28
6 Ketentuan tersebut ayat 1 sampai ayat 5 pasal ini berlaku sepanjang
hukum masing-maing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.
18
C. Tujuan Dan Hikmah Pernikahan
Setiap manusia dalam melakukan sesuatu hal perbuatan hukum tentunya memiliki tujuan, dan setiap perbuatan hukum memiliki hikmah tersendiri yang
berkenaan dengan hidup baik dalam hal pernikahan maupun perihal lainnya. 1.
Tujuan pernikahan; Tujuan makhluk allah yakni secara khusus adalah manusia, tujuan
pernikahan sangat beragam, sesuai dengan pola fikir masing-masing individu di masyarakat yang sangat beragam. Ada yang bertujuan hanya sekedar
meningkatkan karir, untuk meraih jabatan tertentu ataupun hanya sekedar status semata di masyarakat, dan sebagainya. Tetapi dalam Islam tidaklah
seperti itu. Islam memberikan akal pikiran yang sehat lagi dewasa sehingga mampu melihat dan memilih suatu hal, dengan niat ataupun tujuan yang
sangat logis dan manusiawi. Islam memberikan rumusan mengenai tujuan pernikahan yang sedikitnya ada tiga tujuan pernikahan sebagai berikut:
a. Menentramkan Jiwa;
b. Perkawinan dapat membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan penuh
rasa kasih dan sayang, sehingga merasa damai, tenang, dan tentram;
18
Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Perwakafan cet. II, Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008, h. 81
29
c. Mewujudkan melestarikan keturunan;
d. Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh pria maupun
wanita. Akan tetapi perlu diketahui juga bahwa mempunyai anak bukanlah suatu kewajiban saja namun amanat dari Allah SWT yang diharap lahir
dengan membawa ketaatan kepada Allah SWT; e.
Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak. Manusia memiliki berbagai macam rasa, niat, perilaku dan sifat yang
sering kali berbeda-beda dan berubah-ubah. Baik dalam hal kebaikan maupun dalam hal keburukan atau hal-hal yang condong ke perilaku yang negatif.
Maka dalam hal tujuan perkawinan Islam sangat tegas menyatakan bahwa dalam menikah atau seorang yang ingin menikah, atau memiliki tujuan yakni
dapat menyelamatkan akhlak manusia dari kerusakan dan perjinahan, baik dikalangan remaja maupun dewasa.
Menurut Imam Al- Ghajali dalam kitab Ihya Ulumuddin tentang faedah melangsungkan perkawinan. Tujuan perkawinan dapat dikembangkan
menjadi lima, yaitu: a.
Mendapatkan dan melangsungkan keturunan; b.
Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayang;
c. Memenuhi panggilan agama. Memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan;
30
d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak,
serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal;
e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram
atas penuh cinta dan kasih yang halal. Sedangkan menurut Asaf A. A. Fyzee, tujuan nikah dapat dilihat dari
tiga Aspek, yaitu: a.
Aspek Agama Ibadah; 1
Memperoleh keturunan. 2
Perkawinan merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. 3
Perkawinan mendatangkan Rejeki dan menghilangkan kesulitan- kesulitan.
b. Aspek Sosial Masyarakat;
1 Memberikan perlindungan kepada kaum wanita yang secara umum
dinilai fisiknya yang lemah karena setelah pernikahan si isteri akan mendapat perlindungan dari suaminya, baik masalah nafkah atau
gangguan orang lain serta mendapat pengakuan yang sah dan baik dari masyarakat.
2 Mendatangkan sakinah ketentraman bathin, menimbulkan mawaddah
dan mahabbah cinta kasih serta rahmah kasih sayang antara suami isteri, anak-anak dan seluruh anggota keluarga.
31
c. Aspek Hukum Negara.
Perkawinan sebagai akad, yaitu perikatan dan perjanjian luhur antara suami dan istri untuk membentuk rumah tangga yang bahagia.
Dengan akad yang sah dimata Agama dan Negara, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban suami istri serta perlindungan dan
pengakuan hukum baik Agama maupun Negara.
19
2. Hikmah Perkawinan
Allah SWT, telah menjadikan makhluk-Nya berpasang- pasangan. Dengan kata lain, ketika manusia dijadikan makhluk Allah SWT yang paling
sempurna, dan kesempurnaannya dapat dilihat dari kehidupan manusia yang saling berpasang- pasangan dari lawan jenis kamu.
Perkawinan dalam Islam menurut Abdurrahman Wahid bukan sekedar akad nikah, melainkan memiliki dimensi lain yang tidak boleh hilang yaitu
cinta dan kasih sayang mawaddah dan warrahmah, dengan menjadikan ikatan yang kokoh. Rahman disini bukan berarti kesejahteraan saja, melainkan
pengikat dengan dimensi fisik termasuk biologis seperti reproduksi.
20
Menurut beberapa para pakar hukum, perkawinan adalah suatu ikatan atau perjanjian
lahir batin antara kedua pasangan hingga penjaminan suatu hal ataupun perbuatan yang bisa menjadikan perbuatan hukum. Antara lain hikmah yang
19
Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary A.Z, Loc. Cit., h. 57-63.
20
Abdurrahman Wahid, Refleksi Teologis Dalam Perkawinan Bandung: Mizan, 1999, h.172.
32
dapat dilihat dalam perkawinan itu ialah menghalangi umat dari hal-hal atau perbuatan yang tidak diizinkan syara dan menjaga kehormatan diri dari
kerusakan seksual.
21
Dari hikmah- hikmah perkawinan yang disebutkan di atas, dapatlah penulis ambil untuk ilmu secara pribadi dan pada saatnya semua manusia juga
dapat merasakan dan menjadikan hikmah ini sebagai motivasai untuk kedepannya dan menjadikan kita selalu manusia yang selalu bersyukur kepada
Allah SWT.
D. Pencegahan atau Larangan dalam Pernikahan