Sengketa Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas

Agar semua pihak mempunyai pandangan yang sama atau paling tidak hal apa yang dilarang dan dibolehkan dalam menjalankan jual beli, perlu suatu produk hukum. Dalam Produk hukum tentang persaingan usaha dan larangan praktik monopoli ditetapkan lembaga yang mengawasi. Tepatnya dalam Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disebutkan, untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawasa Persaingan Usaha KPPU. KPPU adalah lembaga independen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. 76

C. Sengketa Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas

Dalam perjanjian jual beli Semen Andalas ini sengketa yang timbul dapat digolongkan atas 2 dua bagian yaitu : 1. sengketa yang timbul antara PT lafarge Cement Indonesia dengan distributor 2. sengketa yang timbul antara distributor dengan konsumen end-user atau melalui subdistributor dan pengecer. Ad.1. Sengketa yang timbul antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor Merupakan sengketa yang terjadi karena disebabkan oleh adanya tindakan- tindakan dari distributor yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT Lafarge Cement Indonesia, seperti : tidak melakukan pembayaran dengan semestinya sesuai yang telah diperjanjikan sebelumnya, 76 Sentosa Sembiring, Op.Cit , hal.224 Universitas Sumatera Utara membuat tanda-tanda lain iklan, nama dan sebagainya pada kantong-kantong semen Andalas tanpa persetujuan dari pihak PT Lafarge Cement Indonesia. Ad.2. Sengketa yang timbul antara distributor dengan konsumen Hal ini biasanya terjadi disebabkan terjadinya kerusakan dan kebocoran terhadap kantong semen. Dalam hal ini, konsumen hanya bisa melakukan penuntutan hanya terhadap distributor. Sengketa yang timbul dalam perjanjian jual beli ini disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga menimbulkan kerugian pada salah satu pihak. Dimana dalam Surat Perjanjian Distribusi Nomor 024-30COMLOG11 disebutkan distributor mempunyai kewajiban : a melakukan pembayaran tunai atau kredit untuk pembelianpemesanan Semen, serta menyerahkan DSG danatau Bank Garansi; b melapor kepada Kantor Wilayah Departemen Perdagangan setempat atau instansi lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehubungan dengan penunjukannya sebagai Distributor, dengan tembusan kepada PT Lafarge Cement Indonesia; c apabila diminta oleh PT Lafarge Cement Indonesia, menyerahkan i laporan penjualan yang melaporkan volume penjualan, daerah tujuan lokasi penjualan, serta nama-nama langganan dan jumlah penjualan pada setiap langganan, atau ii laporan mengenai segala hal yang mempengaruhi kegiatan pemasaran Semen di masing-masing daerah penjualan; d kecuali tidak tersedia Semen, memenuhi target pembelianpenjualan Semen minimal 1 ton per bulan atau minimal102,000 ton per tahun “target pembelianpenjualan Semen”, dan akan melakukan segala usaha yang optimal untuk mencapai target pembelianpenjualan Semen tersebut. Apabila target pembelianpenjualan Semen tidak dapat dipenuhi, maka PT Lafarge Cement Indonesia dapat mengakhir Perjanjian ini; e mengikuti Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Safety and Health Policy yang berlaku di PT Lafarge Cement Indonesia, termasuk bertanggung jawab terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja sub- distributor, pengecer atau para pengangkut Semen, yang memasuki wilayah tempat usaha PT Lafarge Cement Indonesia, termasuk pabrik Universitas Sumatera Utara dan terminal, dan kondisi truk yang digunakan untuk mengangkut Semen; f melindungi dan melepaskan PT Lafarge Cement Indonesia dari setiap tuntutan, biaya, kerugian atau kerusakan yang ditimbulkan dari i tuntutan pihak ketiga, apabila Distributor menyalahgunakan kekuasaan atau kewenangannya berdasarkan Perjanjian ini, dan ii tindakan atau kelalaian Distributor, pegawai, kuasanya atau pengurusnya sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini atau kewajiban kepada pihak ketiga lainnya; g membela PT Lafarge Cement Indonesia atas semua tuntutan dan proses hukum yang ditujukan kepada PT Lafarge Cement Indonesia sehubungan dengan tindakan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5.1 e, dan harus membayar seluruh kerugian dan jumlah yang harus dibayar PT Lafarge Cement Indonesia dalam perkara atau proses hukum tersebut; h dan juga memastikan bahwa para sub-distributor atau pengecer, untuk tunduk pada setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya perundang-undangan yang berkaitan dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan peraturan pelaksana lainnya. 77 Distributor menyatakan dan menjamin bahwa: a Distributor adalah suatu perseroan terbatas atau persekutuan komanditerperdata yang didirikan berdasarkan peraturan perundang- undangan Republik Indonesia, dan mempunyai kewenangan korporasi serta kewenangan hukum yang penuh untuk membeli Semen serta memberikan Bank Garansi atau DSG; b Distributor telah memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan Nomor Registrasi Nomor Registrasi 062-20Sales13 untuk melakukan kegiatan di bidang perdagangan barang; c Distributor memiliki domisili hukum yang terdaftar secara sah sebagaimana dinyatakan dalam bagian awal Perjanjian ini yang dibuktikan dengan Tanda Daftar Perusahaan Nomor 031-30Comlog11; d perwakilan Distributor yang menandatangani Perjanjian ini adalah perwakilan yang sah, memiliki wewenang dan telah mendapatkan persetujuan untuk mewakili Distributor dalam membuat Perjanjian ini, yang jika diperlukan akan melampirkan Surat Kuasa dari pihak yang berwenang mewakili Distributor; e Distributor akan melindungi dan melepaskan PT Lafarge Cement Indonesia, sebagai pihak yang beritikad baik dan kewajiban-kewajiban 77 Surat Perjanjian Distribusi Nomor 024-30COMLOG11 Universitas Sumatera Utara yang timbul karena tindakan atau kelalaian Distributor serta akan bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dan kewajiban-kewajiban tersebut. 78 D. Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas Antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan Distributor Pada dasarnya, para pihak yang terlibat dalam perjanjian jual beli ingin agar segala sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Akan tetapi, adakalanya apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak tidak dapat dilaksanakan karena salah satu pihak mempunyai penafsiran yang berbeda dengan apa yang telah disetujui sebagaimana yang tercantum dalam kontrak sehingga dapat menimbulkan perselisihan Dalam menjalankan kegiatan Perjanjian Jual Beli, kemungkinan timbulnya sengketa suatu hal yang sulit dihindari. oleh karena itu, dalam peta bisnis modern dewasa ini mencoba meminimalisasi terjadinya sengketa. Langkah yang ditempuh adalah, para pelaku bisnis sudah mulai mengantisipasi atau paling tidak dengan melibatkan para penasihat hukum legal advicer dalam membuat dan ataupun menganalisis kontrak yang akan ditandatangani oleh pelaku usaha. yang menjadi soal adalah, bagaimana halnya kalau pada awal dibuat kontrak, para pihak hanya saling mengandalkan rasa percaya, kemudian timbul sengketa, bagaimana cara penyelesaian sengketa yang tengah dihadapi pebisnis. Didalam pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dijelaskan bahwa “setiap orang yang mengendalikan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, 78 Ibid Universitas Sumatera Utara menunjuk suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. 79 Dijelaskan dalam akta perjanjian yang dibuat oleh pihak PT Lafarge Cement Indonesia dan telah disetujui oleh pihak distributor yang telah melakukan perjanjian jual beli dengan PT Lafarge Cement Indonesia bahwa, dalam hal distributor melakukan pelanggaran, maka PT Lafarge Cement Indonesia menuntut ganti rugi atas segala kerugian yang timbul dari pelanggaran atau wanprestasi yang dilakukan distributor, danatau menotong pembayaran tagihan distributor sebesar kerugian yang timbul dan distributor tetap wajib membayar sisa tagihan pembayaran yang dipotong. Perjanjian jual beli semen Andalas yang dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor dilakukan dengan memakai perjanjian baku, dimana para pihak dalam perjanjian tersebut dibebani suatu hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian ini dituangkan dalam suatu surat perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak sebelum perjanjian itu dilaksanakan. Oleh karena itu kedua belah pihak yang bersangkut dalam perjanjian itu harus memenuhi hak dan kewajibannya. Pelanggaran terhadap hak dan kewajiban dalam perjanjian itu dapat berakibat timbulnya sengketa di antara para pihak sehingga perjanjian itu harus diakhiri karena para pihak telah melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. 79 R.subekti, Op.Cit Hal.397 Universitas Sumatera Utara Adapun hak dan kewajiban PT Lafarge Cement Indonesia sebagai penjual semen Andalas menurut Surat Perjanjian Distribusi No. 024-30COMLOG11 sebagai berikut : 1. Pihak PT lafarge Cement Indonesia berhak mengawasi dan memberi petunjuk pada pihak distributor untuk mentaati isi dari perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak 2. Pihak PT Lafarge Cement Indonesia wajib untuk memberikan faktur pembelian apabila pihak distributor telah mengambil semen setelah diterimanya nota pengiriman delivery note yang telah diterbitkan oleh PT Lafarge Cement Indonesia sesuai dengan jumlah pembayaran yang telah diterima PT Lafarge Cement Indonesia. 3. Pihak PT Lafarge Cement Indonesia mempunyai hak mutlak menetapkan harga semen Andalas kepada pihak distributor 4. Pihak PT Lafarge Indonesia wajib menjamin kelayakan dan kerusakan semen sebelum semen diambil oleh distributor 5. Pihak PT Lafarge Cement Indonesia dan pihak distributor wajib mentaati dan melaksanakan isi perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak 6. PT Lafarge Cement Indonesia berhak mencairkan DSG Distributor Security Guarantee atau Jaminan Tunai Distributor apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : a. Distributor melanggar ketentuan-ketentuan dalam perjanjian yang ditentukan, danatau Universitas Sumatera Utara b. Distributor memiliki kewajiban pembayaran yang tidak dapat dipenuhi, sehingga DSG diperhitungkan sebagai bagian pembayaran kewajiban tersebut. 7. PT Lafarge Cement Indonesia berhak mencairkan Bank Garansi apabila : a. Distributor melanggar ketentuan perjanjian ini; danatau b. Distributor memiliki kewajiban pembayaran yang tidak dapat dipenuhi, sehingga Bank Garansi diperhitungkan sebagai bagian pembayaran kewajiban tersebut. 8. PT Lafarge Cement Indonesia berhak untuk mengakhiri perjanjian sepihak tanpa kewajiban untuk memberikan ganti rugi apa pun kepada distributor apabila : a. pernyataan dan jaminan sebagaimana diatur pada pasal 12 tidak benar atau tidak akurat; b. Distributor tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan pada perjanjian ini; c. Distributor tidak memenuhi target yang telah disepakati bersama; atau d. Distributor terbukti telah mengalihkan kewajibannya yang ditetapkan pada perjanjian ini kepada pihak lain tanpa ijin tertulis terlebih dahulu pada PT lafarge Cement Indonesia. Adapun hak dan kewajiban Distributor sebagai pembeli semen Andalas, dalam hal ini pihak distributor di dalam Surat Perjanjian Distribusi No. 024- 30COMLOG11 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Pihak distributor wajib melakukan pembayaran baik secara tunai maupun kredit setelah melakukan pemesanan 2. Pihak distributor wajib melapor kepada PT Lafarge Cement Indonesia sehubungan dengan penunjukannya sebagai distributor kepada kantor wilayah departemen perdagangan setempat atau instansi lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tembusan kepada PT Lafarge Cement Indonesia 3. Distributor wajib melindungi, melepaskan dan membayar kepada PT Lafarge Cement Indonesia dari setiap tuntutan, biaya, kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan dari: a. tuntutan pihak ketiga, apabila distributor telah menyalahgunakan kekuasaan atau kewenangan berdasarkan perjanjian ini;dan b. setiap tindakan atau kelalaian distributor, pegawai, kuasa-kuasanya, wakil atau pengurusnya sehubungan dengan pelaksaan Perjanjian ini atau kewajiban kepada pihak ketiga lainnya. Sengketa yang timbul dalam perjanjian jual beli ini disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga menimbulkan kerugian pada salah satu pihak. Sengketa yang timbul dalam perjanjian jual beli semen Andalas biasanya diusahakan penyelesaiannya dengan jalan musyawarah. Musyawarah merupakan suatu penyelesaian yang lebih menguntungkan kedua belah pihak dibandingkan Setiap dan seluruh perselisihan, kontroversi dan konflik antara Para Pihak sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian, harus sedapat mungkin diselesaikan Universitas Sumatera Utara secara damai dengan musyawarah mufakat. Apabila tidak tercapai suatu kesepakatan, maka Para Pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya kepada Pengadilan Negeri Medan. Jika pilihannya penyelesaian dilakukan melalui lembaga peradilan, para pihak harus memperhatikan asas yang berlaku dalam gugat-menggugat melalui pengadilan. 80 Penyelesaian sengketa oleh PT Lafarge Cement Indonesia dengan pihak Distributor dapat dipilih lewat lembaga peradilan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni pihak penggugat wajib membuktikan kebenaran dalilnya. Di samping itu, penggugat harus tahu persis di mana tempat tinggal tergugat, sebagai gugatan harus diajukan di tempat tinggal tergugat. Asas ini dikenal dengan istilah Actor Secuitor Forum Rei 81 . 80 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal.239 81 Ibid , hal.240 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN