Jam 16.00 Buah
100 1 ptg
Makan Malam Nasipenukar
Lauk hewani Lauk nabati
Sayuran B Buah
Minyak Gula
150 50
25 100
100 10
1 gls 1 ptg
½ gls 1 gls
1 ptg 1 sdm
0 sdm
Sumber : Depkes RI, 2009
Keterangan: - Gls : gelas
- Sdm : sendok makan - Ptg : potong
- Sdg : sedang Nilai Gizi :
- Energi : 1912 kkal
- Protein : 60 g 12,5 energi total
- Lemak : 48 g 22,5 energi total
- Karbohidrat : 299 g 62,5 energi total - Kolestrol
: 303 mg - Serat
: 37 g
8. Komplikasi
1. Komplikasi Vaskuler
- Mata : Retinopati Neurophati non poliferatif poliferatif, Macular edema, Katarak, Glaukoma
- Neuropati : sensorik dan motorik mononeuropati dan polineuropati
- Autonomik 2.
Komplikasi nonvaskuler - Gastrointestinal: diare, gastroparesis
- Genitourinary: disfungsi ereksi, ejakulasi retrograde - manifestasi dermatologik
3. Ulkus Diabetikum Alvin, 2008
B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain
pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dengan segala bentuk tindakan seseorang overt behavior Arikunto,2006. Sedangkan menurut Mundiri
2001 dalam Rahman 2003 pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan dalam jiwa sehingga
tidak ada keraguan terhadapnya.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat
pengetahuan yaitu: tahu know, memahami comprehention, aplikasi application, analisis analilysis, sintesis sintesis dan evaluasi
evaluation. Notoadmojo, 2005
Notoadmojo, 2007 mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau
perilaku seseorang. Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan dan sikap positif, akan berlangsung langgeng. Pengetahuan penderita mengenai
diabetes melitus merupakan sarana yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan demikian semakin banyak
dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya, maka
semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan Waspadji, 2007.
2. Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni: a.
Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi : 1
Cara Coba Salah Trial And Error Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi
sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. 2
Cara Kekuasaan atau Otoritas Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut
orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
4 Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan
kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan pikiran.
b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah Notoatmodjo, 2005.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
daripada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa Nursalam, 2001.
Singgih D. Gunarso 1990 mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses
–proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun.
Abu Ahmadi 1997 juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh,
tetapi pada umur –umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu Sarwono, 1992. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi Notoatmodjo, 2007.
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa,
sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap Koentjaraningrat, 1997.
Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit
menerima pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan Effendi,
1998. Seseorang
terhadap nilai-nilai
yang baru
diperkenalkan Wiet Hary dalam Notoatmodjo 2007 menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin baik pula pengetahuannya.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik, pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu Notoatmodjo, 2002.
4. Tingkat Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas 6
tingkat yaitu :
a. Tahu Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali Recall
terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “Tahu“ merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen
–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis Syntesis
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi Evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada ditentukan Notoatmodjo, 2005.
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket kuesioner yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
Notoatmodjo, 2005.
C. Sikap
1. Definisi Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu
terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap.
Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-
pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan- harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia, atau untuk
singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli Azwar, 2007.
Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negative terhadap suatu objek psikologis Azwar, 2007. Sikap atau
Attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek Gerungan, 2004. LaPierre mendefinisikan sikap
sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Definisi Petty Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain,
objek atau isu-isu Azwar, 2007.
Menurut Fishben Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan
objek tertentu. Sherif Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan
stimulus manusia atau kejadiankejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku
Dayakisni Hudaniah, 2003.
Azwar 2007, menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran yaitu :
1. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti
Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak unfavorable pada objek tersebut. 2.
Kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini
sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan
kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respon. 3.
Kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik triadic schema. Menurut pemikiran ini suatu sikap
merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap suatu objek.
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan
berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif.
2. Komponen Sikap
Azwar 2007 menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu: a.
Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan
seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
3. Karakteristik Sikap
Menurut Brigham Dayakisni dan Hudiah, 2003 ada beberapa ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu :
a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku. b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam
hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.
c. Sikap dipelajari. d. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang
mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.