Penggunaan Antibiotik di Klinik Kombinasi Antibiotik

Gentamisin sulfat berupa serbuk, putih sampai putih kekuningan yang mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95. Gentamisin aktif terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Gentamisin sulfat merupakan kelompok antibiotik aminoglikosida yang memiliki spektrum antimikroba yang luas. Gentamisin digunakan pada infeksi infeksi intra-abdomen, luka, saluran kemih, pneumonia dan meningitis. Mekanisme kerja antibiotik gentamisin sama seperti mekanisme kerja antibiotik golongan aminoglikosida lainnya yaitu dengan menghambat sintesis protein bakteri. Dalam hal ini, antibiotik golongan aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S ribosom yang akan mengakibatkan kode genetika pada mRNA tidak terbaca dengan baik sehingga tidak terbentuk sub unit 70 S, akibatnya biosintesis protein bakteri dikacaukan. Efek ini terjadi tidak hanya pada fase pertumbuhan bakteri melainkan bila bakteri tidak membelah diri. Semua aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari ribosom secara selektif Wattimena, 1987; Tjay, 2002.

2.2 Penggunaan Antibiotik di Klinik

Penggunaan terapeutik antibiotik di klinik bertujuan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat mikroba atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Penggunaan antibiotik perlu mempertimbangkan faktor- faktor berikut: a. Penyebab infeksi Universitas Sumatera Utara Proses pemberian antibiotik yang paling baik adalah dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologis atau uji kepekaan kuman penyebab infeksi. Setelah itu, dilakukan pengobatan terhadap pasien yang bersangkutan. b. Faktor pasien Faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah fungsi organ tubuh pasien yaitu fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui dan lain-lain. c. Pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat merugikan pasien berupa efek samping dan masalah resistensi. Pemberian antibiotik tepat jika uji sensitifitas telah dilakukan. Gejala klinik infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba. Bila mekanisme pertahanan tubuh berhasil, mikroba dan zat toksik yang dihasilkannya dapat disingkirkan tanpa pemberian antibiotik Anonim b, 2007; Ganiswarna, 1995; Tjay, 2002.

2.3 Interaksi Obat

Interaksi obat terjadi jika obat-obat yang digunakan pada waktu bersamaan dapat saling mempengaruhi kerja masing–masing obat. Kerja obat dapat menjadi lebih atau kurang aktif. Interaksi obat dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Interaksi Farmakodinamika 2. Interaksi Farmasetika

3. Interaksi Farmakokinetika Harkness, 1984; Tjay, 2002. 2.3.1 Interaksi Farmakodinamika Universitas Sumatera Utara Interaksi ini terjadi apabila efek satu obat diubah akibat keberadaan obat lain pada tempat aksinya atau sasarannya dalam tubuh.

2.3.1.1 Interaksi Antagonis

Antagonis terjadi jika obat-obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan efek yang berlawanan. Kegiatan kedua obat saling mengganggu atau dapat juga kegiatan salah satu obat dikurangi atau ditiadakan sama sekali oleh obat yang lain.

2.3.1.2 Interaksi Aditif

Aditif terjadi bila obat-obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah terhadap pasien. Contohnya secara matematis: 1+1=2

2.3.1.3 Interaksi Sinergis

Sinergis terjadi bila obat-obat yang diberikan bekerja sama menimbulkan efek yang lebih besar daripada jumlah efek masing-masing obat secara terpisah. Contohnya secara matematis: 1+1=lebih dari 2.

2.3.1.4 Interaksi Potensiasi

Potensiasi terjadi bila satu obat memperkuat efek obat lain dengan cara meningkatkan kadar obat yang lain tersebut dalam darah. Contohnya secara matematis: a+b=lebih banyak b daripada yang biasa Anief, 2002; Ganiswarna, 1995; Tjay, 2002. 2.3.1.5 Augmentative interaction Interaksi ini terjadi apabila satu obat memperlama atau memperpanjang kerja dari obat yang lain. Universitas Sumatera Utara

2.3.1.6 Complementary interaction

Interaksi ini terjadi apabila kedua obat yang diberikan bersama-sama tersebut saling melengkapi.

2.3.2 Interaksi Farmasetika

Interaksi ini terjadi di luar tubuh. Apabila obat-obat tersebut dicampur, akan terjadi interaksi secara langsung, baik secara kimiawi maupun fisika. Umumnya interaksi ini menjadikan obat tidak aktif lagi atau inaktivasi obat. Contohnya obat suntik karbenisilin tidak boleh disuntikkan selagi pasien diinfus gentamisin sulfat. Antibiotik golongan penisilin berinteraksi secara kimia dengan antibiotik golongan aminoglikosida menjadi bentuk yang tidak aktif secara biologi melalui suatu reaksi antara amino pada aminoglikosida dengan cincin beta laktam pada antibiotik penisilin, sehingga kedua antibiotik tersebut menjadi tidak aktif. Antibiotik golongan aminoglikosida khususnya gentamisin diinaktivasi oleh antibiotik golongan penisilin Ganiswarna, 1995; Stockley, 1994.

2.3.3 Interaksi Farmakokinetika

Interaksi ini terjadi karena obat yang satu menurunkan atau bahkan dapat menaikkan kadar obat kedua dalam darah, dengan jalan mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresinya dari dalam tubuh. Akibatnya, obat kedua tidak aktif atau justru menjadi lebih kuat kerjanya atau dapat lebih toksis Ganiswarna, 1995. Universitas Sumatera Utara

2.4 Kombinasi Antibiotik

Antibiotik sering diberikan kepada pasien sebagai kombinasi untuk mengatasi infeksi dan kombinasi antibiotik ini dapat bersifat sinergis atau antagonis. Kombinasi obat seringkali diberikan dengan maksud meningkatkan efek terapeutisnya tanpa meningkatkan efek buruknya. Namun bukan hanya efek kombinasi terhadap mikroba perlu diperhatikan, tetapi juga efek kombinasi terhadap pasien Wattimena, 1987; Tjay, 2002. Penggunaan kombinasi antibiotik yang tepat harus dapat mencapai sasaran sebagai berikut : a. Kombinasi bekerja sinergik terhadap mikroba penyebab infeksi. Sinergisme dapat terjadi bila kombinasi antibiotik menghasilkan efek yang lebih besar daripada jumlah dari masing-masing antibiotik. Contoh kombinasi antibiotik seperti penisilin yang aktif bekerja menghambat sintesis dinding sel bakteri, mempermudah antibiotik aminoglikosida memasuki sel mikroorganisme, berinteraksi dengan ribosom dan menghambat sintesis protein mikroorganisme tersebut. b. Kombinasi sebagai tindak awal penanganan infeksi berat yang etiologinya belum jelas, misalnya pada meningitis. c. Kombinasi mencegah terjadinya resistensi mikroba. d. Kombinasi antibiotik digunakan untuk menangani infeksi campuran, misalnya paska bedah abdomen. Universitas Sumatera Utara Beberapa infeksi tertentu dapat disebabkan lebih dari satu jenis mikroba yang peka terhadap antibiotik yang berbeda. Dalam hal ini diperlukan pemberian kombinasi antibiotik sesuai dengan kepekaan mikroba-mikroba penyebab infeksi campuran tersebut Anonim b, 2007; Ganiswarna, 1995; Wattimena, 1987.

2.5 Bakteri