Dari uraian di atas maka perbuatan yang tidak patut dilakukan dan sangat bertentangan dengan etika pengadaan adalah apabila salah satu pihak atau keduanya
secara bersama-sama melakukan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN.
2. Norma Pengadaan Barang dan Jasa
Agar tujuan pengadaan barang dan jasa dapat tercapai dengan baik, maka semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan harus mengikuti norma yang
berlaku. Suatu norma baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, karena norma pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain atau
terhadap lingkungannya
71
Sebagaimana norma lain yang berlaku, norma pengadaan barang dan jasa terdiri dari norma tidak tertulis dan norma tertulis. Norma tidak tertulis pada umumya
adalah norma yang bersifat ideal, sedangkan norma tertulis pada umumnya adalah norma yang bersifat operasional.
3. Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan yang dipraktikkan secara nasional dan internasional, yaitu prinsip
efisiensi, efektifitas, persaingan sehat, keterbukaan transparansi, tidak diskriminasi,
71
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan , Dasar-dasar dan Pembentukannya, Jakarta Kanisius, 1998
Mangaratua Naibaho : Persekongkolan Tender Pengadaan BarangJasa Pemerintah Dalam Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Kota Pematang Siantar Ditinjau Dari UU Nomor 5 Tahun 1999 Studi Kasus RSU Kota
Pematang Siantar, 2009 USU Repository © 2008
dan akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No.80 tahun 2003 Pasal 3 huruf a sampai dengan huruf f sebagai berikut:
a. Efisien
b. Efektif
c. Persaingan sehat
d. Terbuka transparansi
e. Tidak Diskriminatif Adil
f. Akuntabilitas
4. Kebijakan Umum Pengadaan barangjasa
Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang jasa adalah: a.
Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja
dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional;
b. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok
masyarakat dalam pengadaan barang dan jasa; c.
Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang daan jasa;
d. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab pengguna,
panitiapejabat pengadaan, dan penyedia barang dan jasa; e.
Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;
Mangaratua Naibaho : Persekongkolan Tender Pengadaan BarangJasa Pemerintah Dalam Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Kota Pematang Siantar Ditinjau Dari UU Nomor 5 Tahun 1999 Studi Kasus RSU Kota
Pematang Siantar, 2009 USU Repository © 2008
f. Menumbuhkan peran serta usaha nasional;
g. Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang dan jasa dilakukan di
dalam wilayah Negara Republik Indonesia. h.
Kewajiban mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan barang dan jasa kecuali pengadaan barang dan jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal
pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas.
5. Metode Pemilihan Penyedia BarangJasa