17
c. Monitoring harga bahan pangan strategis dan lokal
d. Monitoring pengadaan penyiapan penyaluran cadangan pangan
e. Monitoring daerah rawan pangan
f. Monitoring kewaspadaan pangan bencana alam dan gangguan
OPT g.
Monitoring penganekaragaman konsumsi bahan pangan h.
Monitoring mutu dan keamanan pangan i.
Supervise yang terkoordinasi ke lapangan 6.
Melaksanakan pengkajian, analisis dan pembinaan terhadap aspek-aspek ketahanan pangan ketersediaan, distribusi, penganekaragaman konsumsi
dan kewaspadaan atau keamanan pangan. 7.
Memantau dan mengendalikan ketersediaan dan distribusi bahan pangan, terutama Sembilan bahan pangan pokok.
8. Mengkoordinasikan pelaporan dan evaluasi program peningkatan
ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan, mutu dan keamanan pangan.
3.3 Kebijakan-kebijakan Kantor Badan Ketahan Pangan untuk Peningkatan
Pangan
Kebijakan kantor Badan Ketahanan Pangan untuk peningkatan pangan meliputi berbagai aspek diantaranya adalah:
1. Kebijakan dalam aspek ketahanan pangan:
18
1 Menjaga ketersediaan pangan melalui upaya-upaya peningkatan
produksi dan produktivitas bahan nabati dan hewani sesuai potensi wilayah masing-masing yang diwujudkan melallui 4 empat tahap
usaha pokok yaitu intensivikasi, ekstensivikasi, diversivikasi dan rehabilitasi deangan 8 delapan langkah kegiatan utama yaitu:
Pemberdayaan kelompok tani dan kelembagaan kelompok ekonomi petani KUD, kopptan dan lain-lain.
Kemantapan penyediaan dan penyaluran sarana produksi benih, pupuk, obat-obatan dan alsintan.
Penyediaan dan penyaluran kredit modal Peningkatan mutu teknologi
Peningkatan kinerja penyuluh Mengembangkan kemitraan dalam pemasaran hasil
Peningkatan mutu koordinasi Peningkatan dan pengembangan jaringan irigrasi
2 Perlunya menata ulang kembali mekanismetata cara pengadaan
dan penyaluran pupuk yang sudah ada secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah sehingga pupuk betul-betul tersedia di tengah-
tengah petani yang memenuhi prinsip 6 enam tempat. 3
Tingkat ketersediaan bahan yang bersumber dari produksi lokal harus diupayakan secara bertahap mencapai titik ideal yaitu sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan jika terjadi kelebihan surplus diprioritaskan untuk perdagangan antar provinsi maupun eksport.
19
4 Mendukung kebijakan pemerintah untuk tetap melaksanakan
larangan import beras pada tahun 2005 dan tahun 2006, mengingat cadangan dan produksi cukup tinggi.
5 Untuk memantapkan ketersediaan gula pemerintah dihimbau untuk
memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan import gula melalui importer daerah sehingga lebih
memudahkan dalam pengawasan. 2.
Kebijakan dalam aspek distribusi: 1.
Mengembangkan kerja sama jaringan distribusi dan informasi pangan dalam daerah dan antar untuk mewujudkan ketersediaan dan stabilitas
harga. 2.
Peningkatan efesiensi kelancaran distribusi bahan pangan melalui reformasi berbagai peraturan yang menghambat lalulintas perdagangan,
pengembangan sarana dan prasarana distribusi serta pelayanan teknologi pasca panen.
3. Peningkatan kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun antar wilayah. 4.
Penguatan pangan pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga eksport serta mengembangkan kemitraan pemasaran hasil.
3. Kebijakan dalam aspek penganekaragaman konsumsi:
1. Melakukan upaya-upaya diversifikasi konsumsi pangan yang beragam,
bergizi dan berimbang serta aman, dengan kondisi dan situasi daerah, dengan mengutamakan sumber pangan lokal untuk mencegah
20
ketergantungan terhadap satu jenis pangan tertentu sesuai dengan Pola Pangan Harapan PPH.
2. Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat.
3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi bahan pangan yang
seimbang baik jenis nabati, atau hewani maupun mutu dan gizi. 4.
Peningkatan konsumsi bahan pangan lokal sebagai basis pada non beras.
4. Kebijakan Dalam Aspek Kewaspadaan dan Keamanan Pangan
1 Melaksanakan pengamatan dini kerawanan pangan serta
mengembangkan cadangan pangan daerah untuk mengatisipasi kondisi darurat bencana alam, kerawanan pangan dan lain-lain yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam 3 tiga bulan. 2
Peningkatan kemampuan Fungsi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG.
3 Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam
kondisi kerawanan pangan kronis serta pengembangan jaringan pengembangan pangan bagi kelompok rawan pangan transien
mendadak karena bencana alam dan social. 4
Peningkatan pengembangan keamanan mutu dan gizi pangan. 5.
Kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan: 1.
Mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang-sekurangya 1 per tahun, dimulai tahun 2005 sebagai komitmen Indonesia dalam
deklarasi Roma Tahun 1996 pada KKT Pangan Dunia melalui Pembangunan Ketahanan Pangan di pedesaan dan perkotaan.
21
2. Mengembangkan desa mandiri pangan dan menggalang sumber-sumber
dalam masyarakat yang memadai yang dimulai pada tahun 2005. 6.
Kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan: Meningkatkan pemberian bantuan langsung masyarakat baik berupa dana
penguatan modal bagi lembaga ekonomi pendesaan maupun bantuan dana berupa penguatan modal usaha kelompok petani di pedesaan.
22
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa merupakan cara menjalankan perhitungan kedalam bentuk yang lebih sederhana disertai dengan penyajian tabel dan dilengkapi dengan grafik, sehingga
dapat memudahkan pembaca dalam melakukan analisa sehingga mudah dimengerti.
4.1 Data