BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia dan International Monetary Found IMF memperkenalkan konsep good corporate governance dalam rangka economy
recovery . Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham
stakeholders dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank ADB
menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah 1 mekanisme pengawasan dewan komisaris board of
directo r dan komite audit audit committee suatu perusahaan tidak berfungsi
dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan 2 pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep
good corporate governance di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders Sri Sulistyo dan Haris Wibisono, 2003.
Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar akurat dan tepat
pada waktunya,
dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
disclosure secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Secara singkat,
ada lima komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance
ini, yaitu fairness keadilan, transparency transparansi, accountability
akuntabilitas, proffesional profesional dan responsibility pertanggungjawaban Forum for Corporate Governace in Indonesia,
2001:1. Kelima komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance
secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan Beasly, Defond, Jiambalvo, dan Submaryaman, 1998
dalam Sri Sulistyo dan Haris Wibisono, 2003. Chtourou, Marrakchi, Bedard, dan Courteau, 2001 juga mencatat prinsip good corporate governance yang
diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat constrain aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan
nilai fundamental perusahaan. Terdapat tiga komite di dalam good corporate governance yang
memiliki peranan penting, yaitu 1 komite kompensasiremunerasi, 2 komite nominasi, dan 3 komite audit. Salah satu dari komite-komite yang
telah disebutkan di atas yaitu komite audit memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam
memberikan pengawasan secara menyeluruh. Sebagai contoh, komite audit memiliki wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan penyelidikan
terhadap masalah-masalah di dalam cakupan tanggung jawabnya. The Institute of Internal Auditors
IIA merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik
2
harus memiliki komite audit yang diatur sebagai komite tetap. IIA juga menganjurkan dibentuknya komite audit di dalam organisasi lainnya, termasuk
lembaga-lembaga non-profit dan pemerintahan Forum for Corporate Governance,
2001:11. Hekinus 2004 dalam Rani Wulandari 2008:3 menyatakan bahwa
keberadaan komite audit menjadi penting terutama untuk memulihkan dan mempertinggi daya tahan perusahaan setelah berbagai kasus kecurangan
terjadi. Tujuan pembentukan komite audit pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap mekanisme akuntansi,
auditing, serta sistem pengendalian yang lain sehingga unsur-unsur pengendalian tersebut tetap optimal dalam sistem ekonomi pasar.
Menurut Marini Purwanto 2001:207 walaupun di Indonesia komite audit belum lama diperkenalkan, namun komite ini sudah sejak lama dibentuk
di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Hal ini terlihat misalnya pada tahun 1967 American Institute of Certified Public Accountant
AICPA menerbitkan sebuah pernyataan yang merekomendasikan agar setiap perusahaan yang go publik membentuk suatu komite yang terdiri dari orang-
orang yang bukan merupakan pejabat perusahaan, yang diberi kewenangan menunjuk auditor independen dan mengikuti secara terus menerus
pelaksanaan kegiatan dari auditor tersebut. Selanjutnya pada tahun 1973, pasar modal Amerika Serikat tepatnya di New York Stock Exchange. Per 30 juni
1978, setiap perusahaan domestik yang tercatat di bursa New York Stock Exchange
disyaratkan untuk memiliki komite audit.
3
Dari perkembangan pembentukan komite audit di Amerika Serikat, ternyata telah banyak dipengaruhi oleh peristiwa penyelewengan yang
menodai citra pengendalian badan usaha di negeri tersebut. Kejadian demikian semakin mendorong tuntutan masyarakat terhadap independensi auditor serta
peningkatan peran komite audit. Banyak perkembangan yang terjadi sejak peristiwa tersebut. Salah satu
yang menarik adalah kenyataan bahwa hampir semua perusahaan di Amerika Serikat kini telah mempunyai komite audit, padahal tidak terdapat hukum
yang mengikat bahwa keberadaan komite audit tersebut adalah suatu keharusan. Oleh karena itu pengakuan perlunya komite audit dapat dipandang
sabagai persyaratan pasar required by the market, bukan karena adanya kewajiban secara hukum required by law.
Secara formal komite audit diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995, melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27163KEPDIR
tertanggal 31 Maret 1995. Dalam perkembangannya di Indonesia komite audit diatur dalam surat edaran Bappepam No. SE.03 IPM2000 yang
merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik untuk membentuk komite audit Marini Purwanto, 2000:208.
Bursa Efek Jakarta juga mengeluarkan KEP-339BEJ07-2001 yang merekomendasikan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
untuk memiliki komite audit. Pada tahun 2003, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara BUMN. Undang-undang ini menegaskan bahwa
4
komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan
pengawas dalam melaksanakan tugasnya I Putu Sugiartha Sanjaya, 2005:149 Menurut Klein 2002 dalam Arbyantoro 2007:3, kehadiran komite
audit yang independen dalam perusahaan dapat memberikan keuntungan dalam pemonitoran yang efektif. Dengan demikian maka laporan keuangan
menjadi lebih transparan, perdagangan saham menjadi lebih aktif, dan informasi laporan keuangan menjadi tidak bias sebagai input dalam
melakukan kontrak antara stakeholders, senior chairmants, dan manajemen. Penelitian yang dilakukan oleh Vandageta 2009, sebagai komponen
dari good corporate governace keberadaan komite audit dan sekretaris perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada
26 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2006-2007. Selain itu pasar menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan
yang membentuk komite audit memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit Agung
Suaryana, 2008. Komite audit di Indonesia mulai menjadi hal penting dalam
pelaksanaan tata pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Pembentukan komite audit dalam lingkungan perusahaan diharapkan dapat menciptakan tata
kelola perusahaan yang optimal sehingga menghasilkan kinerja finansial dan non finansial yang baik. Hal ini juga dipertegas oleh I Putu Sugihartha Sanjaya
2005:149 yang menyatakan bahwa ada tiga lembaga yang dapat mendukung
5
pelaksanaan tata pengelolaan perusahaan secara lebih optimal salah satunya adalah komite audit. Oleh karena itu banyak perusahaan dalam negeri yang
mulai membentuk komite audit. Manao 1996 dalam Arbyantoro 2007:5, menyebutkan bahwa
faktor-faktor yang dapat menjadi tolak ukur dan memberikan kontribusi terhadap efektifitas komite audit adalah faktor kewenangan dan status
organisasi, faktor kompetensi, faktor independensi, serta faktor hubungan dan komunikasi. Sedangkan menurut Subur 2003 dalam I Putu Sugiartha Sanjaya
2005:152 faktor-faktor yang harus dipenuhi oleh komite audit dan dapat dijadikan tolak ukur adalah faktor independensi, profesionalitas, objektifitas,
integritas, kompetensi, serta hubungan dan komunikasi. Amin Widjaya 2002 dalam Rani Wulandari 2008:7 menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas Board of Directors dan komite audit dalam suatu entitas mencakup independensi dari komite audit, pengalaman dan kualitas
anggotanya, tingkat keterlibatan mereka terhadap aktivitas, ketepatan tindakan mereka, tingkat kualitas pertanyaan yang muncul dan terus ditanyakan kepada
manajemen, serta interaksi mereka dengan auditor internal dan auditor eksternal.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, salah satunya
adalah Arbyantoro 2007 yang melakukan penelitian mengenai analisa efektivitas komite audit pada pengelolaan perusahaan property dan real estate
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI. Dari hasil penelitiannya
6
dikemukakan bahwa faktor wewenang dan status organisasi, independensi, objektivitas, dan hubungan komunikasi mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap efektivitas komite audit. Helianti Utami dan Puji Handayani 2007 melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance
pada auditor yang bekerja di kantor akuntan yang berdomisili di Malang dan Surabaya, hasil penelitiannya menyatakan bahwa komposisi dari komite audit
dan evaluasi kinerja mempunyai pengaruh signifikan pada efektivitas komite audit yang dirasakan oleh auditor tersebut.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Arbyantoro 2007. Adapun yang membedakannya
antara lain dalam hal: 1.
Populasi penelitian Pada penelitian ini populasi yang akan digunakan adalah auditor internal
pada bank syariah, sedangkan pada penelitian sebelumnya, populasi penelitian yang digunakan adalah perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. 2.
Periode penelitian Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2010, sedangkan pada
penelitian sebelumnya, data yang digunakan yaitu data dari tahun 2007.
7
3. Variabel penelitian
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor wewenang, faktor kompetensi, faktor independensi, dan faktor hubungan
komite audit dengan auditor internal, sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak memasukan variabel faktor hubungan dengan auditor
internal. Penambahan variabel hubungan komite audit dengan auditor internal
merujuk pada jurnal yang ditulis oleh Ataina Hudayati 2001 yang menyebutkan bahwa hubungan antara komite audit dengan pemeriksa internal
haruslah harmonis sebab masing-masing pihak mempunyai tugas yang saling berkaitan dalam lingkup pengendalian perusahaan. Beberapa tugas utama dari
auditor internal yang berhubungan dengan komite audit adalah memberikan informasi mengenai pengendalian dan pengawasan perusahaan, memberikan
laporan hasil audit internal dan rekomedasi, serta menginvestigasi dugaan adanya kecurangan yang melibatkan manajemen dalam perusahaan Sawyer,
2005. Tugas-tugas pengendalian dan pengawasan akan dapat berjalan dengan baik apabila terdapat hubungan yang harmonis antara komite audit dengan
auditor internal. Pemilihan auditor internal sebagai populasi dilakukan karena internal
auditor bertindak sebagai salah satu fungsi pengawasan yang erat kaitannya dengan implementasi good corporate governance pada perusahaan, sedangkan
pemilihan bank syariah sebagai tempat penelitian karena bank syariah sebagai bank yang berlandaskan pada prinsip islam diharapkan memiliki
8
pengimplementasian good corporate governance
yang lebih baik dibandingkan bank konvensional pada umumnya.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada atas penelitian sebelumnya yang menjadi rujukan penelitian ini, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lanjutan yaitu dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Peran Komite Audit Dalam Penerapan
Good Corporate Governace Menurut Perspektif Internal Auditor” Studi
Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta.
B. Perumusan Masalah