh derajatnya bila diperlukan atau adakah anak adopsi dan anak diakui akan berpengaruh terhadap portie. c. Bila meninggalkan janda diuraikan klausula yang dimaksudkan dalam Pasal 348 KUHPerdata jo Pasal 2 KUHPerdata. d. Apakah ada wasiat atau surat-surat lain yang mempunyai kekuatan sebagai wasiat yang ditinggalkan oleh simendiang dan keberadaan surat wasiat ini sedapat-dapatnya dibuktikan dengan surat keterangan tertulis yang diterbitkan oleh Daftar Pusat Wasiat Departemen Kehakiman Republik Indonesia demi kepastian hukum. e. Siapa yang merupakan ahli waris dan berapa porsinya. Apa yang diuraikan dalam butir 5 ini lazim dikenal dengan sebutan surat keterangan hak waris verklaring van erfricht yang dalam prakteknya dapat dibuat tersendiri, akan tetapi lazimnya disatukan pembuatannya dengan akta pemisahan dan pembahagiannya. 6. Uraian bahwa para ahli waris telah melaksanakan pendaftaran harta boedelbeschrijving 7. Uraian bahwa untuk dan atas nama ahli waris yang masih dibawah umur telah dilaksanakan penerimaan warisan dengan hak beneficiair beneficiare boedel aanvaarding 8. Uraian bahwa para penaksir yang akan melaksanakan penaksiran atas boedel waris tersebut telah mengangkat sumpah dihadapan Pengadilan Negeri yang berwenang. 9. Uraian tentang nilai taksasi atau penaksiran atas harta yang akan dipisah bagi itu berdasarkan Berita Acara Penaksiran yang dibuat oleh para penaksir taxateur 10. Uraian untuk memanggil para kreditur telah ditempatkan iklan dalam Berita Negara sekaligus penentuan kapan hendak dilakukan perkiraan dan tanggung jawab rekening en verantwoording Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 11. Uraian bahwa perkiraan dan pertanggung–jawaban rekening en verantwoording telah diberikan atau penjelasan mengapa perkiraan itu tidak dibuat. 12. Uraian mengenai objek yang hendak dibagi sekaligus menyebutkan berapa nilainya menurut berita acara penaksiran yang telah dibuat oleh para penaksir. 13. Uraian berapa besarnya hak masing-masing ahli waris atas objek doedel yang hendak dipisah-bagi itu. 14. Uraian mengenai siapa siapa-siapa ahli waris yang memperoleh benda yang dipisah-bagi itu secara in natura dengan menyebutkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. 15. Pembagian kuasa kepada ahli waris yang memperoleh benda yang dipisah- bagi itu secara in natura, sedemikian rupa supaya dapat dilaksanakan balik nama ke atas namanya sebagai pemilik benda itu. 16. Uraian mengenai penyimpanan dokumen sebagaimana yang disebutkan oleh Pasal 1082 KUHPerdata. 17 . Pilihan domicilie dan penutup akta. 43 Sistematika akta tersebut diatas merupakan sistematika yang umum dipergunakan dalam akta pemisahan dan pembahagian terhadap golongan orang-orang yang tunduk kepada hukum Perdata Barat dalam hal adanya pihak yang tidak bebas menyatakan kehendaknya. Dalam hal para pihaknya merupakan orang-orang yang bebas menyatakan kehendaknya, mengadakan pemisahan dan pembahagian dengan akta notaris maka sistematikanya juga sama, tetapi tidak ada uraian tentang penerimaan warisan dengan hak beneficiair beneficiaire boedel aanvaarding dan tidak ada taxatie karena penerimaan warisan dengan hak beneficiare hanya dilakukan apabila ada orang yang tidak bebas menyatakan kehendaknya menjadi pihak dalam pemindahan dan pembahagian harta warisan tersebut. 44 Pemisahan dan pembahagian 43 Syahril Sofyan, Hukum Waris Ditinjau Dari Sudut Praktek di Balai Harta Peninggalan, Makalah, Medan, 1994. 44 Terhadap penerimaan warisan dengan hak beneficiair hanya di lakukan terhadap orang- orang yang tidak bebas menyatakan kehendaknya dan juga di bolehkan terhadap orang yang telah dewasa . Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 yang para pihaknya merupakan orang-orang yang bebas menyatakan kehendaknya, pada umumnya dilakukan tanpa taxatie dan penilaian atas objek pemisahan di lakukan dalam akta itu sendiri. Pemisahan dan pembagian yang umum dilakukan oleh orang-orang yang bebas menyatakan kehendaknya adalah pemisahan dan pembagian secara perkelompok atau perkapling tanpa menilai keseluruhan harta benda oleh para ahli taksir. Suatu harta yang pemilikan bersama harus dipisah dan dibagikan, baik pemilikan bersama yang bebas maupun pemilikan bersama yang terikat, terhadap pemilikan bersama atas suatu tanah, Pasal yang mengaturnya terdapat dalam Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah yaitu: “Pembagian hak bersama atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun menjadi hak masing-masing pemegang hak bersama di daftar berdasarkan akta yang di buat PPAT yang berwenang menurut peraturan yang berlaku yang membuktikan kesepakatan antara para pemegang hak bersama mengenai pemegang hak bersama tersebut”. 45 Dalam pembagian tersebut tidak harus semua pemegang hak bersama memperoleh bagian. “Pembagian harta warisan seringkali yang menjadi pemegang hak individu hanya sebagian dari keseluruhan penerima warisan, asalkan hal tersebut disepakati oleh seluruh penerima warisan sebagai pemegang bersama. Dalam praktek 45 Pembagian harta bersama atas tanah atau satuan rumah susun tidak hanya di lakukan berdasarkan akta PPAT tetapi dapat juga dapat di lakukan berdasarkan akta notaris sesuai dengan Pasal 42 PP 241997 diamana warisan atas tanah tersebut masih terdaftar atas nama si pewaris. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 sering dilakukan dengan penolakan warisan, baik yang di buat oleh Notaris maupun di bawah tangan”. 46 Boedel adalah keseluruhan harta vermogen seseorang dalam arti keseluruhan aktiva dan pasiva. 47 Dengan demikian boedel itu sama dengan harta kekayaan. Kekayaan bukan benda tertentu, namun merupakan sekelompok benda, serta dengan hutang-hutangnya pasivanya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban. Yang dimaksud adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan yang bisa beralih dan dialihkan. Boedel waris merupakan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris yang setelah meninggal dunia dan harta tersebut akan menjadi harta peninggalan. Harta peninggalan atau warisan merupakan boedel waris. Harta peninggalan merupakan pemilik bersama terikat yang dimiliki oleh beberapa ahli waris, yang membutuhkan pemisahan dan pembahagian untuk di alihkan atas nama masing-masing ahli waris. Pemisahan dan pembagian terdiri dari istilah “pemisahan” dan istilah “pembagian” yang masing-masing mempunyai arti tersendiri. Pemisahan adalah mengeluarkan masing-masing dari keseluruhan, menetapkan kapling-kapling, sedangkan pembagian adalah memberikan porsi-porsi kepada orang- orang yang berhak. 48 46 Wawancara dengan Notaris Darius Duhuzaro Gulo, Di Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Tanggal 18 Maret 2008. Penolakan terhadap warisan harus terjadi dengan tegas dan di lakukan dengan suatu pernyataan yang di buat di kepaniteraan pengadilan negeri dan si waris yang menolak warisannya,dianggap tidak pernah telah menjadi waris Pasal 1058 KUHPerdata dan penolakan warisan hanya berlaku terhadap orang-orang yang tunduk kepada KUHPerdata. 47 J. Satrio, Hukum Waris, Alumni Bandung, 1992, hlm. 1 48 Seri-Pitlo, Hukum Waris Buku Dua, Diterjemahkan oleh F. Tengker, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, Hlm. 161. Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008 Undang-undang tidak memberikan pembatasan tentang pemisahan. Kata pemisahan dan kata pembagian sering diartikan menjadi satu “pemisahan dan pembagian”. Dan kata pemisahan dan pembagian dapat dilihat dalam suatu judul akta. Undang-undang yang mengatur cara-cara memperoleh suatu hak kebendaan, yaitu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata yang mengatur: Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena daluarsa, karena pewarisan, baik menurut surat wasiat, dan karena atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Kepemilikan hak atas tanah dapat diperoleh dengan cara beralih atau dialihkan. Beralih artinya berpindahnya hak milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan suatu peristiwa hukum. 49 misalnya dengan meninggalnya pemilik tanah, maka haknya secara hukum berpindah kepada ahli warisnya sepanjang ahli warisnya memenuhi syarat-syarat sebagai subyek hak milik. Hak atas tanah dan bangunan, salah satunya dapat diperoleh melalui penunjukan atau penyerahan berdasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik yang dilakukan berdasarkan hukum kepada yang berhak atas benda tersebut. 49 Urip Santoso, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm 91 Aliyusran Gea: Kajian Pendaftaran Tanah Dari Pembagian Warisan Setelah PP 24 Tahun 1997 Studi Penelitian Di Kecamatan gunung Sitoli Kabupaten Nias, 2008. USU e-Repository © 2008

E. Pelaksanaan Pembagian Warisan Menurut Hukum Waris Adat Nias