Pengaruh peran komite audit internal dalam mewjudkan good corporate governance untuk meningkatkan kinerja Bank syariah : studi empiris pada perbankan syariah di jakarta
PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA BANK SYARIAH (Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)
Oleh :
Wahyu Nugroho Wiyono NIM : 205082000283
Oleh :
Wahyu Nugroho Wiyono NIM. 205082000283
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
Daftar Riwayat Hidup I. INDETITAS PRIBADI
1. Nama : Wahyu Nugroho Wiyono 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 23 Juli 1987
3. Agama : Islam
4. Alamat : Jln Mesjid Al-Ikhlas No.35 Rt.002/01 Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. 12270
5. Telepon : 08561486464 / 021-93798014
6. Email : [email protected] II. PENDIDIKAN
1. SD : (1993–1999) Kartika Jakarta 2. SMP : (1999–2002) 177 Jakarta
3. SMA : (2002–2005) Muhammadyah 18 Jakarta 4. SI : (2005–2010) Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM : (2006-2007) Koordinator Mahasiswa BEM NR FEIS
(2007-2008) Wakil Ketua BEM NR FEIS 2. Lingkungan Rumah : (2009-sekarang) Wakil Ketua
Karang Taruna 02 IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Wijono. DRS 2. Tempat & Tgl. Lahir : Wonogiri, 3 Juni 1952
3. Alamat : Jln Mesjid Al-Ikhlas No.35 Rt.002/01 Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. 12270
4. Ibu : Muryani
5. Tempat & Tgl. Lahir : 12 Desember 1957
6. Alamat : Jln Mesjid Al-Ikhlas No.35 Rt.002/01 Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. 12270 7. Anak Ke dari : 3 dari 3 saudara
(3)
Influence Of Role of Committee Make an audit of and Internal Audit in Realizing Good Corporate Governance to increase Performance Bank Moslem law
By:
Wahyu Nugroho Wiyono ABSTRACT
This research aimed to identify and to test that influence audit committee and internal audit to make good corporate governance of syariah bank. The research has been done in Jakarta with internal auditor respondent who working in syariah bank. Determination of sample conducted by using method of convenience sampling. Number of questionnaires propagated was 53 copies but oly 40 copies questionnaires returned and only 36 may be used. The data were analysis for hypotesis tester was done with path analysis.
The result of research indicated that audit committee and internal audit have significantly influence to good corporate governance, and audit committee and good coporate governance have significantly influence to syariah banking working performance.
Keyword : Committee Audit, Internal Audit, Good Corporate Governance and Performance Bank Moslem law.
(4)
Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah
Oleh:
Wahyu Nugroho Wiyono ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komite audit dan Audit Internal dalam mewujudkan good corporate governance di Perbankan Syariah. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden auditor internal yang bekerja pada kantor bank syariah. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah lima puluh tiga tetapi kembali hanya empat puluh dan yang bisa diolah tiga puluh enam. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur (Path Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel komite audit dan audit internal berpengaruh terhadap good corporate governance, dan variabel komite audit dan good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja bank syariah, sedangkan audit internal tidak berpengaruh terhadap kinerja bank syariah.
Kata kunci: Komite Audit, Audit Internal, Good Corporate Governance dan Kinerja Bank Syariah.
(5)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yang tersayang kedua orang tua, bapak dan ibu yang memberikan masukan, motivasi, sandaran dari setiap permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta kasih sayangnya sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu yang didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga bapak dan ibu kelak, amin.
2. Terima kasih kepada kakak-kakakku (Mba Yuli dan Mas Puji) atas segala kebaikannya selama ini memberikan bantuan dan menyemangati penulis, semoga kebaikannya selama ini diberikan balasan yang berlipat, semoga keluarganya diberikan anugerah kepada Allah SWT.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni sebagai dosen pembimbing I yang memberikan banyak masukan mengenai pengembangan judul skripsi ini serta memberikan arahan dalam penggunaan metode yang tepat terhadap penelitian yang dilakukan, semoga Allah SWT selalu memberikan
(6)
4. Bapak Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk membimbing, memberikan banyak masukan mengenai pengembangan judul skripsi ini serta memberikan arahan dalam penggunaan metode yang tepat terhadap penelitianyang dilakukan dan memotivasi penulis, semoga bapak sekeluarga diberikan kesehatan, kasih sayang serta perlindungan dari Allah SWT, amin. Terima kasih banyak pak.
5. Terima kasih kepada Ibu Rini, SE., Ak., M.Si sebagai reviewer, yang telah memberikan masukan terhadap proposal skripsi yang dibuat penulis. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si dan Ibu Yessy Fitri, SE., Ak., M.Si sebagai Ketua dan Wakil Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 8. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM dan Ibu Rahmawati, SE., MM sebagai
dosen penguji ahli I dan dosen penguji ahli II.
9. Terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan akademik yang telah memberikan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan. 10. Terima kasih kepada wanita yang mencintaiku dan selalu memberikan
semangat yang tak henti-henti (Andri Setyorini) dan teman-temannya bu tuti yang selalu memberikan bantuan langsung maupun tidak, terima kasih kepada teman-teman seperjuangan rizky, wildan (ayo kita nginep bareng lagi.. hehe), asep, ulfa, aci dan buat hamid, taka, iva, bayu, muthe, ersya, rifqi, ari, hasan, refi, oji, (ayo buruan nyusul!!!) jangan lupa ajak kak ria ya, teman-teman angkatan 2005 akuntansi A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu tetap kompak dan sukses.
11. Terima kasih buat ade-ade ku dikampus angkatan 2006 dan 2007, ella, tika, fa, pipi, lili (rajin belajar ya..), rian, anis, rini (ayo nyusul!!!), dan buat semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, pokoknya semangat dan terus berusaha.
(7)
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Lebih dari ucapan terima kasih kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah SWT, semoga senantiasa mamberikan sinar terang kepada seluruh hamba-Nya dan semoga aktivitas penulis selalu diberkahi serta penulis selalu diberikan hidayah-Nya. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
(8)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Abstract ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur ... 10
1. Auditing ... 10
2. Komite Audit ... 13
3. Internal Audit ... 20
4. Good Corporate Governance ... 25
5. Kinerja Perbankan Syariah ... 29
B. Keterkaitan Antar Variabel ... 33
1. Peran komite audit dan internal audit berkontribusi secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance ... 33
(9)
2. Peran komite audit, Internal audit dan Good Corporate Governance berkontribusi secara parsial dan simultan
terhadap kinerja perbankan syariah ... 34
C. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 35
D. Metode Penelitian ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 38
B. Metode Penentuan Sampel... 38
C. Metode Pengumpulam Data... 39
D. Metode Analisis ... 39
E. Operasional Variabel ... 48
1. Variabel Eksogen ... 48
2. Variabel Endogen ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 55
2. Karateristik Responden ……… 56
B. Hasil Uji Penelitian 1. Hasil Uji Validitas ……… 57
2. Hasil Uji Rliabilitas ……….. 61
3. Hasil Uji Hipotesis ……….. 62
C. Pembahasan ……….. 85
BAB V Kesimpulan dan Implikasi A. Kesimpulan ……… 89
B. Kesimpulan dan Saran ……….. 91
DAFTAR PUSTAKA ………... 93
LAMPIRAN ……….. 97
(10)
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 36 Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian 52 Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian 55
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian 56
Tabel 4.3 Deskriptif Responden 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Komite Audit 57 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Internal audit 58 Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Setelah IA2 dan IA8 Dikeluarkan 59 Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance 59 Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Setelah GCG3 dan GCG4 Dikeluarkan 60 Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Kinerja Perbankan Syariah 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas 61
Tabel 4.11 Coefficients– Sub Struktur 1 63 Tabel 4.12 Correlations – Sub Struktur 1 65
Tabel 4.13 Anova – Sub Struktur 1 67
Tabel 4.14 Summary – Sub Struktur 1 68
Tabel 4.15 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1), dan Internal Audit (X2) Secara Simultan dan Signifikan
Terhadap Good Corporate Governance(Y) 71 Tabel 4.16 Coefficients– Sub Struktur 2 72 Tabel 4.17 Correlations – Sub Struktur 2 75
Tabel 4.18 Anova – Sub Struktur 2 79
Tabel 4.19 Summary – Sub Struktur 2 80
Tabel 4.20 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1),
Internal Audit (X2), dan Good Corporate Governance (Y), Secara Simultan dan Signifikan Terhadap
Kinerja Perbankan Syariah (Z) 83
(11)
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 36
Gambar 3.1 Hubungan Struktur I Variabel X1 dan X2 terhadap Y 43 Gambar 3.2 Hubungan Struktur II Variabel X1, X2, dan Y terhadap Z 45 Gambar 4.1 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 1
Variabel X1, X2, terhadap Y 70
Gambar 4.2 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 2
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Pada zaman kini banyak bank konvensional yang berlatar belakang sistem ekonomi kapitalis sudah lama berevolusi. Namun, dengan berjalannya waktu sistem ini semakin menunjukkan berbagai kelemahan. Hal ini dapat dibuktikan pada saat krisis ekonomi melanda pada tahun 1997 di Indonesia dan 2008 di seluruh dunia. Banyak bank konvensional di dunia pada runtuh khususnya berdampak di Indonesia dan direkapitulasi oleh pemerintah. Di Indonesia bank konvensional menderita kerugian yang sangat besar akibat
negative spread adalah suatu kondisi ekonomi yang dimana biaya bunga yang harus dibayar oleh bank konvesional kepada deposan lebih besar daripada pendapatan bunga yang diterima bank tersebut. Hal ini bisa terjadi karena bank masih berkewajiban membayar bunga kepada deposan meskipun usaha yang dibiayai bank tersebut mengalami kerugian.
Bank syariah lahir dengan konsep dan filosofi yang berbeda, yang melarang penerapan bunga dalam semua transaksinya karena termasuk dalam katagori riba. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah 275.
…
ﻦﻤﻓ
ﺎ ﺮ ا
مﺮﺣو
ﻊﻴ ا
ﻪ ا
ﺣأو
…
“…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”.(13)
Sejarah perbankan syariah di Indonesia pada awalnya adalah dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang pertama kali berlatar belakang syariah di Indonesia. Melihat monopoli yang dilakukan BMI sejak tahun 1991-1999, menyebabkan BMI kesulitan untuk mendorong atau memajukan kinerja banknya. Baru pada pertengahan tahun 1999 muncullah pesaing usaha di bidang perbankan syariah dari bank lain seperti Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS). Dengan adanya pesaing-pesaing tersebut, masyarakat atau nasabah dapat lebih leluasa memilih bank yang sesuai dengan kinerja bank yang bagus. Mengingat pangsa bank syariah semakin meningkat dari tahun ke tahun dan umumnya masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah mempunyai prospek dan potensi yang sangat besar untuk mengembangkan perbankan syariah.
Kenyataan bahwa perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Secara Institusional perjalanan bank syariah pada tahun 2005 dari 3 Bank Umum Syariah (BUS) dan 19 Unit Usaha Syariah (UUS) sekarang menjadi 6 Bank Umum Syariah (BUS) dan 25 UUS Unit Usaha Syariah (UUS) pada januari 2010. Dari segi jaringan kantor, pada tahun 2005 terdapat 550 kantor dan sekarang menjadi 1346 kantor pada akhir tahun 2005. Hal ini menyebabkan dalam waktu yang relatif singkat, kinerja bank syariah dapat meningkat dengan cepat dan baik. (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Januari 2010)
(14)
Pada saat ini perkembangan perbankan syariah di luar negeri sudah sangat maju ditandai bank syariah telah beroperasi di lebih 70 negara. Sebagian besar beroperasi di wilayah Asia Tengah yang memiliki penduduk mayoritas muslim. Bahkan di 3 negara yaitu: Iran, Pakistan dan Sudan sistem perbankan mereka sudah dikonversi menjadi sistem perbankan syariah sepenuhnya. Di negara lain walaupun bank syariah beroperasi, tetapi sistem perbankan konvensional masih mendominasi. Meskipun demikian perbankan syariah mengalami pertumbuhan asset yang sangat besar dan sangat cepat. Awalnya bank syariah hanya memiliki asset 2% pertahun pada tahun 1970 hingga 15% pada tahun 1990-an (Dimyati.2008:6).
Maka bisa dikatakan perbankan syariah semakin penting perannya di Indonesia terlebih sudah adanya UU Perbankan Syariah yang dibuat pemerintah yang mengatur khusus tentang perbankan syariah pada tanggal 17 Juni 2008, tentunya hambatan yang mendasar tentang kebutuhan-kebutuhan perbankan syariah sudah di atur di UU tersebut. Maka sekarang tinggal bagaimana pihak-pihak dan para profesional perbankan syariah memanfaatkan momentum tersebut untuk mengembangkan perbankan syariah agar lebih baik dan bisa tumbuh menjadi lebih baik.
Dari perkembangan itu maka pihak perbankan syariah harus ada yang mengawasi dan memperhatikan semua unit usaha perbankan syariah. Oleh karena itu disetiap bank syariah mempunyai komite audit dan internal audit untuk menilai kepatuhan karyawan bank syariah terhadap kebijaksanaan, prosedur, dan peraturan-peraturan yang dibuat bank syariah tersebut. Dengan
(15)
adanya komite audit dan internal audit di tiap-tiap bank syariah maka proses atau kegiatan perbankan yang mereka lakukan akan terawasi dan terkontrol dengan baik sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada.
Menurut Marini Purwanto (2001:207), walaupun di Indonesia komite audit belum lama diperkenalkan, sebenarnya komite ini sudah sejak lama dibentuk di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Hal ini terlihat misalnya pada tahun 1967 American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) menerbitkan sebuah pernyatan yang merekomendasikan agar setiap perusahaan yang Go Publik membentuk suatu komite yang terdiri dari orang-orang yang bukan merupakan pejabat perusahaan, yang diberi kewenangan menunjuk auditor independen dan mengikuti secara terus menerus pelaksanaan kegiatan dari auditor tersebut. Selanjutnya pada tahun 1973, pasar modal Amerika Serikat tepatnya di New York Stock Exchange. Per 30 juni 1978, setiap perusahaan domestik yang tercatat di bursa New York Stock Exchange disyaratkan untuk memiliki komite audit..
Salah satu yang paling menarik adalah kenyataan bahwa hampir semua perusahaan di Amerika Serikat kini telah mempunyai komite audit, padahal tidak terdapat satu pun hukum yang mengikat bahwa keberadaan komite audit tersebut adalah suatu keharusan. Oleh karena itu, pengakuan perlunya komite audit dapat dipandang sabagai persyaratan pasar (required by the market), bukan karena adanya kewajiban secara hukum (required by law).
Menurut Klein (2002) dalam Arbyantoro (2007:3), kehadiran komite audit yang independen dalam perusahaan dapat memberikan keuntungan
(16)
dalam pemonitoran yang efektif. Dengan demikian maka laporan keuangan menjadi lebih transparan, perdagangan saham menjadi lebih aktif, dan informasi laporan keuangan menjadi tidak bias sebagai input dalam melakukan kontrak antara stakeholders, senior chairmants, dan manajemen.
Audit internal yang professional harus memiliki independen untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, yaitu dengan memberikan masukan yang baik dan melaporkan permasalahan apa adanya tanpa ada rekayasa. Audit internal pun harus bebas dari hambatan dalam menjalankan tugasnya mengaudit. Audit internal memiliki peran yang penting dalam di dalam suatu perusahaan, karena peran audit internal berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perbankan syariah. Baik buruknya tingkat kualitas perbankan dapat dilihat dari kinerja mereka. Audit internal memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka masing-masing. Auditor internal memiliki peran penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan resiko-resiko yang terkait dalam menjalankan usaha (Sawyer. Lawrence. B 2007:7)
Banyaknya kasus yang melibatkan komite audit dan audit internal tentang tata kelola perusahaan dan pola pengawasan atau yang lebih dikenal dengan Corrporate Governance. Dengan pengawasan yang kurang dari audit internal menyebabkan sering terjadinya good corporate governance yang kurang diterapkan. Hal ini dapat menimbulkan perusahaan mengeluarkan informasi yang kurang baik terhadap pemegang saham maupun terhadap publik. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, jika digabungkan ke dalam
(17)
krisis ekonomi yang melanda Indonesia, maka berakibat perusahaan tersebut tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu peran komite audit dan audit internal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan good corporate governance.
Menurut Sunarsip (2001), dalam Putri (2009:5) mengemukakan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, disebabkan oleh tata kelola yang kurang baik (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi. Peran akuntan selama ini belum optimal dalam mewujudkan good corporate governance, dikarenakan mempunyai pengaruh dalam upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, peran audit internal sangat dibutuhkan oleh perbankan di Indonesia.
Penelitian ini merupakan rujukan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Anreas (2009). Adapun yang membedakannya antara lain:
1. Perbedaan Objek Penelitian.
Pada penelitian ini objek yang akan digunakan adalah industri perbankan syariah yang ada di Jakarta yang memiliki komite audit, sedangkan pada penelitian sebelumnya, objek penelitian yang digunakan adalah Bank Mega Syariah dan Bank Mandiri Syariah.
2. Perbedaan Periode Penelitian.
Penelitian ini menggunakan kuisioner data 2010, sedangkan pada penelitian sebelumnya, data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan dari tahun 2005-2007.
(18)
3. Perbedaan Variabel Penelitian.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peranan komite audit dan internal audit didalam bank syariah, sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak adanya peranan komite audit dan internal audit dalam mengukur kinerja bank syariah. Dengan meneliti dari peranan komite audit dan internal audit dapat terlihat perkembangan bank syariah dengan melihat sejauh mana pengawasan dan kedisiplinan komite audit dan internal audit dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan kinerja bank syariah tersebut.
Atas dasar tersebut, peneliti membuat judul yaitu “Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate
Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Jakarta) ”.
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan semakin banyaknya perbankan syariah bermunculan di Indonesia dan semakin ketatnya persaingan di perbankan syariah maka perbankan dituntut untuk memperbaiki kinerja perbankan tersebut.
1. Apakah peran komite audit dan audit internal berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance?
(19)
2. Apakah peran komite audit, audit internal dan Good Corporate Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perbankan syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis peran komite audit dan audit internal berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance. 2. Untuk menganalisis peran komite audit, audit internal dan Good
Corporate Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perbankan syariah.
D. Manfaat Penulisan
Terdapat beberapa manfaat yang dapat digunakan melalui penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Komite Audit
Penelitian ini dapat dijadikan masukan agar dalam melakukan pengawasan dan penilaian dapat memberikan masukan yang sangat baik guna menerapkan Good Corporate Governance.
2. Bagi Audit Internal
Agar penelitian ini berfungsi bagi audit internal untuk bekerja lebih independent dan membantu komite audit untuk lebih menerapkan Good Corporate Governance.
(20)
3. Bagi Perbankan Syariah
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja bank syariah untuk mencapai Good Corporate Governance.
4. Bagi Peneliti
Untuk memberiakan pengalaman dan pengetahuan yang yang sangat berarti terutama tentang peranan komite audit dan internal audit pada bank syariah yang merupakan salah satu instrumen good corporate governance
pada bank syariah.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Auditing
Berikut ini beberapa definisi mengenai auditing dari beberapa sumber refrensi. Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4) auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Sedangkan menurut Agoes (2004:3) mendefinisikan auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dari definisi tersebut bahwa auditing sangat diperlukan bagi perusahaan dan dalam auditing sendiri sangat diperlukan orang-orang yang berkompenten dan independen dalam hal auditing. Disamping itu, auditing harus dilakukan dengan kritis dan sistematis. Karena semua itu akan dapat menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi semua perusahaan yang memerlukannya.
Untuk melakukan auditing diperlukan standar yang dapat menjadi acuan dalam audit. Standar tersebut sangat berguna bagi auditor dalam
(22)
melakukan audit dan standar merupakan pedoman dalam menjalankan tanggung jawabnya. Standar tersebut meliputi keahlian dan independensi seorang auditor. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI.2001:150.1) menyebutkan bahwa standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok besar, yaitu standar umun, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Dijelaskan standar auditing sebagai berikut:
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
(23)
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Dari standar-standar yang telah disebutkan merupakan acuan bagi auditor untuk mengaudit dan menetapkan apakah laporan manajemen
(24)
tersebut telah sesuai dengan standar yang ada. Oleh karena itu, auditor sangat memegang teguh standar tersebut.
2. Komite Audit
Berikut ini disajikan definisi mengenai komite audit dari beberapa sumber refrensi. Menurut Rittenberg dan Scwieger (2001:378) menyebutkan bahwa pengertian komite audit adalah:
“An audit committee is a subcommittee of the board of directors that is composed of independent, outside directors. The audit committee has oversight responsibility (on behalf of the full board of directors and its stakeholders) for the outside reporting of the company including annual financial statements; risk monitoring and control processes; and both internal and external audit functions.”
Sedangkan menurut Widjaja (2003:4), komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris, yang harus bebas dari pengaruh manajemen perusahaan dan bersifat independen serta bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam meningkatkan pengawasan dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan.
Jadi komite audit haruslah terbebas dari segala pengaruh manajemen perusahaan. Komite audit dengan bekerja secara independen akan menghasilkan kualitas pengawasan yang baik dan akan meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komite audit:
a. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris.
b. Komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris.
(25)
c. Komite audit menerima pendelegasian wewenang dari dewan komisaris untuk mengawasi pelaksanaan tugas direksi dalam mengoperasionalkan perusahaan.
d. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
e. Komite audit terdiri dari orang-orang yang independen, dengan kata lain tidak termasuk manajemen perusahaan.
Komite audit harus bebas dari pengaruh manajemen sehingga dapat mewujudkan tanggung jawabnya untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian manajemen dan peran auditor eksternal termasuk auditor internal perusahaan. Selain itu, komite audit juga dapat membantu dewan komisaris secara keseluruhan dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan laporan keuangan dan kontrol atas operasi keuangan. Mereka juga dapat memperkuat posisi manajemen dengan memberikan keyakinan bahwa seluruh langkah-langkah yang mungkin dilakukan telah diambil untuk memberikan penelaahan independen atas kebijakan-kebijakan keuangan dan operasi manajemen.
Di dalam komposisi komite audit, seorang komite audit haruslah merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit. Anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen sekurang-kurangnya satu diantaranya mempunyai kemampuan di bidang akuntansi atau keuangan.
Jadi komite audit sangat berpengaruh terhadap bank-bank konvensional maupun sendiri. Dengan adanya komite audit, hasil dari
(26)
laporan internal auditor diolah dan dilaporkan oleh komite audit kepada Komisaris Bank atau Dewan Pengawas di perbankan.
Di dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nomor: PER-05/MBU/2006 tentang komite audit bagi Badan Usaha Milik Negara yang disebutkan dalam pasal 3 menyebutkan tugas komite audit adalah sebagai berikut:
a. Membantu komisaris/dewan pengawas untuk memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh satuan pengawas intern maupun auditor eksternal.
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan BUMN.
e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris/dewan pengawasan serta tugas-tugas komisaris/dewan pengawasan lainnya.
Surat Keputusan Ketua Bappepam Nomor: KEP-41/PM/2003 tanggal 2 Desember 2003 (lampiran), pedoman pembentukan komite audit dan persyaratan keanggotaan komite audit sebagai berikut:
(27)
Pedoman Pembentukan Komite Audit
a. Struktur komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham.
b. Anggota komite audit yang merupakan komisaris indepanden bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal komisaris independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai komite audit.
Persyaratan keanggotaan Komite Audit:
a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di bidang pasar modal dan peratuaran perundang-undangan yang terkait dengannya.
e. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit dan atau non audit pada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris sebagai mana dimaksud dalam
(28)
peraturan Nomor VIII.A.2 tentang independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal.
f. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat komisaris. g. Tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain.
h. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik.
i. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan saham emiten atau perusahaan publik.
j. Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau perusahaan publik lain pada periode yang sama.
Dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) seri tata kelola perusahaan jilid II (2001:12-13) mengenai peranan dewan komisaris dan komite audit dalam corporate governance, pada umumnya komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu laporan keuangan, tata kelola perusahaan, pengawasan perusahaan. Penjelasan dari ketiga bidang tersebut adalah sebagai berikut:
(29)
a. Laporan Keuangan (financial report)
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Kondisi keuangan. 2) Hasil usaha.
3) Rencana dan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup pelaksanaan ini adalah: 1) Merekomendasikan auditor eksternal;
2) Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu; (a) Surat penunjukan auditor.
(b) Perkiraan biaya audit. (c) Jadwal kunjungan auditor. (d) Koordinasi dengan internal audit. (e) Pengawasan terhadap hasil audit. (f) Menilai pelaksanaan pekerjaan auditor.
3) Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan;
4) Meneliti laporan keuangan (financial statement), yang meliputi: (a) Laporan tengah tahunan (interim financial statement). (b) Laporan tahunan (annual financial statement).
(c) Opini auditor dan (management letters).
(30)
Khusus tentang penilaian kebijakan akuntansi dan keputusan suatu kebijaksanaan, dapat dilakukan secara efektif dengan memperoleh suatu rangkuman yang singkat tentang semua kebijakan akantansi yang mendasari laporan keuangan yang diperoleh dari pejabat dalam bidang akuntansi.
b. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governace)
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan atau corporate governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah:
1) Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.
2) Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi maupun yang ditunda serta yang menyangkut masalah tata kelola perusahaan dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya.
3) Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan, dan kecurangan.
(31)
4) Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan tata kelola perusahaan dan temuan-temuan lainnya.
c. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung resiko dan sistem pengandalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengawasan intern.
Jadi, peranan komite audit di dalam bank maupun perusahaan dapat mengatur dan mengawasi kebijakan komisaris bank atupun perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan aturan dan keputusan-keputusan dari komisaris atau dewan pengawas.
3. Audit Internal
Berikut ini beberapa definisi mengenai audit internal dari berbagai refrensi. Menurut Arens dan Loebecke (2009:17), sebagai seseorang yang bekerja sebagai karyawan pada suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen. Sedangkan menurut Mulyadi (2008:65), menjelaskan audit internal sebagai auditor yang bekerja dalam perusahaan, baik di perusahaan pemerintah maupun swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
(32)
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai divisi organisasi.
Sawyer’s, (2005:10) mengemukakan bahwa layanan yang diharapkan dari auditor internal adalah membantu semua level manajemen dalam rangka pertanggungjawaban mereka seperti yang dikemukakan mengenai pengertian Internal Audit berikut ini:
“Internal auditing is a systems, objective appraisal by auditor internals of the diverse operations and controls within in organization to determine weather (1). Financial and operating information is accourate and realible, (2). Risk to the enterprise are identified minimized, (3). External regulations and acceptable internal policies and procedures are followed, (4). Satisfactory standars are met, (5). Resources are used efficiently archived all for the purpose of assisting members of the organization in the effective discharge of their responsibilities”
Dari definisi-definisi diatas bahwa tujuan auditor internal adalah meningkatkan pengelolaan resiko, sistem pengendalian intern, dan proses tata kelola yang pada akhirnya dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan dan sesuai dengan yang ditetapkan dewan direksi. Tanpa fungsi auditor internal, dewan direksi tidak dapat memiliki sumber informasi internal yang bebas dan dapat dipercaya mengenai kinerja para manajer.
Selanjutnya, menurut Sawyer, (2005:7) auditor internal memiliki peran yang sangat penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan resiko-resiko terkait dalam menjalankan usahanya. Sedangkan menurut Tugiman (2006:17), aktivitas pemeriksaan
(33)
internal dan peran dari auditor internal dalam perusahaan adalah
compliance, vertifikasi, evaluasi, dan merekomendasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Compliance
Aktivitas ini untuk menilai sejauh mana tingkat kepatuhan para pegawai terhadap kebijaksanaan, prosedur, peraturan dan praktek usaha yang lazim, serta undang-undang dan peraturan pemerintah yang mempunyai aturan.
b. Veritifikasi
Kegiatan veritifikasi difokuskan pada ketelitian, keandalan berbagai data manajemen dan evaluasi apakah data tersebut relevan serta memenuhi kebutuhan manajemen yang meliputi laporan keuangan fisik serta hasil operasi perusahaan.
c. Evaluasi
Aktivitas ini menilai bentuk pengendalian internal yang ditetapkan perusahaan dan meliputi penilaian terhadap pengendalian akuntansi dan operasi, juga menilai hasil-hasil pelaksanaan dan petugas pelaksanaannya.
d. Merekomendasi
Merekomendasi suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen. Jadi, auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer atau dewan direksi dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk
(34)
menelaah oprasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi sistem kontrol secara efisien dan efektivitas terhadap kinerja perusahaan.
Menurut Halim (2001:1), definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari A Statement of Basic Auditing Concepts
(ASOBAC) yang mendefinisikan auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk meningkatkan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu proses yang sistematik, menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif, asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditentukan, menyampaikan hasil audit, dan para pemakai yang berkepentingan, dari ketujuh elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses yang sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisir.
b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan proses untuk menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas
(35)
c. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut.
d. Menentukan tingkat kesesuaian
Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
e. Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukuran untuk mempertimbangkan asersi.
f. Menyampaikan hasil audit
Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan.
g. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya.
Dari ketujuh elemen tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam audit diperlukan langkah-langkah yang tepat dan haruslah independen agar dapat menghasilkan informasi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
(36)
4. Good Corporate Governance
Berikut ini beberapa definisi mengenai Good Corporate Governance
dari berbagai refrensi. Menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya
mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Disamping itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Corporate Governance merupakan proses yang diterapkan dalam menjalankan suatu perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Jadi yang dimaksud dengan stakeholder
lainnya adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, yaitu bagian internal dan eksternal perusahaan seperti kreditor, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
Menurut Daniri (2005:4), GCG didefinisikan sebagai sistem yang mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak dan kewajiban pihak terkait (Board of Commissioners, Board of Directors,
(37)
shareholders, dan stakeholders lainnya), memuat aturan main dan prosedur yang harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait dengan keputusan korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan yang objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta pemantauan kerja. Jadi, GCG adalah sebuah tatanan yang mengatur hubungan antara semua pihak dalam struktur perusahaan yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan itu sendiri.
Sedangkan menurut Wardani dalam Febrian (2009:14) prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah mengacu pada
Islamic Financial Services Board (IFSB), IFSB mengeluarkan Shari’ah Governance System untuk mengatur penerapan tata kelola institusi syariah terutama bank syariah.
Tabel 2.1
Penggabungan Fungsi GCG Konvensional dengan Syariah
Fungsi Lembaga Keuangan
Konvensional
Lembaga Keuangan Syariah
Governance Dewan komisaris Dewan Pengawas
Syariah Pengendalian Internal auditor
Eksternal auditor
Pengawas syariah internal
Pengawas syariah eksternal
Kepatuhan Pejabat tingkat unit atau depertemen
Unit kepatuhan syariah
Sumber: IFSB Shari’ah Governance, 2009.
(38)
Di dalam pelaksanaan GCG pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah yang memiliki fungsi sebagai berikut (Bank Syariah Mandiri):
a. Mengawasi dan memantau kegiatan operasional bank untuk menjamin kepatuhannya terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI).
b. Menilai dan memberi persetujuan mengenai aspek-aspek syariah pada setiap pedoman produk dan operasional perusahaan.
c. Memberikan pendapat mengenai kepatuhan syariah atas kegiatan operasional perusahaan dalam laporan publikasi.
d. Meninjau produk dan layanan baru, yang belum diatur oleh fatwa yang dikeluarkan oleh DSN – MUI.
e. Menyerahkan laporan pengawasan syariah setiap 6 (enam) bulan kepada Dewan Komisaris, Direksi, DSN – MUI dan Bank Indonesia. Diuraikan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), ada empat unsur penting dalam Corporate Covernance, yaitu: fairness (keadilan), transparency (transparansi), accountability
(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban). Dari empat unsur itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
(39)
1. Fairness (Keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparency (Transparansi)
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.(OECD Business Sector Advisory Group on Corporate Governance, 1998)
Prinsip-prinsip Corporate Governance dari OECD yang dijelaskan dalam FCGI (2001:2) menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Hak-hak para pemegang saham;
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam
Corporate Governance; 4. Transparansi dan Penjelasan;
(40)
5. Peranan Dewan Komisaris.
Jadi dengan GCG baik komite audit dan internal audit harus memerhatikan faktor-faktor seperti keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan GCG baik di dunia perbankan maupun perusahaan. Dengan memerhatikan faktor-faktor tersebut maka hasil GCG di dalam perusahaan maupun perbankan dapat berjalan dengan baik dan lancar dan dapat dengan mudah berkoordinasi dengan dewan direksi.
5. Kinerja Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat islam. Bank Syariah menurut Arifin (2006:60), adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan menurut Muhammad (2004:2), bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayarannya serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.
Menurut Metwally (1995:13) prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syariah adalah:
(41)
1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah.
3. Memberikan zakat.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak menerapkan sistem bunga, seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi hasil untuk para nasabah. Dengan itulah yang membedakan hal mendasar dari bank konvensional yang keuntungan nasabahnya diperoleh dengan bunga.
Pelaksanaan fungsi perbankan sebenarnya telah ada dan menjadi tradisi sejak zaman Rosulullah seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, dan bahkan melaksanakan fungsi pengiriman uang. Namun, pada saat itu tentu saja fungsi-fungsi perbankan tersebut dilakukan dengan secara sederhana dan perorangan sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga belum terlembagakan secara sistematis.
Sebenarnya Islam juga telah memiliki aturan yang cukup komprehensif mengenai hukum-hukum dalam suatu perekonomian, hal itu bisa digali lebih lanjut dalam Al-Quran, Hadits, maupun buku-buku karya para ulama. Bahkan, beberapa istilah perbankan modern ada yang berakar kata dari ilmu fiqh. Misalnya, istilah kredit (Inggris: credit berarti kepercayaan; Romawi: credo yang berarti kepercayaan, dan Arab: qard
berarti meminjamkan uang berdasarkan kepercayaan). Selain itu, istilah cek (Inggris: check; Perancis: cheque, Arab: saq/suquq yang berarti pasar)
(42)
istilah cek terkenal sebagai alat pembayaran yang bisa digunakan di pasar-pasar.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tetap mengalami kendala karena bank syariah hadir di tengah-tengah perkembangan dan praktik-praktik perbankan konvensional yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat secara luas. Kendala yang dihadapi oleh perbankan (lembaga keuangan) syariah tidak terlepas dari belum tersedianya sumber daya manusia secara memadai dan peraturan perundang-undangan.
Meskipun, telah banyak kajian yang mencoba untuk mempermudah penjelasan tentang pelaksanaan operasional perbankan syariah. Hal ini mengingat bahwa di masing-masing negara, terutama yang masyarakatnya mayoritas muslim, tidak mempunyai infrastruktur pendukung dalam operasional perbankan syariah secara merata. Konsekuensi perkembangan di masing-masing negara tersebut tentunya akan berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan perbankan syariah di dunia. Apalagi pada saat ini produk-produk keuangan semakin cepat perkembangannya.
Jadi, bank syariah dalam penerapan oprasionalnya menggunakan cara-cara berdagang dan berjualan cara Rosullulah. Dengan menggunakan prinsip dan hadist dalam melaksanakan operasional maka para nasabah dapat terjamin terhindar dari riba.
Kinerja bank syariah saat ini sudah sangat baik. Dulu tahun 1999 hanya ada satu bank yaitu Bank Syariah Muamalat Indonesia, kini telah
(43)
menjadi enam bank yang berbasis syariah yaitu, Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank syariah BRI, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Panin Syariah (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia januari 2010).
Semua itu berkembang karena perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam. Sekarang juga pembiayaan perbankan syariah di Indonesia semangkin meningkat. Tetapi dengan menggunakan syaria-syariat islam seperti Wadiah, Mudharabah, Musyarakah, Salam, Istishna’, Ijarah, dan Qardh.
Jika dibanding dengan para bankir konvensional, maka bankir syariah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam implementasi GCG di lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syariah membawa nama agama ke dalam lembaga bisnis. Tegasnya, bankir syariah harus memainkan perannya sebagai pionir penegakan GCG di lembaga perbankan. Jika para bankir syariah melakukan penyimpangan dan moral hazard, hal itu tidak saja berimplikasi kepada lembaga tersebut tetapi juga kepada citra syariah. Meskipun masyarakat mengetahui bahwa hal itu kesalahan oknum tertentu. Tetapi orang akan dengan cepat menilai bahwa lembaga syariah melakukan moral hazard, apalagi lembaga konvensional. Keharusan tampilnya bankir syariah sebagai pionir penegakan GCG dibanding konvensional, karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional. Pertama, bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip
(44)
syariah (shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam
governance structure perbankan syariah. Kedua, karena potensi terjadinya informasi asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan
investment account holders dalam mekanisme good corporate governance
menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah. Ketiga, dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah (Rifka, 2009).
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Peran Komite Audit dan Audit Internal berkontribusi secara parsial
dan simultan terhadap Good Corporate Governance.
Menurut Sanjaya (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh komite audit dalam Good Corporate Governance komite audit harus memberikan laporan yang tepat terhadap dewan komisaris dan minimal memberikan laporan setahun sekali kepada dewan komisaris. Sedangkan dalam penelitian Santi Yustini (2009) tentang audit internal dalam mendeteksi kecurangan di perusahaan. Dari hasil penelitiannya bahwa
(45)
peran internal audit sangat berpengaruh untuk menemukan kecurangan yang terjadi. Dari penelitian-penelitian tersebut bahwa peran komite audit dan internal audit sangat penting dalam mewujudkan dan mempertahankan
Good Corporate Governance. Dari kedua penelitian tersebut bahwa komite audit dan audit internal dapat berkontribusi dalam penerapan Good Corporate Governance. Oleh karena itu, hipotesis penelitian pertama (Ha1) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha1 : Peran komite audit dan audit internal berkontribusi secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance.
2. Peran Komite audit, Audit Internal dan Good Corporate Governance
berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap kinerja
perbankan syariah.
Dalam penelitian Santi Yustini (2009) tentang audit internal dalam mendeteksi kecurangan di perusahaan. Dari hasil penelitiannya bahwa peran audit internal sangat berpengaruh untuk menemukan kecurangan yang terjadi. Karena, internal audit bekerja sebagai karyawan pada suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen (Arens 2009). Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa peran audit internal berpengaruh terhadap Good Corporate Governance untuk meningkatkan kinerja bank syariah. Dan menurut Anreas (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perkembangan tiap-tiap perbankan syariah sangat berbeda, walaupun mereka menggunakan sistem yang sama. Dari ketiga
(46)
penelitian tersebut bahwa peran komite audit, audit internal dan Good Corporate Governance sangat berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perbankan syariah. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis kedua (Ha2) sebagai berikut:
Ha2 : Peran komite audit, audit internal dan Good Corporate Governance berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap kinerja perbankan syariah.
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai peran komite audit dan audit internal serta Good Corporate Governance dan kinerja perbankan syariah telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan dalam meningkatkan kinerja bank syariah. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai peran komite audit dan audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah.
(47)
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Hasil
Santi Yustini (2009)
Pengaruh Komite Audit dan Auditor Internal dalam Pendeteksian Kecurangan (studi empiris pada beberapa perusahaan di jakarta) Meneliti tentang pendeteksian kecurangan Metode Regresi berganda Komite Audit Internal Audit Komite audit dan internal audit sangat berpengaruh dalam menemukan kecurangan yang terjadi di perusahaan I Putu Sughiar ta Sanjaya (2005) Peranan Komite Audit dalam Good Corporate Governance Meneliti peran komite audit dalam meningkatkan Good Corporate Governance, tanpa melibatkan internal audit Deskriptif Kualitatif Peran komite audit dalam meningkatk an komite audit Komite audit sangat berperan dalam meningkatk an kinerja perusahaan. Andi Anreas (2009) Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Melihat Laporan keuangan diuji dengan model CAMEL Regresi Berganda Penilaian kinerja Bank Syariah Hanya variabel NPL dan BOPO yang berpengaruh terhadap laporan keuangan Bank Syariah 36
(48)
D. Model Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang peranan komite audit dan audit internal dalam mewujudkan good corporate governance untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah yang merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ε1 Komite Audit
(X1)
Auditor Internal (X2)
Kinerja Bank Syariah
(Z)
Good Corporate Governance
(Y)
ε2
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
(49)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Komite Audit dan Audit Internal di Bank Syariah yang ada di Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menjelaskan peranan komite audit dan audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance di perbankan syariah yang ada di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan bank syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience Sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Metode convenience sampling digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan bank syariah di Jakarta yang berhubungan dengan penelitian ini.
(50)
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah jenis data primer. Menurut Husain (2009:42), data primer adalah yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner berupa pertanyaan yang menjadi instrumen variabel yang akan dikirimkan pada bank syariah yang menjadi objek penelitian. Apabila diperlukan, pengumpulan data juga dilakukan dengan bertemu langsung dengan responden.
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif.
Memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.
(51)
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran reliabilitas yang dilakukan dengan One Shot. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan realibel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak realibel (Imam Ghozali, 2005:41-42).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada keusioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation
(52)
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali, 2005:45).
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksirkan hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Imam Ghozali.2005:160). Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung seperangkat variabel bebas (independen) terhadap variabel terkait (dependen) (Riduwan dan Engkos. 2007:2).
Teknik analisa jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 terhadap Y serta berdampak kepada Z pada diagram jalur digunakan dua macam anak panah, yaitu (Riduwan dan Engkos. 2007:15-18)
a. Anak panah satu arah yang menyatakan pengaruh langsung dari sebuah variabel eksogen [variabel penyebab (X)] terhadap sebuah variabel endogen [varibel akibat (Y)], misalnya X1 Y dan
b. Anak panah dua arah yang menyatakan hubungan korelasional antara variabel eksogen, misalnya X1 X2
(53)
Langkah-langkah menguji path anlysis adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi. 1) Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya
dan rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.
2) Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
c. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).
Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha: ρyx1 = ρyx2 = ... = ρyxk≠ 0
Ho: ρyx1 = ρyx2 = ... = ρyxk = 0
1) Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabke F dengan taraf signifikan (α) = 0,05
2) Kaidah pengujian signifikansi dengan program SPSS
(a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan
(b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
(54)
d. Menghitung koefisien jalur secara individu
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut:
Ha: ρyx1≠ 0 Ho: ρyx1 = 0
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi analisis jalur bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Model persamaan untuk menguji hipotesis dengan analisis jalur dapat dibuat melalui persamaan struktur sebagai berikut:
Gambar 3.1
Hubungan Struktur I Variabel X1 dan X2 terhadap Y Komite Audit
(X1)
Auditor Internal (X2)
Good Corporate Governance
(Y) ρyε1
ρyx Г12
ρyx
(55)
Struktur I
Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyε1 Y = ρyx1X1 + ρyε1
Y = ρyx2X2 + ρyε1
Gambar 3.2
Hubungan Struktur II Variabel X1, X2, dan Y terhadap Z
Struktur II
Z = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρzyY + ρzε2 Z = ρyx1X1 + ρzε2
Z = ρyx2X2 + ρzε2 Z = ρzyY + ρzε2 Dimana
Z = Kinerja Bank Syariah X1 = Komite Audit
X2 = Internal Audit
Y = Good Corporate Governance
ε1
Г12
Komite Audit (X1)
Auditor Internal
Kinerja Bank Syariah
(Z)
Good Corporate Governance
ε2
ρzy
ρzε ρzx1
ρyx1
ρyx2
ρzx2
(56)
Pengujian hipotesis dengan analisis jalur, dapat dilakukan melalui: a. Pengujian secara simultan (Uji Statistik F)
Pengujian secara simultan (Uji statistik F) menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diujipada tingkat signifikan 0,05 (Imam Ghozali.2005:84). Menurut Riduwan dan Engkos (2007:132) untuk mengetahui signitifikasi analisis Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Hipotesis Struktur I adalah sebagai berikut:
Ha : ρyx1 , ρyx2≠ 0 Ho : ρyx1 , ρyx2 = 0
Ha1 = Komite Audit dan Internal Audit berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Good Corporate Governance
(57)
Ho1 = Komite Audit dan Internal Audit tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Good Corporate Governance
Hipotesis Struktur II adalah sebagai berikut:
Ha : ρzy , ρzx2 , ρzx1≠ 0 Ho : ρzy , ρzx2 , ρzx1 = 0
Ha2 = Komite Audit, Internal Audit dan Good Corporate Governance berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho2 = Komite Audit, Internal Audit dan Good Corporate Governance tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
b. Pengujian secara individual (Uji t)
Pengujian secara individual (Uji t) digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Imam Ghozali.2005:84). Menurut Riduwan dan Engkos (2007:132) untuk mengetahui signitifikasi analisis Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan
(58)
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Hipotesis Struktur I adalah sebagai berikut:
Ha : ρyx1≠ 0 Ho : ρyx1 = 0
Ha = Komite Audit berkontribusi secara signifikan terhadap Good Corporate Governance
Ho = Komite Audit tidak berkontribusi secara signifikan terhadap
Good Corporate Governance
Ha : ρyx2≠ 0 Ho : ρyx2 = 0
Ha = Internal Audit berkontribusi secara signifikan terhadap Good Corporate Governance
Ho = Internal Audit tidak berkontribusi secara signifikan terhadap
Good Corporate Governance
Hipotesis Struktur II adalah sebagai berikut:
Ha : ρzx1≠ 0 Ho : ρzx1 = 0
Ha = Komite Audit berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho = Komite Audit tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
(59)
Ha : ρzx2≠ 0 Ho : ρzx2 = 0
Ha = Internal Audit berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho = Internal Audit tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ha : ρzy ≠ 0 Ho : ρzy = 0
Ha2 = Good Corporate Governance berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho2 = Good Corporate Governance tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel operasional yang akan diuraikan dalam metode penelitian ini adalah 1. Variabel Eksogen
a. Komite Audit
Variabel eksogen komite audit adalah variabel eksogen yang diukur dengan seberapa jauh komite audit melaksanakan fungsinya secara maksimal seperti disebutkan dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001). Indikatornya berupa pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan, pemeriksaan terhadap laporan keuangan, pengawasan terhadap proses manajemen dan pengendalian,
(60)
pengawasan terhadap laporan auditor internal, menjamin manajemen melaksanakan rekomendasi auditor internal, mengawasi proses
corporate governance, mengawasi bank syariah, mengerti pokok-pokok persoalan yang mungkin mempengaruhi kinerja bank dan mengawasi proses oprasional bank. Diduga variabel ini dipengaruhi oleh variabel-variabel endogen. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
b. Audit Internal
Variabel eksogen audit internal adalah variabel eksogen yang diukur dengan seberapa jauh komite audit dan audit internal melaksanakan fungsinya secara maksimal seperti disebutkan oleh Tugiman (2006:17), aktivitas pemeriksaan internal dan peran dari audit internal dalam perusahaan adalah complaince, vertifikasi, evaluasi, dan merekomendasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
2. Variabel Endogen
a. Good Corporate Governance
Menurut Daniri (2005), GCG didefinisikan sebagai sistem yang mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak
(61)
dan kewajiban pihak terkait (Board of Commissioners, Board of Directors, shareholders, dan stakeholders lainnya), memuat aturan main dan prosedur yang harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait dengan keputusan korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan yang objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta pemantauan kerja. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: "Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan." Dari beberapa definisi tersebut menyebutkan bahwa GCG sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
b. Kinerja Perbankan Syariah
Menurut Muhammad (2004:2) bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
(62)
pembayarannya serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Sedangkan menurut Arifin (2006:1) bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Rifka (2009) Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (syariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam governance structure perbankan syariah. Dari beberapa definisi tersebut kinerja bank syariah sangat oenting untuk meningkatkan penghasilan bank agar dapat berjalan dan mampu bersaing. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
(63)
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala No Peran Komite Audit (sumber Santi Yustini (2009) dan I Putu Sughiarta Sanjaya (2005))
1. Peran dalam operasional
2. Peran dalam internal audit.
1. Pengawasan atas proses oprasional agar standar. 2. Hubungan kerja dengan
internal audit dan manajemen.
3. Mengerti semua pokok permasalahan.
4. Mengawasi proses Internal audit 5. Mengawasi laporan
auditor internal. 6. Melakukan pertemuan
dengan internal auditor dan manajemen. Ordinal 1 2 3 4 5 6 Peran Auditor Internal (sumber Santi Yustini (2009))
1. Misi Auditor Internal
2. Tujuan Auditor Internal 3. Tugas dan
teknik auditor internal 4. Hasil Audit
Intern
1. Memberikan informasi yang diperlukan manajer.
2. Mengevaluasi sistem bank
3. Bertindak sebagai penilai independen. 4. Menilai keekonomisan
fungsi tersebut sesuai prosedur yang berlaku untuk mencapai tujuan organisasi.
5. Menyusun program audit.
6. Melakukan review terhadap pelaksanaan
GCG
7. Penilaian terhadap hasil yang dicapai. 8. Menkomunikasikan
hasil audit. Ordinal 7 8 9 10 11 12 13 14 Bersambung Pada Halaman Selanjutnya
(64)
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala No
Good Corporate Governan ce (sumber Putri Maruti Agusti N (2009))
1. Transparan si
2. Kemandiria n
3. Akuntabilit as
4. Keterbukaa n
5. Pertanggun g jawaban
1. Menempatkan laporan keuangan di internet. 2. Kualitas komite audit
dan internal audit. 3. Komite audit secara
teratur rapat dengan auditor internal.
4. Tekanan pihak internal yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang baru.
5. Membuat standar profesional untuk karyawan.
6. Mempunyai pejabat khusus yang bertugas untuk memastikan bahwa perusahaan sepenuhnya taat pada hukum dan peraturan perundangan-undangan yang ada.
7. Pedoman etik dan tingkah laku yang tertulis.
8. Informasi RUPS perusahaan dilaporkan lebih awal kepada pemegang saham. 9. Pemegang saham
diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan.
10. Memiliki data keluarga Direksi dan Dewan Komisaris.
11. Direksi dan Dewan Komisaris ikut
berperan dalam seleksi karyawan. Ordinal 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bersambung Pada Halaman Selanjutnya
(65)
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala No Peningkat
an Kinerja (Sumber Urfy Damayanti , 2009).
1. Mampu membuat keputusan.
2. Mampu bertanggung jawab.
3. Mampu dan bersedia meningkatkan kinerja. 4. Mengerti bidang
pekerjaan.
5. Mencoba tantangan baru.
Ordinal 26 27 28 29 30
(1)
(Dr. Amilin SE, AK. MSi) (Wahyu Nugroho)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ………
Nama Bank : ………
Jabatan : ………
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : ………… tahun
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun >3 tahun
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1. Tidak Setuju (STS) 2. Kurang Setuju (TS) 3. Netral (N) 4. Setuju (S) 5. Sangat Setuju (SS)
Komite Audit
No. Keterangan TS KS N S SS
1. Komite audit melakukan pengawasan terhadap
proses pelaporan keuangan.
2. Komite audit memiliki hubungan kerja yang baik
dengan manajemen dan auditor internal.
3. Komite audit mengerti semua pokok persoalan
yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja bank syariah.
4. Komite melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.
5. Komite audit melakukan pengawasan terhadap
laporan auditor internal.
6. Komite audit wajib melakukan pertemuan dengan
internal auditor dan manajemen minimal 1 bulan sekali.
(2)
Internal Audit
No. Keterangan TS KS N S SS
7. Auditor internal memberikan informasi yang
diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab agar lebih efektif.
8. Auditor internal membantu manajemen dalam mengevaluasi bank.
9. Auditor internal harus independen terhadap segala aktivitas audit yang dilakukan disemua tingkatan manajemen.
10. Penggunaan sumber daya yang telah tepat dan sesuai dengan tujuan.
11. Auditor internal menyusun prosedur dan kebijakan secara tertulis sebagai pedoman bagi staf auditor. 12. Auditor internal melakukan evaluasi, pengawasan
dan pengontrolan dalam pelaksanaan Good
Corporate Governance.
13. Auditor internal melakukan penilaian terhadap
program-program yang telah berjalan untuk memastikan bahwa telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
14. Auditor internal mengkomunikasikan hasil audit dan memberikan rekomendasi kepada manajemen bank.
Good Corporate Governance
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi wahyu (08561486464), terima kasih…Page 4
No. Keterangan TS KS N S SS
15. Bank menempatkan laporan keuangan yang telah
diaudit melalui internet sebagai perluasan informasi.
16. Nilai kualitas komite audit dan internal audit di bank.
17. Pihak komite audit dan internal audit sering
mengadakan rapat bersama.
18. Tekanan dari manajemen terhadap auditor internal dalam mengaudit kebijakan-kebijakan manajemen.
19. Bank memiliki standar professional untuk
karyawannya.
20. Bank mempunyai pejabat khusus (semacam compliance officer ) yang bertugas untuk memastikan bahwa bank tersebut sepenuhnya taat pada hukum dan aturan perundangan yang ada.
21. Bank memiliki kode etik dan tingkah laku yang
tertulis dan dipatuhi oleh seluruh karyawan.
22. Terdapat usaha untuk agar semua Pemegang saham menghadiri, dan memberikan suaranya dalam RUPS.
(3)
23. Terdapat waktu yang diberikan kepada pemegang saham untuk memeriksa laporan keuangan agar dapat menyiapkan pertanyaan dalam RUPS tahunan.
24. Bank memiliki data-data mengenai keluarga direksi dan dewan komisaris untuk kelengkapan data kepemilikan saham bank.
25. Direksi dan Dewan Komisaris ikut berperan
dalam menyeleksi karyawan baru.
Kinerja Perbankan Syariah
No. Keterangan TS KS N S SS
26. Anda mampu membuat keputusan yang tepat dalam waktu dan kondisi tertentu.
27. Anda dapat bertanggung jawab atas
pengembangan dan berniat mengevaluasi diri sendiri secara terus-menerus.
28. Anda mampu dan bersedia untuk bekerja secara proaktif, kreatif, dan inovatif melalui penyajian gagasan-gagasan baru yang dapat meningkatkan kinerja jabatan atau unit kerjanya.
29. Anda dapat mengenali pekerjaan yang saat ini dan dapat mengatasi setiap permasalahan yang ada. 30. Anda selalu mencoba tantangan baru yang ada di
tempat bekerja.
(4)
(5)
No
Komite Audit Audit Internal Good Corporate Governance Kinerja Perbankan
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6 AI7 AI8 AI GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 6GCG GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG11 GCG KPS1 KPS2 KPS3 KPS4
1 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 3 4 4 4 31 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 3 3 4
3 3 4 4 4 4 4 23 2 4 3 4 4 4 4 4 29 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 37 2 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 3
5 3 4 3 4 3 4 21 4 4 2 2 4 4 4 3 27 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 37 3 4 4 3
6 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 38 4 4 3 3
7 4 4 4 4 3 3 22 4 4 4 4 3 3 2 4 28 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 40 3 4 3 4
8 3 4 3 3 3 4 20 2 4 3 2 3 2 3 4 23 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 38 3 3 4 3
9 4 4 4 4 4 3 23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 2 4 4 3
10 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 3 3 4
11 4 4 3 4 4 3 22 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 42 3 4 3 4
12 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 4 4 4 3
13 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 42 3 4 4 4
14 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 42 4 4 3 3
15 4 4 3 4 4 4 23 4 3 4 4 2 4 4 4 29 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 42 2 4 4 4
16 2 2 3 4 4 3 18 4 4 4 4 3 4 4 4 31 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 36 3 3 2 3
17 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 2 4 4 4 30 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 3 39 2 3 4 4
18 2 2 3 4 3 3 17 4 4 2 2 2 4 2 4 24 2 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 36 2 2 2 2
19 4 4 4 4 4 3 23 4 4 4 4 2 4 4 4 30 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 40 2 4 4 4
20 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 3 4 4 4 31 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 41 2 4 4 3
21 4 4 4 4 4 3 23 4 4 4 4 3 4 4 4 31 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42 3 4 3 4
22 4 4 3 4 4 3 22 4 4 4 4 4 3 4 4 31 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 41 3 3 4 3
23 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 3 4 4 4 31 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42 2 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3 3 3 3
25 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 41 2 4 3 4
26 4 3 4 4 4 4 23 3 3 3 4 4 4 4 4 29 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 41 4 4 4 3
27 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 3 4 31 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42 3 4 4 4
28 4 4 4 3 3 3 21 3 3 3 3 3 4 4 4 27 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 38 3 4 2 3
29 4 4 3 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 3 4 3 4
30 4 3 4 3 4 3 21 4 3 3 4 4 3 4 3 28 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 40 3 3 4 3
31 3 4 4 4 4 4 23 4 4 3 4 2 4 4 4 29 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 38 2 4 4 3
32 4 4 3 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 41 4 3 3 4
33 3 4 4 4 3 3 21 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42 3 4 3 4
34 4 4 4 4 4 3 23 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 3
35 4 3 3 4 4 3 21 2 2 4 4 2 2 2 4 22 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 39 3 4 4 4
(6)
Syariah KPS5 KPS
3 18
4 18
4 15
4 19
2 16
4 18
3 17
4 17
3 16
4 18
4 18
4 19
2 17
4 18
3 17
4 15
4 17
3 11
2 16
4 17
3 17
4 17
4 18
4 16
3 16
4 19
2 17
3 15
4 18
4 17
3 16
4 18
3 17
4 19
2 17