Analisis Pengaruh Shariá Governance Structure terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015

(1)

ANALISIS PENGARUH SHARI’A GOVERNANCE STRUCTURE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2011-2015

Oleh : RIKA HAYATI NIM : 1111046100087

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

ANALISIS PENGARUH SHARI’A GOVERNANCE STRUCTURE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2011-2015

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Rika Hayati NIM. 1111046100087

Dibawah Bimbingan Pembimbing

Ir. Rr. Tini Anggraeni, ST, Msi

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Hari ini Jum’at, 16 Desember 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Rika Hayati 2. NIM : 111046100087 3. Jurusan : Perbankan Syariah

4. Judul Skripsi : Analisis Pengungkapan Shari’a Governance Structure Terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Seluruh sumber yang saya gunakan selama penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Univeristas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 14 November 2016M


(5)

v

ABSTRAK Nama : Rika Hayati

Jurusan : Perbankan Syariah

Judul : Analisis Pengaruh Shari’a Governance Structure Terhadap Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2011-2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Shari’a Governance Structures dengan tingkat pengungkapan Corporete Social Responsibility pada perbankan syariah di Indonesia. Faktor-faktor terkait Shari’a Governance Structures yang diuji dalam penelitian ini adalah mekanisme pengawasan dan struktur kepemilikan. Mekanisme pengawasan diwakili oleh keberadaan Dewan Pengawas Syariah yang diukur menggunakan Islamic Governance Score (IG-Score). Sementara struktur kepemilikan diukur menggunakan rasio dana pihak ketiga (invesment account holders) dan ukuran perusahaan. Selain itu penelitian ini juga menganalisis tingkat pengungkapan CSR Bank Umum Syariah di Indonesia berdasarkan indeks ISR. Hasil penelitian menunjukan bahwa invesment account holders (IAH) dan ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Namun, keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR pada perbankan syariah di Indonesia.

Kata kunci:

Shari’a Governance Structures, Corporate Social Responsibility, Pengungkapan, Bank Umum Syariah


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmatnya sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “ Analisis Pengaruh Shari’a

Governance Structure terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun

2011-2015”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secar langsung maupun tidak langsung, membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, maka penulis berterima kasih kepada : 1. Dr. H. JM. Muslimin, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA. selaku ketua Prodi Muamalat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ir. Rr. Tini Anggraeni, ST, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan banyak ilmu, dukungan dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan keberkahan kepada beliau.

4. Segenap pimpinan dan staff perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan referensi yang dibutuhkan selama penulisan skripsi.


(7)

vii

5. Mamah dan Bapak ku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tak pernah putus serta tidak mengenal lelah sampai saat ini.

6. Adik tersayng, Rantri Rahmawati, jangan pernah lelah mencari ilmu dan menggapai cita-cita. Semoga kita menjadi anak shalelah dan bisa memberikan kebanggan.

7. Teman-teman Perbankan Syariah seperjuangan, terima kasih telah saling berbagi, mendukung, mengingatkan dan mendoakan. Semoga silaturrahim kita semua tetap terjaga dan langgeng.

8. Teman, sahabat, kerabat dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya, kepada Allah jugalah penulis serahkan, semoga kebaikan yang telah diberikan menjadi amal saleh dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, semoga Allah SWT. selalu memberikan jalan kebaikan dan keridhaan dalam setiap langkah baik kita. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umunya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

Jakarta, 14 November 2016 M

Penulis Rika Hayati


(8)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Malasah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 12

2. Islamic Social reporting (ISR) ... 24

3. Shari’a Governance Score ... 36

B. Penelitian Terdahulu ... 44

C. Kerangka Konseptual ... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 49

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 49


(9)

ix

C. Metode Pengumpulan Data ... 50

1. Data sekunder ... 50

2. Studi Kepustakaan ... 51

D. Operasional Variabel ... 52

1. Variabel Bebas ... 52

2. Variabel Terikat ... 54

E. Metode Analisis ... 55

1. Uji stasioner Data ... 60

2. Analisis Model regresi Data Panel ... 62

3. Pengujian Signifikansi ... 69

4. Tahapan Analisa Data ... 72

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ... 73

A. Tingkat Pengungkapan CSR Bank Umum Syariah di Indonesia Berdasarkan Indeks ISR ... 73

1.Tema Pendanaan dan Investasi... 73

2. Tema Produk dan Jasa ... 75

3. Tema Karyawan ... 77

4. Tema Masyarakat ... 78

5. Tema Lingkungan... 80

6. Tema Tata Kelola Perusahaan ... 81

7. Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial BUS Kumulatif berdasarkan indeks ISR ... 83

B. Korelasi Shari’a Governance Structure Terhadap Pengungkapan CSR .... 86

1. Hasil Uji Stasioner Data ... 86

2. Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 87

3. Hasil Estimasi Model ... 92

4. Pengujian Hipotesis dengan Analisa regresi Data Panel ... 98

5. Pembahasan dan Analisis ekonomi Hasil Penelitian ... 102

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bentuk Akuntabilitas dan Transparansi dalam ISR ... 26

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu... 46

Tabel 3.1 Rangkuman Variabel Bebas dan Proxy ... 53

Tabel 3.2 Perhitungan IG-SCORE ... 54

Tabel 3.3 Indeks ISR ... 56

Tabel 3.4 Predikat Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial bank Syariah... 60

Tabel 4.1 Tingkat Kinerja Sosial BUS Kumulatif Berdasarkan Indeks ISR ... 83

Tahun 2011-2015 ... 84

Tabel 4.2 Perbandingan Predikat Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial BUS Tahun 2011-2015 ... 85

Tabel4.3 Hasil Uji Stasioner ... 87

Tabel 4.4 Hasil Uji Common effect ... 88

Tabel 4.5 Hasil Uji Fixed effect ... 88

Tabel 4.6 Hasil Uji Chow... 90

Tabel 4.7 Hasil Uji Random effect ... 90

Tabel 4.8 Hausman... 91

Tabel 4.9 Regresi Tiap Bank ... 93

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi ... 97

Tabel 4.11 Uji t ... 99


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan ... 15

Gambar 2.2 Tiga Dimensi Keberlanjutan ... 15

Gambar 2.3 Model Penelitian ... 47

Gambar 2.4 Model Penelitian ... 48

Gambar 3.1 Tahapan Analisa Data ... 72

Grafik 4.1 Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Pendanaan dan Investasi ... 74

Grafik 4.2 Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Produk dan Jasa ... 76

Grafik 4.3 Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Karyawan ... 77

Grafik 4.4 Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Masyarakat ... 79

Grafik 4.5 Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Lingkungan ... 80

Grafik 4.6 Rata-rata Nilai Indeks ISR TemaTata Kelola Perusahaan ... 82


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Stasioneritas ... 127

Lampiran 2 Skor Indeks ISR BMI dan BSM Tahun 2011-2015 ... 130

Lampiran 3 Skor Indeks ISR BMSI dan BRIS Tahun 2011-2015 ... 132

Lampiran 4 Skor Indeks ISR BSB dan BNIS Tahun 2011-2015 ... 133

Lampiran 5 Skor Indeks ISR BVS dan BCAS Tahun 2011-2015 ... 135

Lampiran 6 Skor Indeks ISR BJBS dan PBS Tahun 2011-2015 ... 137


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang membawa kemajuan pesat dalam dunia industri menyebabkan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam mengeksplorasi alam. Namun, tindakan perusahaan terkadang di luar batas dapat membuat kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah terkait tanggung jawab sosial perusahaan sangat diperlukan guna mengontrol setiap perilaku serta tindakan perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud kepedulian sebuah perusahaan terhadap lingkungannya yang diharapkan dapat menopang kemandirian sosial ke masyarakat luas.

Jika kita melihat beberapa negara lain di dunia, Indonesia terbilang masih baru dalam penerapan undang – undang yang mengatur tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Dijabarkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, mewajibkan perseroan yang bergerak di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut pada Laporan Tahunan.

Di Indonesia, pelaksanaan program CSR sudah terdapat beberapa regulasi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaanya. Beberapa regulasi dan aturan yang dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan CSR, antara lain adalah: UUD Pasal 33 UUD 1945, UU No.23/1997 tentang pengelolaan Lingkungan


(14)

2 Hidup, UU No.22/2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No.40/2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU No.25/2007 Tentang Penanaman Modal, UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, dan Peraturan Mentri BUMN no 5 Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Selain sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku, terdapat beberapa alasan lain yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan CSR. Penelitian yang dilakukan Purwitasari (2011) menjelaskan bahwa pengungkapan CSR dapat membantu perusahaan dalam memperbaiki peforma keuangan, menaikkan citra merek, serta menambah daya tarik terhadap perusahaan sebagai tempat kerja yang baik, yang hingga pada akhirnya akan mempengaruhi posisi nilai tawar perusahaan di pasaran.

Pada awalnya, praktik pelaksanaan serta pelaporan CSR di Indonesia didominasi oleh perusahaan – perusahaan yang go publik dan bergerak dalam sektor pertambangan atau manufaktur, hingga kemudian diikuti oleh perusahaan sektor perbankan (Fitria dan Hartanti, 2010). Dari sisi perbankan pun dibagi menjadi dua kategori yaitu perbankan konvensional dan syariah. Secara garis besar perbedaan antara dua jenis perbankan tersebut terletak pada sistem operasional kegiatannya. Pada perbankan konvensional tidak memperhatikan faktor halal – haram, riba, gharar, maysir, serta berorientasi pada pencarian keuntungan materi semata. Sedangkan pada perbankan syariah sangat memperhatikan faktor halal – haram, pemerataan kesejahteraan sosial, hingga keberkahan usaha.


(15)

3 Konsep CSR juga terdapat dalam ajaran Islam. Lembaga yang menjalankan bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya mendasarkan pada filosofi dasar

Al Qur‘an dan Sunah, sehingga menjadikan dasar bagi pelakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Oleh karena nya ikatan hubungan antara institusi dengan lingkungannya dalam konsep syariah akan lebih kuat ketimbang dalam konsep konvensional. Hal ini didasarkan pada lembaga bisnis syariah didasarkan pada dasar-dasar relijius.

Sejauh ini pengungkapan atau pelaporan CSR yang dilakukan oleh perusahaan termasuk juga perbankan dan lembaga – lembaga keuangan syariah mayoritas masih mengacu kepada Global Reporting Initiatiative Index (Indeks GRI). Jika melihat prinsip atau pedoman GRI yang bersifat konvensional, maka kurang tepat bila digunakan sebagai tolok ukur pengungkapan CSR pada perbankan syariah. Yusuf (2010) menjelaskan bahwa konsep CSR yang berkembang di barat kemungkinan besar dipengaruhi oleh nilai – nilai etika, budaya, dan keyakinan masyarakat barat, khususnya Eropa dan Amerika.

Haniffa (2002) berpendapat bahwa pelaporan tanggung jawab sosial pada perusahaan-perusahaan islam seharusnya juga mengungkapkan aspek spiritual sebagai fokus utama. Terkait dengan hal tersebut, Haniffa memandang bahwa perlu adanya kerangka khusus untuk pelaporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan prinsip Islam. Haniffa (2002) mengembangkan suatu indeks pelaporan yang disebut sebagai Islamic Social Reporting. Penelitian untuk mengembangkan indeks pelaporan tanggung jawab sosial yang sesuai bagi perusahaan Islam terus dilakukan. Setelah pada tahun 2002 Haniffa mencetuskan


(16)

4 mengenai Indeks islamic Social Reporting (ISR), Othman, Thani, dan Ghani (2009) juga mengembangkan indeks ISR Haniffa (2002) yang semula terdiri dari 5 tema pengungkapan menjadi 6 tema. Keenam tema tersebut adalah tema investasi dan keuangan, tata kelola organisasi, produk dan jasa, tenaga kerja, sosial, dan lingkungan.

Terkait konsep nilai dalam ISR, Haniffa (2002) menjelaskan bahwa Islam ingin menyelaraskan antara kegiatan ekonomi dan juga spiritual dalam menjalankan bisnis. Syariah Islam memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan, yaitu mencari ridho Allah SWT sebagai tujuan utama dalam membangun keadilan sosial – ekonomi, memberikan manfaat bagi masyarakat, dan mencapai kesejahteraan hidup bersama. Sehingga, dalam menciptakan pelaporan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan prinsip syariah Islam harus berdasarkan ketiga dimensi tersebut.

Corporate Social Responsibility (CSR) juga memiliki kaitan erat dengan

good corporate governance. Tata kelola perusahaan, terutama dalam paradigma

Islam merupakan hal yang sangat penting karena memiliki kecenderungan sebagai pendorong kejujuran, integritas, keterbukaan, akuntabilitas dan tanggung jawab diantara seluruh stakeholders dalam sebuah organisasi. Disamping itu, shari’a governance merupaka hal yang sangat esensial pada institusi keuangan Islam dalam membangun dan memelihara kepercayaan pemegang saham serta stakeholder lainnya bahwa seluruh transaksi, praktek dan kegiatan yang


(17)

5 Farook et al. (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor penentu pengungkapan CSR di bank-bank Islam memilih proxy keberadaan dewan pengawas syariah sebagai atribut pengujian yang mewakili struktur shari’a governance. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) berfungsi untuk

meyakinkan investor bahwa bank-bank Islam patuh pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip syariah.

Struktur kepemilikan juga menetukan tingkat pengawasan dan tentu saja tingkat pengungkapan. Karim (1990) seperti dikutip oleh Farook et al. (2011) mengklasifikasikan tiga jenis utama dari pemegang saham bank-bank Islam: manajemen, investor Islam dan investor ekonomi. Dari ketiga kategori tersebut, segmen yang paling tertarik terhadap pelaksanaan kepatuhan bank akan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam adalah investor Islam. Semakin besar tingkat pengawasan oleh investor Islam, semakin besar kepatuhan Bank Islam terhadap melaksanakan hukum dan prinsip Islam. Oleh karena itu sejauh mana pengungkapan CSR dapat dikatakan bergantung pada tingkat pengawasan oleh kelompok investor Islam.

Pada penelitian Farook dan Lanis (2005) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada 47 Bank Syariah yang ada di 14 negara di dunia. Kondisi Sosial Politik dan Corporate Governance merupakan dua faktor yang diangkat dalam penelitian ini.

Faktor Kondisi Sosial Politik terdiri dari tingkat kebebasan politik masyarakat serta proporsi masyarakat muslim, sedangkan faktor Corporate Governance terdiri dari Tata Kelola Islam (Islamic Governance) dan struktur kepemilikan


(18)

6 saham IAH (Investment Account Holders Right). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang cukup besar dari faktor Kondisi Sosial Politik dan Corporte Governance terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Sedangkan hasil penelitian Kusumastuti (2006) yang melanjutkan penelitian Farook dan Lanis (2005), memperoleh hasil bahwa hanya ada satu sub variabel Corporate Governance, yaitu Islamic Governance, yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada salah satu Bank Umum Syariah di Indonesia, yaitu PT Bank Muamalat Indonesia. Kusumastusti menambahkan indikator manajemen risiko dalam sub variabel Islamic Governance sebagaimana disyaratkan dalam Code of Best Practice for Corporate Governance in Islamic Financial Institution. Berdasarkan fakta mengenai lemahnya implementasi Corporate Governance dan pentingnya pengungkapan Corporate Social

Responsibility. Terkait dengan peran sosial Bank Syariah serta berdasarkan

penelitian-penelitian terdahulu maka penulis mencoba untuk meneliti pengaruh

Shari’a Governance Structure terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Syariah di Indonesia serta dibahas mengenai

pengungkapan CSR berdasarkan indeks ISR untuk melihat kesesuaian yang berbasis syariah.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa dasar rujukan pelaporan kinerja sosial atau Corporate Social Responsibility yang dilakukan industri syariah selama ini?


(19)

7 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR?

3. Apa saja faktor-faktor terkait shari’ah governance structure? 4. Apa saja komponen – komponen indeks ISR?

5. Apakah Indeks ISR merupakan standar baku dalam pengungkapan CSR pada industri syariah?

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dari penelitian ini terfokus pada rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, yakni:

1. Penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh shari’a governance structure terhadap pengungkapan CSR pada industri perbankan syariah di Indonesia dengan mengacu pada model Islamic Social Reporting Index (indeks ISR).

2. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah shari’a governance structure yang diproksikan dengan IAH (Invesment Account

Holder), IG Score (Index Governance Score) dan SIZE (ukuran perusahaan). Variabel terikat yang digunakan adalah pengungkapan CSR yang diukur dengan ISR.

3. Data yang digunakan adalah laporan tahunan (annual report) dari perbankan syariah tahun 2011 sampai 2015.


(20)

8 5. Bank syariah yang digunakan sebagai sampel adalah Bank syariah yang telah

menerbitkan laporan keuangan pada periode tahun 2011-2015.

6. Metode penelitian yang digunakan adalah content analysis, yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengungkapan CSR bank umum syariah dari perspektif Islam, serta bagaimana korelasi antar faktor-faktor terkait Shari’ah Governance Structure terhadap pengungkapan CSR berdasarkan indeks ISR dan untuk menganalisis korelasi antar faktor-faktor terkait Shari’ah Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah di Indonesia dilakukan analisis model regresi data panel.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana tingkat pengungkapan CSR Bank Umum Syariah di Indonesia berdasarkan indeks ISR ?

2. Bagaimana pengaruh variabel shari’a governance structure (Islamic Governance Score, Invesment Account Holder, dan ukuran perusahaann) secara simultan terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh variabel sharia governance structure (Islamic Governance Score, Invesment Account Holder, dan ukuran perusahaann) secara parsial terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia?


(21)

9 4. Variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis tingkat pengungkapan CSR Bank Umum Syariah di Indonesia berdasarkan indeks ISR tahun 2011-2015

b. Menganalisis pengaruh variabel sharia governance structure (Islamic Governance Score, Invesment Account Holder, dan ukuran perusahaann) secara simultan terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015

c. Menganalisis pengaruh variabel sharia governance structure (Islamic Governance Score, Invesment Account Holder, dan ukuran perusahaann) secara parsial terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015

d. Menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi perkembangan kajian Ekonomi Islam (Kegunaan Teoritis) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam pendalaman


(22)

10 isu kinerja sosial (Corporate Social Responsibility) di perusahaan khususnya pada perbankan syariah

b. Manfaat bagi dunia praktik (Kegunaan Praktis) Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada para pelaku bisnis, khususnya perbankan syariah dalam menjalankan praktik pengungkapan CSR-nya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai isi keseluruhan dari tulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi telaah pustaka yang menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis yang diuji pada penelitian ini.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, pemilihan sampel yang akan diteliti, pengumpulan data dan teknik analisis.


(23)

11 Bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian serta analisis data dan pembahasan.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dari penelitian dan saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian-penelitian mendatang.


(24)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

1. Corporate Social Responsibility

a. Definisi Corporate Social Responsibility

Definisi CSR menurut WBCSD dalam Watts dan Holme (1999)

adalah ―corporate social responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development

while improving the quality of life of the workforce and their families as

well as of the local community and society at large‖.1 Definisi baku

tentang CSR bersumber dari dialog internasional ―WBCSD Stakeholder Dialogue on CSR‖ pada 6-8 September 1998 di Netherlands. WBCSD (World Business Council for Sustainable Development) memaparkan bahwa tidak ada definisi yang baku secara umum mengenai CSR. Pengertian CSR bisa berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor lokal yang ada yaitu faktor budaya, agama, hukum, dan keadaan pemerintahan. Satu kata kunci penting dari definisi tersebut adalah komitmen. CSR merupakan komitmen perusahaan sebagai pelaku bisnis untuk dapat berperilaku etis dan turut berkontribusi dalam membangun perekonomian negara. Secara garis besar, hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka membangun perekonomian negara adalah menciptakan lapangan

1


(25)

13 kerja, meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, serta peduli terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat pada umumnya.2

Konsep CSR mengarah kepada tanggung jawab bisnis secara etis kepada para pihak yang berkepentingan. CSR adalah komitmen suatu organisasi dalam melakukan bisnis berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan sekaligus menyelaraskan berbagai kepentingan para pihak (Siwar dan Hossain, 2009).3 Dalam penelitiannya, Garriga dan Mele (2004) mengklasifikasikan empat teori mengenai CSR, antara lain:

1. Teori Instrumen (Instrumental Theories)

Dalam teori ini, perusahaan diasumsikan sebagai instrumen yang menciptakan kemakmuran dan itulah tanggung jawab sosialnya. Aspek ekonomi yang dipertimbangkan dalam teori ini hanya interaksi antara bisnis dengan masyarakat. Oleh karena itu, segala bentuk kegiatan sosial hanya akan diterima jika, dan hanya jika, konsisten dengan kegiatan menciptakan kemakmuran tersebut.

2. Teori Politik (Political Theories)

Teori ini menekankan pada kekuatan sosial dari sebuah perusahaan, terutama dalam hal hubungannya dengan masyarakat dan tanggung jawabnya terhadap arena politik terkait dengan kekuatan sosial tersebut. Hal ini mengakibatkan perusahaan harus turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial tertentu.

2

Raditya, Nurul Amilia, Op. Cit., hlm. 13.

3

Siwar, C., & Hossain, M. T. (2009). An analysis of Islamic CSR concept and the opinions of Malaysian managers. Management of Environmental Quality: An International Journal, 20 , 290-298.


(26)

14 3. Teori Integratif (Integrative Theories)

Teori ini menganggap bahwa suatu bisnis harus dapat mengintegrasikan segala tuntutan sosial. Teori ini menyatakan bahwa keberlangsungan dan pertumbuhan suatu bisnis tergantung pada masyarakat dan bahkan untuk keberadaan bisnis itu sendiri.

4. Teori Etika (Ethical Theories)

Teori ini memahami bahwa hubungan antara bisnis dan masyarakat tertanam dalam nilai-nilai etika. Hal ini menghasilkan suatu visi CSR dari sudut pandang etika, akibatnya perusahaan harus memiliki tanggung jawab sosial sebagai bentuk dari tuntutan etika yang di atas segalanya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keempat teori tersebut merupakan konsep dasar dari perkembangan teori CSR. Teori CSR yang berkembang saat ini dapat dikatakan memiliki fokus utama terhadap empat aspek, yakni mencapai tujuan yang menghasilkan profit jangka panjang, menggunakan kekuatan bisnis sebagai jalur untuk melaksanakan tanggung jawab, mengintegrasikan tuntutan atau kebutuhan sosial, dan memberikan kontribusi terhadap masyarakat sebagai bentuk dari perilaku etis perusahaan terhadap masyarakat.4

4


(27)

15 Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan

Sumber: Watts dan Holme (1999)

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga pilar utama, yaitu tanggung jawab keuangan perusahaan, tanggung jawab lingkungan perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan (Watts dan Holme, 1999). Menurut Steurer, pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka.5

Gambar 2.2 Tiga Dimensi Keberlanjutan

Sumber: Dyllick dan Hockerts (2002)

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga dimensi utama, yakni ekonomi, ekologi, dan sosial. Integrasi di antara ketiga dimensi tersebut sebagai tripple-bottom-line. Hubungan di antara ketiga dimensi tersebut ditunjukkan

5

Steurer, R., Langer, M. E., Konrad, A., & Martinuzzi, A. (2005). Corporations, Stakeholders and Sustainable Development I: A Theoretical Exploration of Business-Society Relations. Journal of Business Ethics, 61 , 263-281.

Corporate Financial Responsibility

Corporate Environmental Responsibility

Corporate Social Responsibility Corporate Responsibility

(Sustainable Development)

Economic Sustainability


(28)

16 dalam Gambar 2.2 di atas. Dalam pemikiran yang sempit, keberlanjutan ekonomi dianggap hanya dapat memberikan keberhasilan jangka pendek. Oleh karena itu, dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial harus dipenuhi secara simultan untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang karena ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.6

b. Motif dan Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

Menurut Saidi dan Abidin ada tiga tahap atau paradigma yang berbeda yang mendorong perusahaan melakukan CSR.7

1) Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan.

2) Tahap yang kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. 3) Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan

demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.

Pelaksanaan CSR akan berdampak positif bagi perusahaan tersebut. Menurut Susanto (2007:26-33) CSR memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan sebagai berikut : 8

6

Dyllick, T., & Hockerts, K. (2002). Beyond the Business Case for Corporate Sustainability. Business Strategy and the Environment, 11 , 130-141.

7

Suharto, E. (2007). Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate., dari http://www.policy.hu/suharto

8

Gustani., 2013. Analisis Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial Bank Syariah Berdasarkan Indeks ISR, Skripsi, STEI SEBI


(29)

17 1) CSR akan mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima oleh perusahaan. perusahaan yang konsisten melaksanakan CSR akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankan.

2) CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkan. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi baik, yang secara konsisten melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

3) CSR akan memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya.

4) CSR akan meningkatkan penjualan produk. Dalam riset Roper Search Worldwide mengungkapkan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan CSR.

Dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga motif yang mendorong perusahaan melaksanakan CSR. Ketiga motif tersebut setidaknya akan dipengaruhi oleh jenis perusahaan yang dijalankan. Bagi perusahaan yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah maka motif


(30)

18 yang paling berpengaruh adalah motif keagamaan. Pelaksanaan CSR juga akan membawa dampak positif bagi keberlanjutan sebuah perusahaan, hal ini juga akan meminimalisir dampak negatif dari hadirnya perusahaan bagi masyarakat dan lingkungan.

Setelah melaksanakan CSR, maka perusahaan juga dituntut untuk mengungkapakan informasi CSR yang telah dilaksanakan. Berikut ini akan dibahas teori tentang pengungkapan CSR.

c. Corporate Social Responsibility dalam Perspektif Islam

CSR dalam perspektif Islam menurut AAOIFI yaitu segala kegiatan yang dilakukan institusi finansial Islam untuk memenuhi kepentingan religius, ekonomi, hukum, etika dan discretionary responsibilities sebagai lembaga finansial intermediari baik itu bagi individu maupun bagi institusi. Tanggung jawab religius mengacu kepada kewajiban menyeluruh bagi institusi finansial Islam untuk mematuhi hukum Islam pada seluruh kegiatannya. Tanggung jawab ekonomi mengacu kepada kewajiban bank syariah untuk mematuhi kelayakan ekonomi secara efisien dan menguntungkan. Kewajiban hukum mengacu kepada institusi finansial Islamuntuk mematuhi hukum dan peraturan di negara tempat beroperasinya institusi tersebut. Tanggung jawab etika yang dimaksud dalam AAOIFI yaitu menghormati masyarakat, norma agama, dan kebiasaan yang tidak diatur dalam hukum. Sedangkan discreationary responsibilities mengacu kepada ekspetasi yang diharapkan oleh


(31)

19 pemegang saham bahwa institusi finansial Islam akan melaksanakan peran sosialnya dalam mengimplementasikan cita-cita Islam.

Islam adalah agama yang mengedepankan pentingnya nilai-nilai sosial di masyarakat ketimbang hanya sekedar menghadapkan wajah kita ke barat dan ke timur dalam shalat. Tanpa mengesampingkan akan pentingnya shalat dalam Islam, Al Quran mengintegrasikan makna dan tujuan shalat dengan nilai-nilai sosial. Di samping memberikan nilai keimanan berupa iman kepada Allah SWT, Kitab-Nya, dan Hari Kiamat, Al Quran menegaskan bahwa keimanan tersebut tidak sempurna jika tidak disertai dengan amalan-amalan sosial berupa kepedulian dan pelayanan kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir serta menjamin kesejahteraan mereka yang membutuhkan, seperti pada QS. Al Baqarah ayat 177 berikut.

Allah berfirman :

“bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada


(32)

20 memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan

orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati

janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam

kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah

orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang-orang-orang yang

bertakwa”. (QS. Al Baqarah:177)

Dalam konteks ini, maka CSR dalam perspektif Islam adalah praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab etis secara islami. Perusahaan memasukan norma- norma agama islam yang ditandai dengan adanya komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial di dalam operasinya. CSR dalam perspektif Islam menurut AAOIFI yaitu segala kegiatan yang dilakukan institusi finansial Islam untuk memenuhi kepentingan religius, ekonomi, hukum, etika, dan discretionary responsibilities sebagai lembaga fianansial intermediari baik bagi individu maupun institusi.9 Dengan demikian, praktik bisnis dalam kerangka CSR Islami mencakup serangkaian kegiatan bisnis dalam bentuknya. Meskipun tidak dibatasi jumlah kepemilikan barang, jasa serta profitnya, namun cara-cara untuk memperoleh dan pendayagunaannya dibatasi oleh aturan halal dan haram oleh syariah (Suharto,2010).

9

Rizkiningsing, P. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Studi Kasus Pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Negara-Negara Gulf Cooperation Council. Skripsi. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(33)

21 Menurut Suharto (2010) dalam Islam, CSR yang dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan kebajikan bukan melalui aktivitas-aktivitas yang mengandung unsur riba, melainkan dengan praktik yang diperintahkan Allah berupa zakat, infak, sedekah, dan wakaf. CSR juga harus mengedepankan nilai kedermawanan dan ketulusan hati. Perbuatan ini lebih Allah cintai dari ibadah-ibadah mahdhah. Rasulullah SAW bersabda, “Memenuhi keperluan seorang mukmin lebih Allah cintai dari pada melakukan dua puluh kali haji dan pada setiap hajinya menginfakan

ratusan ribu dirham dan dinar”. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda, “Jika seorang muslim berjalan memenuhi keperluan sesama muslim, itu lebih baik baginya daripada melakukan tujuh puluh kali

thawaf di Baitullah.”

Selain itu, pelaksanaan CSR dalam Islam juga merupakan salah satu upaya mendorong produktivitas masyarakat yang kemudian guna menjaga keseimbangan distribusi kekayaan di masyarakat. Islam mewajibkan sirkulasi kekayaan terjadi pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada segelintir orang (Yusanto dan Yunus, 2009:165-169). Allah Berfirman :


(34)

22

“....supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di

antara kamu...” (QS. Al hasyr: 7).

Islam juga memerintahkan praktik CSR pada lingkungan. Prinsip-prinsip mendasar yang membentuk filosofi kebajikan lingkungan yang dilakukan secara holistik oleh Nabi Muhamad SAW adalah keyakinan akan adanya saling ketergantungan di antara makhluk ciptaan Allah. Karena Allah SWT menciptakan alam semesta ini secara terukur, baik kuantitatif maupun kualitatif (lihat QS. Al Qamar: 49) dan dalam kondisi yang seimbang (QS. Al Hadid:7). Sifat saling ketergantungan antara makhluk hidup adalah sebuah fitrah dari Allah SWT. Dari prinsip ini maka konsekuensinya adalah jika manusia merusak atau mengabaikan salah satu bagian dari ciptaan Allah SWT, maka alam secara keseluruhan akan mengalami penderitaan yang pada akhirnya juga akan merugikan manusia (Sharing,2010).10 Allah SWT berfirman:

“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar.” (QS. Ar Rum:41)

Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa Islam telah mengatur dengan begitu jelas tentang prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam

10


(35)

23 CSR, padahal isu CSR baru dimulai pada abad ke-20. Bahkan dalam berbagai code of conduct yang dibuat oleh beberapa lembaga, Islam telah memberikan penjelasan terlebih dahulu. Misalnya, dalam draft ISO 26000, Global Reporting Initiatives (GRI), UN Global Compact, International Finance Corporation (IFC), dan lainnya telah menegaskan berbagai instrumen indikator bagi pelaksanaan komitmen CSR perusahaan demi pemenuhan target pembangunan berkelanjutan—seperti isu lingkungan hidup, hak asasi manusia, praktik ketenagakerjaan, perlindungan konsumen, tata kelola perusahaan, praktik operasional yang adil, dan pengembangan masyarakat. Dan bila ditilik lebih lanjut, sebenarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan representasi berbagai komitmen yang dapat bersinergi dengan pengamalan prinsip kehidupan Islami11.

Dalam bangunan ekonomi Islam, aktivitas sosial juga menjadi salah satu elemen yang memiliki peran yang sangat signifikan dalam mekanisme perekonomian. Sektor sosial dalam sebuah sistem perekonomia dapat diklasifikasikan kedalam sektor sukarela (voluntary sector) atau lebih dikenal dengan sektor ketiga. Sektor ini menjadi pelengkap dari dua sektor utama yaitu sektor publik dan sektor swasta.12

CSR merupakan Komitmen dan aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Persoalan bagi para pelaku usaha adalah stategi dan konsep

11

Sampurna, M. E. (2007). Sinergi CSR dalam Perspektif Islam. Dipetik 11 15, 2012, dari www.csrindonesia.com/data/articles/20080310083332-a.pdf

12

Sakti, A. (2007). Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. Tangerang: AQSA-publishing.


(36)

24 penerapan CSR di lingkungan dan masyarakat agar tepat sasaran dan sesuai dengan corporate bunisnees value. Untuk itu, riset, komunikasi, sustainable empowerment, sincerity dan stretegi lainnya sangat diperlukan. Agar proses keberlangsungan dakwah Islam dan tujuan menjadi rahmatan

lil aa‘lamiin dapat tercapai. Islam mengajarkan tanggung jawab agar

mampu mengendalikan diri dari tindakan melampaui batas kewajaran dan kemanusiaan. Tanggung jawab ini mencakup tanggung jawab kepada Allah, kepada sesama dan lingkungannya.

2. Islamic Social Reporting (ISR)

a. ISR Bagian dari Kerangka Syariah

Sebelum membahas Islamic Social Reporting (selanjutnya ISR), akan dibahas tentang kerangka syariah (the sharia framework) terlebih dahulu. Kerangka syariah pertama kali digagas oleh Haniffa dan Hudaib (2000), lalu dikembangkan oleh Haniffa (2002) menjadi landasan dasar atas terbentuknya ISR yang komprehensif. Kerangka syariah ini akan menghasilkan aspek-aspek material, moral, dan spiritual dalam pelaporan ISR perusahaan (Raditya,2012).

ISR pertama kali digagas oleh Ross Haniffa pada tahun 2002 dalam tulisannya yang berjudul “Social Reporting Disclosure: An Islamic

Perspective”. ISR lebih lanjut dikembangkan secara lebih ekstensif oleh Rohana Othman, Azlan Md Thani, dan Erlane K Ghani pada tahun 2009 di Malaysia dan saat ini ISR masih terus dikembangkan oleh peneliti-peneliti


(37)

25 selanjutnya. Menurut Haniffa (2002) terdapat banyak keterbatasan dalam pelaporan sosial konvensional, sehingga ia mengemukakan kerangka konseptual ISR yang berdasarkan ketentuan syariah. ISR tidak hanya membantu pengambilan keputusan bagi pihak muslim melainkan juga untuk membantu perusahaan dalam melakukan pemenuhan kewajiban terhadap Allah dan masyarakat. 13

ISR adalah standar pelaporan kinerja sosial perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah. Indeks ini lahir dikembangkan dengan dasar dari standar pelaporan berdasarkan AAOIFI yang kemudian dikembangkan oleh masing-masing peneliti berikutnya. Secara khusus indeks ini adalah perluasan dari standar pelaporan kinerja sosial yang meliputi harapan masyarakat tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam perekonomian, tetapi juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual. Selain itu indeks ini juga menekankan pada keadilan sosial terkait mengenai lingkungan, hak minoritas, dan karyawan (Fitria dan Hartati, 2010). 14

Tujuan ISR:

1) Sebagai bentuk akuntablitas kepada Allah SWT dan masyarakat 2) Meningkatkan transparansi kegiatan bisnis dengan menyajikan

informasi yang relevan dengan memperhatikan kebutuhan spiritual investor muslim atau kepatuhan syariah dalam pengambilan keputusan.

13

Gustani., dalam Haniffa, R. (2002, July). Social Reporting Disclosure: An Islamic Perspective. Indonesia Management & Accounting Research , 3, hal. 128-146.

14


(38)

26 Tabel 2.1 Bentuk Akuntabilitas dan Transparansi dalam ISR

Bentuk Akuntabilitas: Bentuk Transparansi: 1. Menyediakan prduk yang halal dan

baik

1. Memberikan informasi mengenai semua kegiatan halal dan haram dilakukan 2. Memenuhi hak-hak Allah dan

masyarakat

2. Memberikan informasi yang relevan mengenai pembiayaan dan kebijakan investas

3. Mengejar keuntungan yang wajar sesuai dengan prinsip Islam

3. Memberikan informasi yang relevan mengenai kebijakan karyawan

4. Mencapai tujuan usaha bisnis 4. Memberikan informasi yang relevan mengenai hubungan dengan masyarakat

5. Menjadi karyawan dan masyarakat

5. Memberikan informasi yang relevan mengenai penggunaan sumber daya dan perlindungan lingkungan

6. Memastikan kegiatan usaha yang berkelanjutan secara ekologis 7. Menjadikan pekerjaan sebagai

bentuk ibadah

Sumber : Gustani, Op. Cit., hlm. 22

b. Indeks ISR

Indeks ISR adalah item-item pengungkapan yang digunakan sebagai indikator dalam pelaporan kinerja sosial institusi bisnis syariah. Haniffa (2002) membuat lima tema pengungkapan Indeks ISR, yaitu Tema Pendanaan dan Investasi, Tema Produk dan Jasa, Tema Karyawa, Tema Masyarakat, dan Tema Lingkungan Hidup. Kemudian dikembangkan oleh Othman et al (2009) dengan menambahkan satu tema pengungkapan yaitu tema Tata Kelola Perusahaan.

Setiap tema pengungkapan memiliki sub-tema sebagai indikator pengungkapan tema tersebut. Beberapa peneliti Indeks ISR sebelumnya


(39)

27 memiliki perbedaan dalam hal jumlah sub-tema yang digunakan, tergantung objek penelitian yang digunakan.

1) Tema Pendanaan dan Investasi (Finance & Investment Theme) 15

Konsep dasar pada tema ini adalah tauhid, halal & haram, dan wajib. Beberapa informasi yang diungkapkan pada tema ini menurut Haniffa (2002) adalah praktik operasional yang mengandung riba, gharar, dan aktivitas pengelolaan zakat. Sakti (2007) menjelaskan bahwa secara literatur riba adalah tambahan, artinya setiap tambahan atas suatu pinjaman baik yang terjadi dalam transaksi utang-piutang maupun perdagangan adalah riba. Kegiatan yang mengandung riba dilarang dalam Islam, sebagaimana ditegaskan Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 278-279. Salah satu bentuk riba di dunia perbankan adalah pendapatan dan beban bunga.

Kegiatan yang mengandung gharar pun merupakan yang terlarang dalam Islam. Gharar adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya uncertainty to both parties. Praktik gharar dapat terjadi dalam empat hal, yaitu kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan. Contoh transaksi modern yang mengandung riba adalah transaksi lease and purchace, karena adanya ketidak jelasan antara transaksi sewa atau

beli yang berlaku (Karim, 2004). Bentuk lain dari gharar adalah future on delivery trading atau margin trading, jual-beli valuta asing bukan transaksi

15


(40)

28 komersial (arbitage baik spot maupun forward, melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli (short selling), melakukan transaksi pure swap, capital lease, future, warrant, option, dan transaksi derivatif lainnya (Arifin,2009).

Aspek lain yang harus diungkapkan oleh entitas syariah adalah praktik pembayaran dan pengelolaan zakat. Entitas syariah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari laba yang diperoleh, dalam fikh kontemporer di kenal dengan istilah zakat perusahaan. Berdasarkan AAOIFI, perhitungan zakat bagi entitas syariah dapat menggunakan dua metode. Metode pertama, dasar perhitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode net worth (kekayaan bersih). Artinya seluruh kekayaan perusahaan, termasuk modal dan keuntungan harus dihitung sebagai sumber yang harus dizakatkan. Metode kedua, dasar perhitungan zakat adalah keuntungan dalam setahun (Hakim,2011). Selain itu bagi bank syariah berkewajiban untuk melaporkan laporan sumber dan penggunaan dana zakat selama periode dalam laporan keuangan. Bahkan jika bank syariah belum melakukan fungsi zakat secara penuh, bank syariah tetap menyajikan laporan zakat (PSAK 101, 2011).

Pengungkapan selanjutnya yang merupakan penambahan dari Othman et al (2009) adalah kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan kebangkrutan klien, neraca dengan nilai saat ini (Current Value Balance Sheet ), dan laporan nilai tambah (Value added statement).


(41)

29 kebangkrutan klien Untuk meminimalisir resiko pembiayaan, Bank Indonesia mengharuskan bank untuk mencadangkan penghapusan bagi aktiva-aktiva produktif yang mungkin bermasalah, praktik ini disebut pencadangan penghapusan piutang tak tertagih (PPAP). Dalam fatwa DSN MUI ditetapkan bahwa pencadangan harus diambil dari dana (modal/keuntungan) bank. Sedang menurut AAOIFI, pencadangan disisihkan dari keuntungan yang diperoleh bank sebelum dibagikan ke nasabah. Ketentuan PPAP bagi bank syariah juga telah diatur dalam PBI No.5 Tahun 2003.

Pengungkapan lainya adalah Neraca menggunakan nilai saat ini (current value balance sheet/CVBS) dan laporan nilai tambah (value added

statement/VAS). Menurut Nurhayati dan Wasilah (2009) metode CVBS digunakan untuk mengatasi kelemahan dari metode historical cost yang kurang cocok dengan perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Sedang VAS menurut Harahap (2008) adalah berfungsi untuk memberikan informasi tentang nilai tambah yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu dan kepada pihak mana nilai tambah itu disalurkan. Dua sub-tema ini tidak digunakan dalam penelitian ini, karena belum diterapkan di Indonesia. Menurut Haniffa dan Hudaib (2007) aspek lain yang perlu diungkapkan pada tema ini adalah jenis investasi yang dilakukan oleh bank syariah dan proyek pembiayaan yang dijalankan. Aspek ini cukup diungkapkan secara umum.


(42)

30 2) Tema Produk dan Jasa (Products and Services Theme) 16

Menurut Othman et al (2009) beberapa aspek yang perlu diungkapkan pada tema ini adalah status kehalalan produk yang digunakan dan pelayanan atas keluhan konsumen. Dalam konteks perbankan syariah, maka status kehalalan produk dan jasa baru yang digunakan adalah melalui opini yang disampaikan oleh DPS untuk setiap produk dan jasa baru.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah muamalah dan pengetahuan umum bidang perbankan. Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. DPS juga memiliki fungsi sebagai mediator antara bank dan DSN dalam pengkomunikasian dalam pengembangan produk baru bank syariah. oleh karena itu, setiap produk baru bank syariah harus mendapat persetujuan dari DPS (Wiroso,2009). Hal ini penting bagi pemangku kepentingan Muslim untuk mengetahui apakah produk bank syariah terhindar dari hal-hal yang dilarang syariat.

Selain itu pelayanan atas keluhan nasabah harus juga menjadi prioritas bank syariah dalam rangka menjaga kepercayaan nasabah. Saat ini hampir seluruh bisnis mengedepankan aspek pelayanan bagi konsumen

16


(43)

31 atau nasabah mereka. Karena pelayanan yang baik akan berdampak pada tingkat loyalitas nasabah.

Hal lain yang harus diungkapkan oleh bank syariah menurut Haniffa dan Hudaib (2007) adalah glossary atau definisi setiap produk serta akad yang melandasi produk tersebut. Hal ini mengingat akad-akad di bank syariah menggunakan istilah-istilah yang masih asing bagi masyarakat, sehingga perlu informasi terkait definisi akad-akad tersebut agar mudah dipahami oleh pengguna informasi.

3) Tema Karyawan (Employees Theme) 17

Dalam ISR, segala sesuatu yang berkaitan dengan karyawan barasal dari konsep etika amanah dan keadilan. Menurut Haniffa (2002) dan Othman dan Thani (2010) memaparkan bahwa masyarakat Muslim ingin mengetahui apakah karyawan-karyawan perusahaan diperlakukan secara adil dan wajar melalui informasi-informasi yang diungkapkan. Beberapa informasi yang berkaitan dengan karyawan menurut Haniffa (2002) dan Othman et al (2009) diantaranya jam kerja, hari libur, tunjangan untuk karyawan, dan pendidikan dan pelatihan karyawan.

Beberapa aspek lainya yang ditambahkan oleh Othman et al (2009) adalah kebijakan remunerasi untuk karyawan, kesamaan peluang karir bagi seluruh karyawan baik pria maupun wanita, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, keterlibatan karyawan dalam beberapa kebijakan

17


(44)

32 perusahaan, karyawan dari kelompok khusus seperti cacat fisik atau korban narkoba, tempat ibadah yang memadai, serta waktu atau kegiatan keagamaan untuk karyawan. Selain itu, Haniffa dan Hudaib (2007) juga menambahkan beberapa aspek pengungkapan berupa kesejahteraan karyawan dan jumlah karyawan yang dipekerjakan.

4) Tema Masyarakat (Community Involvement Theme) 18

Konsep dasar yang mendasari tema ini adalah ummah, amanah,

dan ‗adl. Konsep tersebut menekankan pada pentingnya saling berbagi dan saling meringankan beban masyarakat. Islam menekankan kepada umatnya untuk saling tolong-menolong antar sesama. Bentuk saling berbagi dan tolong-menolong bagi bank syariah dapat dilakukan dengan sedekah, wakaf, dan qard. Jumlah dan pihak yang menerima bantuan harus diungkapkan dalam laporan tahuanan bank syariah. Hal ini merupakan salah satu fungsi bank syariah yang diamanahkan oleh Syariat dan Undang-Undang.

Beberapa aspek pengungkapan tema masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedekah, wakaf, dan pinjaman kebajikan (Haniffa,2002). Sedang beberapa aspek lainya yang dikembangkan oleh Othman et al (2009) diantaranya adalah sukarelawan dari kalangan karyawan, pemberian beasiswa pendidikan, pemberdayaan kerja para lulusan sekolah atau mahasiswa berupa magang, pengembangan generasi

18


(45)

33 muda, peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat miskin, kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal atau sosial, dan dukunga terhadap kegiatan-kegiatan kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan agama.

5) Tema Lingkungan Hidup (Environment Theme) 19

Konsep yang mendasari tema ini adalah mizan, itidal, khilafah, dan akhirah. Konsep-konsep tersebut menekankan pada prinsip keseimbangan, kesederhanaan, dan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melestasikan bumi. Allah menyediakan bumi dan seluruh isinya termasuk lingkungan adalah untuk manusia kelola tanpa harus merusaknya. Namun watak dasar manusia yang rakus telah merusak lingkungan ini.

Hal ini telah Allah isyaratkan dalam firmannya:

“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar).” (Q.S Ar Ruum: 41)

19


(46)

34 Informasi yang diungkapkan dalam tema lingkungan diantaranya adalah konservasi lingkungan hidup, tidak membuat polusi lingkungan hidup, pendidikan mengenai lingkungan hidup, penghargaan di bidang lingkungan hidup, dan sistem manajemen lingkungan (Haniffa, 2002; Othman et al, 2009; Haniffa dan Hudaib, 2007).

6) Tema Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance Theme) 20

Konsep yang mendasari tema ini adalah konsep khilafah. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S Al Baqarah:30).

Tema tata kelola perusahaan dalam ISR merupakan penambahan dari Othman et al (2009) dimana tema ini tidak bisa dipisahkan dari perusahaan guna memastikan pengawasan pada aspek syaraiah

20


(47)

35 perusahaan. Secara formal corporate governance dapat didefinisikan sebagai sistem hak, proses, dan kontrol secara keseluruhan yang ditetapkan secara internal dan eksternal atas manajemen sebuah entitas bisnis dengan tujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan stakeholder. Menurut Muhammad (2005) Corporate governance bagi perbankan syariah memiliki cakupan yang lebih luas, karena memiliki kewajiban untuk mentaati seperangkat peraturan yang khas yaitu hukum syariat dan harapan kaum muslim.

Informasi yang diungkapkan dalam tema tata kelola perusahaan adalah status kepatuhan terhadap syariah, rincian nama dan profil direksi, DPS dan komisaris, laporan kinerja komisrais, DPS, dan direksi, kebijakan remunerasi komisaris, DPS, dan direksi, laporan pendapatan dan penggunaan dana non halal, laporan perkara hukum, struktur kepemilikan saham, kebijakan anti korupsi, dan anti terorisme. Dalam implementasinya di Indonesia prinsip GCG di dunia perbankan telah diatur dalam PBI No. 8 Tahun 2006 mengenai Implementasi Tata Kelola Perusahaan oleh Bank Komersial termasuk bank berbasis syariah.

Penjelasan Indeks ISR diatas merupakan penyesuaian dengan tema penelitan ini, yaitu Bank Syariah. Implementasi Indeks ISR pada bank syariah memiliki perbedaan dengan implementasi pada industri syariah lainnya, karena karakteristik industri yang berbeda. Pengembangan Indeks ISR sangat dipengaruhi oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini


(48)

36 akan dijelaskan beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penerapan CSR pada bank syariah dan implementasi Indeks ISR.

3. Shari’ah Governance Structure

Tata Kelola perusahaan, terutama dalam paradigma Islam merupakan hal yang sangat penting karena memiliki kecenderungan sebagai pendorong kejujuran, integritas, keterbukaan, akuntabilitas dan tanggung jawab diantara seluruh stakeholders dalam sebuah organisasi. Disamping itu, shari’ah governance merupakan hal yang sangat esensial pada institusi keuangan Islam dalam membangun dan memelihara kepercayaan pemegang saham serta stakeholder lainnya bahwa seluruh transaksi, praktek dan kegiatan yang dijalankan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Farook et al. (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor penentu pengungkapan CSR di bank-bank Islammemilih proxy keberadaan

Shari’ah Supervisor Board (SSB) atau dewan pengawas syariah sebagai atribut pengujian yang mewakili struktur shari’ah governance. Menurut pendapatnya, sejumlah bank Islam membentuk lembaga khusus pengawasan untuk membatasi perbedaan kepentingan antara investor Islam dengan pengelolaan bank syariah. Dewan pengawas Syariah (DPS) berfungsi untuk meyakinkan investor bahwa bank-bank Islam patuh pada hukum danprinsip-prinsip syariah. Permintaan akan adanya DPS muncul akibat kebutuhan yang dirasakan untuk memastikan inovasi-inovasi yang terdapat dalam praktik perbankan termasuk dalam akuntansi terhadap


(49)

37 prinsip-prinsip ortodoksi Islam. Namun hal ini tidak menjadikan sebuah bank Islam melaporkan kepatuhan terhadap doktrin syariah (AAOIFI, 2003). Standar AAOIFI secara eksplisit menyatakan bahwa pengawsan syariah adalah dimaksudkan untuk menyelidiki sampai sejauh mana institusi keuangan menganut aturan dan prinsip-prinsip syariah dalam semua kegiatannya (Bakar, 2002). Karim (2005) menekankan bahwa dalam kebanyakan kasus, otoritas SSB adalah setara dengan auditor eksternal.

Idealnya masyarakat mengharapkan SSB dapat mewakili hukum dan prinsip-prinsip Islam lebih dari manajemen (Farook et al. 2011). Jika SSB digunakan untuk memastikan kepatuhan bank Islam terhadap prinsip syariah dapat disimpulkan bahwa hal tersebut memiliki peran dalam kegiatan CSR sekaligus pengungkapannya. Namun, sejauh mana keberadaan SSB mempengaruhi pengungkapan CSR tergantung pada fungsi SSB dalam melakukan pengawasan dari sudut pandang investor.

Bakar (β00β) menyatakan bahwa ―kepatuhan syariah merupakan

inti dari sebuah bank Islamdan bisnis perbankannya‖. Tingkat kepatuhan syariah oleh bank Islam akan bergantung pada tingkat pengawasan ditempat dalam membatasi perbedaan kepentingan antara para pelaku yang secara khusus tertarik kepada kepatuhan syariah yang dilkaukan bank dan agen yang merupakan manajemen bank (Farook et al.2011). Karim (1990) seperti dikutip oleh Farook et al. (2011) mengklasifikan tiga jenis utama dari pemegang sahambank-bank Islam: manajemen, investor Islam dan


(50)

38 investor ekonomi. Dari ketiga kategori tersebut, segmen yang paling tertarik terhadap pelaksanaan kepatuhan bank akan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam adalah investor Islam. Semakin besar tingkat pengawasan oleh investor Islam, semakin besar kepatuhan Bank Islam terhadap melaksanakan hukum dan prinsip Islam. Oleh karena itu sejauh mana pengungkapan CSR dapat dikatakan bergantung pada tingkat pengawasan oleh kelompok investor Islam. Dua faktor penentu utama dari tingkat pengawasan yang didentifikasikan dalam literatur: mekanisme pengawasan dan struktur kepemilikan.

a. Mekanisme Pengawasan

1) Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (Shari’a Supervisory Board) Dewan pengawas syariah atau Shari’a Supervisory Board (selanjutnya disebut SSB) berperan dalam hal memberikan keyakinan kepada investor maupun stakeholder bahwa bank Islam dalam menjalankan kegiatannya telah patuh pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip syariah seperti yang tercantum dalam Al-quran dan hadits. Sifat kepatuhan terhadap hukum dan prinsip Islam ini tidak hanya dilihat dari kepatuhan dalam menerbitkan laporan syariah saja, namun juga lebih banyak terlibat dalam kegiatan CSR, termasuk pengungkapan CSR (Farook, et al. 2011)fungsi SBB seperti yang dinyatakan oleh AAOIFI juga menyangkut hal tersebut diatas. Oleh karena itu diharapkan keberadaan SBB disebuah bank Islam dapat mendorong tingkat pengungkapan CSR yang lebih luas.


(51)

39 Meskipun keberadaan SBB dapat meningkatkan pengawasan yang lebih tinggi sehingga pengungkapan CSR akan menjadi lebih luas, sejauh mana SSB akan mempengaruhi pengungkapan CSR juga bergantung pada karakteristik mekanisme tata kelola masing-masing perusahaan (Haniffa dan Cooke, 2002; Ho dan Wong, 2001; Farook et al 2011). Oleh karena itu, banyak faktor yang berhubungan dengan

karakterikstik SSB dalam melakukan fungsinya dan kemudian berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan CSR oleh bank-bank syariah.

2) Jumlah Anggota Dewan

Peningkatan jumlah anggota SSB mungkin mempengaruhi peningkatan level pengungkapan CSR seiring dengan meningkatkan kapasitas pengawasan. Berkaitan dengan jumlah minimum anggota SSB, standar AAOIFI menyatakan paling sedikit tiga anggota. Ini merupakan persyaratan umum bagi bank-bank syariah. Semakin besar jumlah anggota dalam sebuah SSB,semakin tinggi tingkat pengawasannya maka menyiratkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan bank terhadap hukum dan prinsip syariah. SSB akan mapu mengalokasikkan fungsinya dalam kelompok yang memiliki anggota yang lebih banyak, yang memungkinkan SSB untuk meninjau lebih banyak aspek dari kegiatan bank sehingga dapat memastikan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi. Salah satu aspek kepatuhan ini adalah pengungkapan CSR yang lebih luas.


(52)

40 Selain itu, dengan jumlah anggota yang lebih besar, penyatuan ide-ide dan perspektif yang lebih beragam dapat berdampak pada aplikasi yang lebih baik dari hukum Islam, khususnya dalam hal pengungkapan. AAOIFI merekomendasikan bahwa sebaiknya anggota yang duduk dalam SSB berasal dari berbagai latar belakang profesi (AAOIFI, 2003). Hal ini memungkinkan pengimplementasian keragaman perspektif dalam hal penerapan syariah Islam. Agar hal tersebut dapat berlangsung, dibutuhkan jumlah anggota dewan yang lebih banyak dari persyaratan minimal yang distandarkan oleh AAOIFI. Analisis ini menunjukan bahwa ukuran SSB memiliki hubungan positif terhadap pengungkapan CSR.

3) Lintas-Keanggotaan (Cross-memberships)

Menurut Dahya et al. (1996) seperti yang dikutip oleh Farook et al. (2011), lintas keanggotaan dalam SSB juga memungkinkan adanya pengungkapan informasi CSR yang lebih luas. Literatur menunjukkan bahwa lintas-direktur dapat membuat perbandingan dari pengetahuan yang didapat dari perusahaan lain; dan kedua keputusan-keputusan dari sebuah dewan (board) dapat menjadi bahan baku bagi keputusan dewan yang lain (Haniffa dan Cooke, 2002). Anggota SSB yang memiliki lintas-keanggotaan akan lebih banyak berdiskusi mengenai penerapan hukum Islam dalam perbankan karena masing-masing anggota membawa pengetahuan dan pengalamannya sendiri yang berbeda-beda dalam hal tersebut. Hal ini meningkatkan pengetahuan


(53)

41 mereka tentang penerapan prinsip-prinsip Islam untuk pelaporan perusahaan dan khususnya untuk pengungkapan CSR.

4) Kualifikasi Pendidikan (Doktoral Qualification of SSB Members) Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh direktur atau anggota dewan dalam hal ini SSB juga mempengaruhi tingkat pengungkapan. Hambrick dan Mason (1984) dalam Farook et al. (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seorang anggota SSB maka semakin besar kemungkinan ia dapat mengadopsi kegiatan yang inovativ dan menerima ambiguitas. Tingkat pendidikan dari anggota SSB dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR. Bakar (2002) menyebutkan bahwa :

[...] ideally a Shari’a adviser (board member) must be able to

understand not only Shari’a issues but also issues pertaining to law and economics, because such issues in many cases are overlapping.

Biasanya anggota SSB terdiri dari ahli hukum Islam yang mungkin tidak berpendidikan tinggi dalam studi sekuler (Farook et al. 2011). Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka dalam penerapan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam secara menyeluruh dukarenakan kurangnya pengetahuan komersial praktis mereka (Bakar, 2002; Bokhari, 2002). Oleh karena itu para ahli dengan gelar doktor dibidang ekonomi dan bisnis dapat dikatakan memiliki informasi lebih


(54)

42 baik mengenai implikasi Islam dalam lembaga keuangan, khususnya berkaitan dengan pengungkapan CSR (Farook et al., 2011).

5) Reputasi Para Ahli (Reputable Scholars)

Menurut Farook et al. (2011) beberapa ahli syariah memiliki jumlah yang signifikan dalam hal pengetahuan tentang penerapan hukum Islam dalam institusi keuangan. Namun, kualifikasi yang mereka miliki mungkin belum diakui secar formal atau tidak berasal dari lembaga pendidikan sekuler. Faktor-faktor yang mempengaruhi penunjukkan direktur pada perusahaan di Bahrain adalah kemampuan yang relevan, pengalaman bisnis dan reputasi. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan bahwa reputasi sebagai proxy untuk pengetahuan industri dan oleh karena itu para ahli yang memiliki reputasi dengan tingkat pengetahuan tentang prinsip dan bisnis yang relevan dan banyak menjadi perwakilan bagi dewan pengawas syariah dilembaga keuangan dan perbankan syariah, yang paham akan implikasinya pada perbankan syariah, khususnya berkaitan dengan pengungkapan CSR. Oleh karena itu, ahli yang memiliki reputasi lebih memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan CSR serta pengungkapan informasi CSR kemudian.

b. Struktur Kepemilikan

Hak nasabah (Invesment Account Holders (IAH)’s Rights)

Struktur kepemilikan juga menentukan tingkat pengawasan dan tentu saja tingkat pengungkapan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam


(55)

43 Farook et al. 2011). Sejumlah penelitian terdahulu melihat pengaruh struktur kepemilikan terhadap pengungkapan sukarela (Ruland et al., 1990; Eng dan Mak, 2003; El- Gazzar, 1998; dalam Farook et al. 2011). Sebagaimana diuraikan di atas, investor Islam menetukan tingkat kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan berdampak pada tingkat pengungkapan CSR. Investor Islam lebih mungkin untuk -menginvestasikan dana mereka sebagai nasabah (IAH) bukan sebagai pemegang saham sejak investor Islam lebih tertarik pada layanan yang ditawarkan bank syariah dari pada kepemilikan saham dari bank-bank syariah tersebut. Selanjutnya, rekening di bank-bank syariah lebih mudah diakses dari pada saham bank-bank syariah. Meskipun nasabah tidak memiliki hak suara formal, namun mereka tetap mempengaruhi tingkat pengawasan terhadap manajemen melalui pemegang saham (Archer et al. 1998). Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa keuntungan pemegang saham ditentukan oleh keuntungan yang diperoleh melalui pemanfaatan dana nasabah.

Jika menjadi nasabah lebih menarik daripada menjadi pemegang saham dan sesuai dengan hukum serta prinsip Islam, maka pengaruh relatif dari nasabah akan menetukan sejauh mana aktivitas bank sesuai dengan hukum-hukum Islam dan prinsip-prinsip syariah dan pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan yang disajikan oleh bank. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berhubungan positif


(56)

44 dengan ukuran relatif dana nasabah sebagai proporsi dari dana pemegang saham.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengungkapan CSR bank syariah di Indonesia berdasarkan indeks ISR masih sedikit dilakukan. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang indeks ISR lebih banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti Malaysia. Oleh karena itu, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk lebih giat dalam mencari sumber-sumber referensi tentang indeks ISR dalam penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut.

Fadilla Purwitasari (2011) melakukan studi yang menganalisis Pelaporan Corporate Social Responsibility Perbankan Syariah dalam Perspektif Shariah Enterprise Theory. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan pelaporan tanggung jawab sosial oleh BSM dan BMI masih dipengaruhi oleh kepentingan mereka masing-masing. Kepentingan-kepentingan ini terutama dipengaruhi oleh money dan power. Peranan

‗prinsip‘ tidak terlalu terlihat dalam cara pelaporan tanggung jawab sosial mereka.

Nisrina Widayuni (2014) melakukan analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada


(57)

45 Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia. Nisrina Widayuni (2014) menggunaakan metode analisis regresi berganda, penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan corporate social responsibility pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia masih cukup rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif sedangkan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan corporate

social responsibility. Sementara itu, variabel jumlah rapat dewan pengawas

syariah, jumlah anggota dewan pengawas syariah dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan..

Nadia Rahma (2012) mengnalisis Penerapan Islamic Social Reporting Indeks dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengungkapan indeks ISR pada enam bank syariah Indonesia dapat dikatakan baik, yakni sebesar 64,83% secara keseluruhan, walaupun masih belum mencapai angka sempurna 100%, dikarenakan masih adanya item-item indeks ISR yang belum diungkapkan secara penuh.

Fitria dan Hartati (2010) membandingkan pengungkapan kinerja sosial berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) dan Islamic Social Reporting Index (ISRI), studi komparatif antara bank konvensional dan bank syariah di

Indonesia. Penelitian tersebut membandingkan kinerja sosial tiga bank konvensional dan tiga bank syariah, dengan menggunakan GRI dan ISR. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bank konvensional memiliki pengungkapan


(58)

46 yang lebih baik dibandingkan bank syariah dan pengungkapan berdasarkan indeks GRI memiliki skor yang lebih baik dibandingkan indeks ISR

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu terkait kinerja sosial bank syariah dan indeks ISR diatas, penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengungkapan kinerja sosial bank syariah berdasarkan indeks ISR. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan indeks ISR sebagai alat ukur pengungkapan kinerja sosial bank syariah dan penggunaan content analysis sebagai alat analisis data. Sedang perbedaannya denga penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian, periode penelitian, dan tujuan utama penelitian. Ringkasan hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

No Identitas Metode

Analisis Hasil Penelitian Perbedaan

1 Charles, Chariri (2012) Jurnal. Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR (studi kasus Bank Syariah di Asia)

Analisis regresi linier berganda

Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor IG, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, rapat dewan komisaris, ukuran komite audit dan profitabilitas secarabersama-sama

mempengaruhi CSR hanya sebesar 55%

Penelitian menggunakan variabel yang berbeda, Objek penelitian juga hanya pada 1 (satu) bank syariah

2 Amirul Khoirudin (2013) Jurnal. Corporate Governance dan Pengungkapan Islamic Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia

Analisis deskriptif dan Analisis Inferensial

Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris terbukti memiliki pengaruh signifikan , sedangkan ukuran dewan pengawas syariah tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia

Penelitian menggunakan variabel yang berbeda, jumlah objek penelitian juga berbeda


(1)

128

Skor Indeks ISR MBS tahun 2011-2015

ITEMS

MBS

A

2011

2012

2013

2014

2015

1

1

1

1

1

1

2

0

0

0

0

0

3

1

0

0

0

1

4

0

0

0

0

0

5

0

0

0

0

0

6

1

1

1

1

1

B

7

1

1

1

1

1

8

1

1

1

1

1

9

0

0

0

0

1

C

10

0

0

0

0

1

11

0

0

0

0

0

12

0

0

0

0

0

13

0

1

1

1

1

14

1

1

1

1

1

15

1

1

1

1

1

16

0

0

0

0

0

17

0

0

0

0

0

18

0

0

0

0

0

19

0

0

0

0

0

20

0

0

0

0

0

21

0

0

0

0

0

22

0

0

0

0

0

D

23

0

1

1

1

1

24

0

0

0

0

0

25

0

0

0

0

0

26

0

0

0

0

0

27

0

1

1

1

1

28

0

0

0

0

0

29

0

1

0

1

1

30

0

1

1

1

1


(2)

129

32

1

1

1

1

1

33

0

1

1

1

1

E

34

0

0

0

1

1

35

0

0

0

0

1

36

0

0

0

0

0

37

0

0

0

0

0

38

0

0

0

0

0

F

39

1

1

1

1

1

40

1

1

1

1

1

41

1

1

1

1

1

42

1

1

1

1

1

43

1

1

1

1

1

44

1

1

1

1

1

45

1

1

1

1

1

46

1

1

1

1

1

47

1

1

1

1

1

48

1

1

1

1

1

49

1

1

1

1

1

50

1

1

1

1

1

51

1

1

1

1

1

52

1

1

1

1

1

53

1

1

1

1

1


(3)

130

COMMON EFFECT

Dependent Variable: CSR? Method: Pooled Least Squares Date: 09/25/16 Time: 23:06 Sample: 2011 2015

Included observations: 5 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2011.241 1.064695 1889.030 0.0000

IGSCORE? 0.149108 0.030169 4.942447 0.0000 IAH? -0.626134 0.309945 -2.020142 0.0486 SIZE? -0.076593 0.062610 -1.223334 0.2268 R-squared 0.324124 Mean dependent var 2013.000 Adjusted R-squared 0.284366 S.D. dependent var 1.427248 S.E. of regression 1.207383 Akaike info criterion 3.284734 Sum squared resid 74.34640 Schwarz criterion 3.430722 Log likelihood -86.33018 F-statistic 8.152529 Durbin-Watson stat 0.501255 Prob(F-statistic) 0.000157


(4)

131

FIXED EFFECT

Dependent Variable: CSR? Method: Pooled Least Square Date: 10/02/16 Time: 23:25 Sample: 2011 2015

Included observations: 5 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 55

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2951.241 0.926543 2703.096 0.0000

IGSCORE? 0.239108 0.069761 6.809703 0.0407

IAH? 1.826709 0.330989 2.460557 0.0312

SIZE? -0.066509 0.060095 1.660931 0.0000 Random Effects

(Cross)

_BMI--C -1.109821

_BSM--C 0.650928

_BMSI--C -3.169042 _BRIS--C -2.549009

_BSB--C 1.751668

_BNIS--C -0.309908 _BVS--C -2.092238

_BCAS--C 3.813661

_BJBS--C 3.037861

_PBS--C 1.036713

_MBS--C -1877652

Effects Specification Cross-section fixed(dummy variabel)

Weighted Statistics

R-squared 0.574105 Mean dependent var 2013.000 Adjusted R-squared 0.584364 S.D. dependent var 1.427248 S.E. of regression 1.207383 Akaike info criterion 8.673280 Sum squared resid 72.76909 Schwarz criterion 8.853789 Log likehood -1439.540 Hannan-Quinn criter 8.852465 F-statistic 20.18057 Durbin-Watson stat 0.501654


(5)

132

Prob (F-statistic) 0.000157

Unweighted Statistics

R-squared 0.324124 Mean dependent var 2013.000 Sum squared resid 74.34640 Durbin-Watson stat 0.501255

RANDOM EFFECT

Dependent Variable: CSR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/25/16 Time: 23:25

Sample: 2011 2015 Included observations: 5 Cross-sections included: 11

Total pool (balanced) observations: 55

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2011.241 0.904580 2223.398 0.0000

IGSCORE? 0.149108 0.025632 5.817288 0.0360

IAH? -0.626134 0.263334 2.377718 0.0212

SIZE? -0.076593 0.053195 1.439870 0.0000 Random Effects

(Cross)

_BMI--C -1.098046

_BSM--C 0.727205

_BMSI--C -4.805716 _BRIS--C -2.559794

_BSB--C 3.303763

_BNIS--C -0.368423 _BVS--C -3.028497

_BCAS--C 3.781944

_BJBS--C 1.018387

_PBS--C 1.912926

_MBS--C 1.116249


(6)

133

Cross-section random S.D. / Rho 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random S.D. / Rho 1.025809 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.524124 Mean dependent var 2013.000 Adjusted R-squared 0.284366 S.D. dependent var 1.427248 S.E. of regression 1.207383 Sum squared resid 74.34640 F-statistic 8.152529 Durbin-Watson stat 0.501255 Prob(F-statistic) 0.000157

Unweighted Statistics

R-squared 0.324124 Mean dependent var 2013.000 Sum squared resid 74.34640 Durbin-Watson stat 0.501255


Dokumen yang terkait

ANALISIS PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING INDEX PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 18

PENGARUH ELEMEN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 4 130

ANALISIS PENGARUH ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING INDEKS PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

0 5 140

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr) Pada Bank Syariah Di Indonesia.

0 2 12

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr) Pada Bank Syariah Di Indonesia.

1 2 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL ISLAMI (ISLAMIC CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

0 0 15

Pengaruh Elemen Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 14

Pengaruh Elemen Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 2

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Rizky Eriandani Universitas Surabaya Irene Syafridda Universitas Surabaya Abstrak - Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perbankan Syariah Di Indonesia - Ubaya R

0 0 12

PENGARUH ELEMEN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

0 0 16