Pengertian Hadhanah PANDANGAN FUQAHA TENTANG HADHANAH DAN

BAB II PANDANGAN FUQAHA TENTANG HADHANAH DAN

PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Hadhanah

Secara etimologi Bahasa , hadhanah pemeliharaan anak berarti “al-janb” yang berarti disamping atau berada di bawah ketiak 1 , atau bisa juga berarti meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk seperti menggendong, atau meletakkan sesuatu dalam pangkuan. 2 Maksudnya adalah merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang hilang kecerdasannya, karena mereka tidak bisa mengerjakan keperluan diri sendiri. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah hadhanah berasal dari kata نضح ا yang artinya lambung, seperti kalimat نضح ا نم خأم ناضح ا Artinya hadhanah diambil dari kata al hidhan, hal ini diungkapkan dalam bentuk “ ض ب ێاّ ا نضح ” yang artinya burung itu menghimpit dibawahnya, begitu pula dengan perempuan ibu yang menghimpit anaknya. 3 1 Abu Yahya Zakaria Anshari, Fathul Wahab, Beirut. Dar Al-Kutub, 1987, Juz II. h. 212 2 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta. Kencana, 2004, h. 166 3 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Beirut. Darul Kitab Al Araby, 1973, cet.ke-2, jilid II, h. 288 Secara terminologi hadhanah menurut Zahabi adalah melayani anak kecil untuk mendidik dan memperbaiki kepribadiannya oleh orang-orang yang berhak mendidiknya pada usia tertentu yang ia tidak sanggup melakukannya sendiri. 4 Hadhanah merupakan suatu kewenangan untuk merawat dan mendidik orang yang belum mumayyiz atau orang yang dewasa tapi kehilangan akal kecerdasan berpikir-nya. Munculnya persoalan hadhanah tersebut adakalanya disebabkan oleh perceraian atau karena meninggal dunia di mana anak belum dewasa dan tidak mampu mengurus diri mereka, karenanya diperlukan adanya orang-orang yang bertangggung jawab untuk merawat dan mendidik anak tersebut. Menurut Husein Bahreisj, hadhanah adalah melakukan pemeliharaan dan mendidik anak 5 , dan menurut ahli fiqh lainnya hadhanah adalah melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil laki-laki atau perempuan yang sudah besar tapi belum mumayyiz, tanpa perintah dari padanya, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawabnya. 6 4 Muhammad Husein Zahabi, Al- Syari’ah al Islamiyah: Dirasah Muqaranah Baina Mazahib Ahlu Sunnah Wal al-Mazahib al- Ja’fariyah, Mesir. Dar al Kutub al Hadisah, 1968, h. 398 5 Husein Bahreisj, Masalah Agama Islam, Surabaya. Al-Ikhlas, 1980, h. 56 6 As Sayyid Sabiq, op.cit, h. 160 Madzhab Syafi’i mengatakan bahwa hadhanah adalah menjaga seseorang yang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri dan mendidiknya dengan pelbagai elemen sesuai dengan perkembangan. 7 Madzhab Hanafi mengatakan bahwa hadhanah adalah untuk mendidik anak- anak yang sepatutnya mendapatkan hak penjagaan dan Madzhab Maliki berpendapat bahwa hadhanah adalah sebagai penjagaan anak-anak dan menunaikan kemashlahatan mereka dan melayani urusan mereka. 8 Menurut hukum Islam hadhanah mengasuh anak atau memelihara anak adalah wajib dan merupakan hak anak agar anak menjadi manusia yang beragama untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat, Firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 menyatakan :                       “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. QS. At-Tahrim : 6 Yang dimaksud tentang memelihara keluarga dalam ayat di atas adalah mengasuh, memelihara serta mendidik mereka sehingga berguna bagi agama bangsa 7 Mustofa AL-Khin, Mustofa Al-Bugho dan Ali Asy- Syarbaji, Kitab Nikah Madzhab Syafi’i, Kuala Lumpur. Pustaka Salam, 2005, h. 951 8 Muhammad ibn Ahmad ibn „Arafah al-Dasuqi, Hashiyat al-Dasuqi „ala al Sharh al-Kabir, Kairo. Dar Ihya al Kutub al- „Arabiyah, 1980, juz 2,h. 526 dan negara. Kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya dipertegas lagi dengan hadist Nabi : اق ع ها ض با نع : م س ع ها ص ا اق : م ك ّف ا ع , نا ا بٲف , نا ص ا , م ا جت ت م ا ثمك ناسجم ا ءاع ج ا ف ت ی ا ا ا 9 “ Dari Abi Hurairoh ra: Nabi SAW bersabda: tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrahnya suci bersih maka ibu bapaknya yang menjadikan Yahudi, Nasroni, Majusi, sama halnya dengan seekor hewan ternak maka ia akan melahirkan ternak pula tiada kamu lihat kekurangannya “ H.R.Bukhori

B. Dasar Hukum Hadhanah