2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu dapat siswa dibawa ke objek
atau peristiwa tersebut. 3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.
5. Harganya murah, mudah diperoleh dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Kelemahan: 1. Hanya menekankan persepsi indera mata.
2. Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Menurut Slavin 1995 : 227 pembelajaran kooperatif merupakan ide lama semenjak abad pertama setelah masehi, para filosof sudah mengemukakan bahwa
agar seseorang belajar, harus memiliki teman belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.
Ide utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Slavin dalam Trianto
2009:57 menekankan bahwa belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.
Ibrahim 2000:6 menyatakan adanya beberapa unsur dasar pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk:
1. Menganggap bahwa meraka “sehidup sepenanggungan bersama” dalam kelompoknya.
2. Bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti mereka sendiri.
3. Melihat bahwa semua siswa di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama. 4. Membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya. 5. Dievaluasi atau diberi hadiah penghargaan yang juga akan dikenakan untuk
semua anggota kelompoknya. 6. Berbagi kepemimpinana dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya. 7. Mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Ibrahim menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Dalam perkembangan, belajar kooperatif memiliki tipe. Tiap tipe mempunyai perbedaan dalam hakekat pembelajaran, bentuk kerjasama, peranan dan
kominikasi antar siswa, serta peranan guru. Salah satu tipe belajar kooperatif adalah NHT Number Head Together.
NHT dikembangkan oleh Kagan dalam Lie, 2002 :58 model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membegikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, tipe ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Model pembelajaran ini selalu
diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, masing-masing siswa sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah posisi
kelompok, menyusun materi, mempresentasikan dan mendapat tanggapan dari kelompok lain.
Di dalam Numbered Head Together NHT ada 4 langkah yang dikemukakan oleh Kagan 1993, dalam Ibrahim, 2000 :28 yaitu :
1. Langkah 1 Pembentukan kelompok dan penomoran Dalam pembentukan kelompok, disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together NHT yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 orang dan memberikan mereka
nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor berbeda.
Kelompok-kelompok ini terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2. Langkah II Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berfikir bersama untuk mengembangkan dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS. 3. Langkah III Memanggil nomor anggota
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor siswa. Siswa yang memiliki nomor yang sama dari setiap kelompok mengangkat tangan, berkumpul dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas. Kemudian mempresentasikan di depan kelas, sedangkan siswa dari kelompok lain menanggapi.
4. Langkah IV Menarik kesimpulan Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok dan membimbing siswa
untuk menyimpulkan materi yang dipelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh ibrahim menjadi enam langkah sebagai berikut:
1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan
membuat skenario pembelajaran SP, lembar kerja siswa LKS yang sesuai dengan model NHT.
2. Pembentukan kelompok Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor. Sebuah kelompok dalam model pembelajaran NHT adalah kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 orang siswa dengan kemampuan akademik yang
berbeda. Penyebaran siswa dalam setiap kelompok juga harus memperhatikan jenis kelamin dan kenerja siswa dengan demikian keseimbangan di dalam
kelompok akan tercapai. 3. Diskusi masalah
Kegiatan utama dalam langkah ini adalah siswa mempelajari materi dan mengerjakan LKS secara berkelompok. Selama belajar kelompok, siswa selalu
berada di dalam kelompoknya. Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman-teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kegiatan dan aturan-aturan yang sangat penting seperti yang dikemukakan oleh Lie 2008:20 yaitu siswa
diposisikan untuk duduk berkelompok dan dikondisikan setiap siswa dapat terlibat aktif dalam bekerja secara berkelompok. Kerja kelompok dihentikan
jika semua anggota kelompok sudah memahami materi yang dipelajari. Guru sebaiknya memberikan bimbingan jika ada materi yang dianggap sulit saat
siswa melakukan kerja kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT , kompetisi akademik harus dirancang sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menguji pengetahuan yang telah dicapai setiap siswa. Dalam kompetisi akademik ini kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4. Pemberian jawaban Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
kegiatan ini dipandu dengan pertanyaan arahan. 5. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
6. Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang prestasinya paling bagus.
Ibrahim 2000:28 mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu hasil belajar struktural, pengakuan
adanya keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Hasil belajar akademik struktural ditujukan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Pengakuan adanya keraguan bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai latar belakang yang
berbeda. Sedangkan keterampilan sosial yang ingin dikembangkan adalah keaktifan dalam kegiatan diskusi, menghargai pendapat orang lain, dapat bekerja
dalam tim.
Lundgren Ibrahim 2000:18 menyatakan beberapa manfaat yang diperoleh dari model pembelajaran tipe NHT yaitu rasa harga diri siswa menjadi lebih tinggi,
penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, konflik antar pribadi menjadi berkurang, kepekaan dan toleransi, interaksi menjadi lebih mudah, dan hasil
belajar menjadi lebih tinggi. .
Selain memiliki kelebihan di atas, model pembelajaran NHT juga memiliki kelemahan. Menurut Mas’adah 2011:29 beberapa kelemahan pembelajaran
kooperatif tipe NHT yang harus diantisipasi diantaranya yaitu: 1 kemungkinan nomor yang dipanggil lagi oleh guru, 2 tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru, 3 kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok, 4 banyak kelompok yang akan
melapor dan dimonitor, 5 membutuhkan lebih banyak waktu, 6 membutuhkan sosialisasi yang lebih.
C. Penguasaan Materi