penyebab atas kerugian yang diderita. Kerugian ini bisa saja disebabkan adanya
musibah seperti bencana alam atau karena kelalaian manajemen nasabah.
Adapun resiko yang dihadapi Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati dalam memberikan pembiayaan proyek dengan akad musyarakah antara lain gagal
proyek, dimana proyek yang akan dibangun oleh nasabah dengan Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati tidak diteruskan pembangunnya atau gagal dan
mengakibatkan kerugian pada Bank BNI Syariah. selain gagal proyek, resiko yang dihadapi oleh Bank BNI Syariah Cabang Fatmwatu dalam menyalurkan
pembiayaan proyek dengan akad musyarakah adalah uang atau dana tidak digunakan untuk pembangunan proyek yang telah disepakti oleh Bank BNI
Syariah dan pemberi kerja tidak mampu membayar setelah proyek selesai.
Demi menghindari resiko di atas, maka pihak Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati selalu menekankan kepada mitranya agar berlaku jujur, melakukan
analisa history perusahaan yang dibiayai dapat diukur, pemantuan penggunaan dana dengan menggunakan sistem di Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati dan
melakukan analisa kemampuan pemberi kerja. Adapun contoh perhitungan bagi hasil di Bank BNI Syariah Cabang
Fatmawati dapat dilihat dibawah ini: Dimisalkan, PT ABC akan membangun proyek dengan nilai proyek
Rp100.000.000., dengan jangka waktu 5 bulan. namun untuk menjalankan
proyek tersebut PT ABC tidak dapat sendiri, maka PT ABC mengajukan kerjasama kepada PT XYZ dengan memberikan uang muka 30 dari nilai
proyek dan sisanya setelah proyek selesai dikerjakan. Setelah PT XYZ memperhitungkan nilai proyek tersebut HPP nya sebesar Rp.70.000.000.
Nilai proyek 100.000.000
Jangka waktu 5 Bulan
HPP 30
HPP Nominal 30.000.000
Laba Kotor 70.000.000
Pembiayaan maksimum Bank BNI 70 70.000.000
Dengan begitu bank BNI Syariah, bisa memberikan fasilitas pembiayaan proyek pada PT XYZ.
Equvalent rate bagi hasil 11 an sekali Proyek dengan jangka waktu 5 Bulan
Dan keuntungan yang didapatkan Bank dan nasabah 512 x 11 x Rp 70.000.000 = 3.208.334
Dengan ketentuan nisbah 40:60 Bank 40 3.208.334 x 40= 1.283.333
Nasabah 60 3.208.334 x 60 = 1.925.000
D. Analisis
1. Analisis Aplikasi dan prosedur Produk Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk kedua dari prinsip bagi hasil profit loss sharing yang dipraktekkan dalam sistem lembaga keuangan syariah prinsip
ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam penyaluran dananya. Dekemikian pula Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati yang menerapkan
prinsip ini ke dalam salah satu produk pembiayaannya. Dalam pelaksanaan pembiayaan proyek di Bank BNI Syariah
Cabang Fatmawati, menggunakan akad musyarakah dimana bank dan nasabah melakukan kerjasama mengerjakan suatu proyek dengan masing-
masing sharing modal dan ketentuan bagi hasil, apabila proyek tersebut mengalami kerugian, maka kerugian ditanggung bersama. Dalam hal ini
pelaksanaan dengan akad musyarakah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 8DSN-MUIIV2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah yang
berbunyi: “Pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usahatertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.”
77
77
Fatwa Dewan Pengawas Syariah Tentang Pembiayaan Musyarakah
Pelaksanaan produk musyarakah pada pembiayaan proyek Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati terdiri atas fitur dan mekanisme, tujuan dan
manfaat, analisis dan indetifikasi resiko serta jaminan yang dimana mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia. Dengan demikian Bank BNI Syariah
telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dalam pelaksanaanya dan cukup aman untuk dijadikan salah satu pelayanan pembiayaan untuk
masyarakat. Sedangkan peraturan terkait jaminan dalam aplikasi produk
musyarakah pada pembiayaan proyek Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati tidak hanya dinyatakan dalam peraturan Bank Indonesia, tetapi juga tertera
dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional. Meskipun mazhab-mazhab fiqih tidak ada yang membolehkan permintaan jaminan kepada seorang mitra,
karena ia adalah “orang yang dipercaya”, namun beberapa bank islam mempersyaratkan bagi mitranya untuk memberikan jaminan untuk
mengamankan kepentingan bank dalam musyarakah.
78
Sebagai sebuah bentuk kepercayaan, dalam musyarakah pada Dasarnya tidak diperlukan jaminan, sebagaimana telah ditentukan dalam
Fatwa DSN no 3. Huruf a butir 3 Fatwa DSN No. 8 tahun 2000 tentang Pembiayaan musyarakah.
78
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah …. 98.
“Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta
jaminan.”
79
Dengan demikian, bank syariah dalam melakukan pembiayaan harus mempunyai keyakinan bahwa dana yang akan disalurkan kepada nasabah
dapat kembali. Keyakinan tersebut dapat diperoleh pihak bank syariah dengan melakukan analisis terhadap watak, kemampuan, modal, agunan,
dan prospek usaha dari calon nasabah pembiayaan.
80
Sesuai dengan Pasal 23 ayat 2 UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah:
“Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, bank dan atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap watak,
kemarnpuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas”
81
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa jaminan agunan dari pihak nasabah merupakan salah satu unsur penting untuk dapat menimbulkan
keyakinan pada pihak bank syariah terhadap calon nasabahnya tentang kemampuan mengembalikan dana pembiayaan yang akan diterimanya,
79
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 08DSN-MUIIV2000 Tentang Pembiayaan Musyaraka.
80
Danang Wahyu Muhammad, Kedudukan Jaminan dalam Akad Pembiayaan Musyarakah, jurnal, h. 277. diakses pada 11 Mai dari: Jurnal Hukum Bisnis Jasa Keuangan dan Pengawasannya,
http:mih.umy.ac.idwp-contentuploads201602Kedudukan-jaminan-dalma-akad.pdf.
81
UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Pasal 23 ayat 2.
sehingga bank syariah dapat memutuskan layak tidaknya seorang nasabah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah.
82
Jika ditinjau dalam literatur hukum Islam, pembiayaan musyarakah yang dipraktekan di Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati termasuk syirkah
inan yaitu dimana Bank BNI Syariah dan nasabah secara bersama-sama berserikat dalam hal modal dan keuntungan dan tidak mensyaratkan
persamaan modal dan keuntungan serta tanggung jawabnya hanya sebatas besar pernyataan modal.
Dari beberapa tahapan proses pembiayaan yang dilakukan Bank BNI Cabang Fatmawati, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembiayaan
proyek pada Bank BNI Syaraiah, yang dimana terdiri dari atas beberpa tahap. Tahapan-tahapan
tersebut dimulai
dari permohonan
pembiayaan, pengumpulan data dan investetigasi. Kemudian melakukan analisa
pembiayaan, committe persetujuan, pengumpulan data tambahan, pengikatan, pencairan dan monitoring telah sesuai dengan teori yang ada.
Hanya saja analisis pembiayaan yang dilakukan Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati berbeda dengan yang pada umum, dimana Bank BNI
82
Danang Wahyu Muhammad, Kedudukan Jaminan dalam Akad Pembiayaan Musyarakah, jurnal, h. 277. diakses pada 11 Mai dari: Jurnal Hukum Bisnis Jasa Keuangan dan Pengawasannya,
http:mih.umy.ac.idwp-contentuploads201602Kedudukan-jaminan-dalma-akad.pdf.