Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

Sedangkan Angelo 1995:13 mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis. Lima indikator tersebut adalah sebagai berikut: a. keterampilan menganalisis, yaitu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut, b. keterampilan mensintesis, keterampilan menggabungkan bagian- bagian menjadi susunan yang baru, c. keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian, d. keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertianpengetahuan yang dimilikinya untuk mencapai pengertian baru, e. keterampilan mengevaluasimenilai, yaitu kemampuan menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Dewey dalam Fisher 2009: 2 seorang filsuf, psikolog, dan edukator berkebangsaan Amerika, secara luas dipandang sebagai bapak tradisi berpikir kritis modern. Ia menamakannya sebagai berpikir reflektif dan mendefinisikannya sebagai pertimbangan yang aktif, persistent terus- menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Sapriya 2011: 87 mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Fisher 2009: 10 mengatakan bahwa agar kritis, berpikir harus memenuhi standar-standar tertentu mengenai kejelasan, relevansi, masuk akal, dan lain-lain, dan seseorang bisa lebih atau kurang terampil dalam hal seperti ini. Sedangkan menurut Ennis dalam fisher 2009: 4 berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mestinya dipercaya atau dilakukan. Gleser dalam Fisher 2009: 3 mendefinisikan berpikir kritis sebagai. 1 Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; 2 pengetahuan tentang Metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan 3 semacam suatu keterampilan untuk menetapkan metode- metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Morgan dalam Septiana 2012: 18 mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis antar-Universitas Intercollege Committee on Critical Thinking yang terdiri atas. 1 Kemampuan mendefinisikan masalah, 2 kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecah masalah, 3 kemampuan mengenali asumsi- asumsi, 4 kemampuan merumuskan hipotesis, dan 5 kemampuan menarik kesimpulan. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diartikan bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan cara tes evaluasi kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menemukan cara-cara yang dapat dipakai dalam menangani masalah-masalah, menyeleksi dan menyususun informasi yang diperlukan dan kemampuan menarik kesimpulan menggunakan bahasa yang tepat dan jelas. Kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam bertanya, menjawab pertanyaan serta kemampuan dalam menanggapi suatu masalah.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament

Model Kooperaktif tipe TGT dikembangkan oleh De Vries dan Saving 1978 di Universitas John Hopkins. TGT merupakan kegiatan pembelajaran kooperaktif yang terdiri dari kegiatan pengajaran, kelompok belajar, dan pertandingan antar kelompok. Pembelajaran kooperaktif tipe TGT hampir sama dengan pembelajaran kooperaktif tipe STAD. Hal ini sesuai dengan pendapat Wikandari dalam Dedeh Winarti 2004:10 yang mengungkapkan bahwa: Dalam metode yang berkaitan dengan STAD yang disebut Taem Games Tournamen TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk skor tim mereka. Berdasarkan ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya pembelajaran kooperaktif tipe TGT hampir sama dengan STAD, perbedaanya hanyalah pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan TGT tidak diadakan kuis,tetapi diadakan pertandingan antar kelompok. Pembelajaran kooperaktif tipe TGT memilik komponen- komponen sebagai berikut . a. Presentasi Kelas Guru menerangkan konsep-konsep garis besar materi yang berkaitan dengan pembelajaran dan siswa mendengarkan serta memperhatikan dengna baik. b. Kelompok Siswa terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru menjelaskan konsep materi, setiap kelompok mengerjakan LKS ,berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama, mencocokkan jawaban, dan memberi jawaban yang

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY (SAVI) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDA

0 13 113

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 B

0 6 103

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 0 6