12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Corporate Social Responsibility
a. Definisi Corporate Social Responsibility
Definisi CSR menurut WBCSD dalam Watts dan Holme 1999 adalah ―corporate social responsibility is the continuing commitment by
business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as
well as of the local community and society at large ‖.
1
Definisi baku tentang CSR bersumber dari dialog internasional ―WBCSD Stakeholder
Dialogue on CSR ‖ pada 6-8 September 1998 di Netherlands. WBCSD
World Business Council for Sustainable Development memaparkan bahwa tidak ada definisi yang baku secara umum mengenai CSR.
Pengertian CSR bisa berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor lokal yang ada yaitu faktor budaya, agama, hukum, dan keadaan pemerintahan.
Satu kata kunci penting dari definisi tersebut adalah komitmen. CSR merupakan komitmen perusahaan sebagai pelaku bisnis untuk dapat
berperilaku etis dan turut berkontribusi dalam membangun perekonomian negara. Secara garis besar, hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam
rangka membangun perekonomian negara adalah menciptakan lapangan
1
Watts, P., Holme, L. 1999. CSR: Meeting Changing Expectations. WBCSD Publication .
13
kerja, meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, serta peduli terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat pada umumnya.
2
Konsep CSR mengarah kepada tanggung jawab bisnis secara etis kepada para pihak yang berkepentingan. CSR adalah komitmen suatu
organisasi dalam melakukan bisnis berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan sekaligus menyelaraskan berbagai kepentingan para pihak
Siwar dan Hossain, 2009.
3
Dalam penelitiannya, Garriga dan Mele 2004 mengklasifikasikan empat teori mengenai CSR, antara lain:
1. Teori Instrumen Instrumental Theories Dalam teori ini, perusahaan diasumsikan sebagai instrumen yang
menciptakan kemakmuran dan itulah tanggung jawab sosialnya. Aspek ekonomi yang dipertimbangkan dalam teori ini hanya interaksi antara
bisnis dengan masyarakat. Oleh karena itu, segala bentuk kegiatan sosial hanya akan diterima jika, dan hanya jika, konsisten dengan kegiatan
menciptakan kemakmuran tersebut. 2. Teori Politik Political Theories
Teori ini menekankan pada kekuatan sosial dari sebuah perusahaan, terutama dalam hal hubungannya dengan masyarakat dan tanggung
jawabnya terhadap arena politik terkait dengan kekuatan sosial tersebut. Hal ini mengakibatkan perusahaan harus turut berpartisipasi dalam
kegiatan sosial tertentu.
2
Raditya, Nurul Amilia, Op. Cit., hlm. 13.
3
Siwar, C., Hossain, M. T. 2009. An analysis of Islamic CSR concept and the opinions of Malaysian managers. Management of Environmental Quality: An International Journal, 20 , 290-
298. Raditya, Nurul Amilia, Op. Cit., hlm. 14.
14
3. Teori Integratif Integrative Theories Teori ini menganggap bahwa suatu bisnis harus dapat mengintegrasikan
segala tuntutan sosial. Teori ini menyatakan bahwa keberlangsungan dan pertumbuhan suatu bisnis tergantung pada masyarakat dan bahkan untuk
keberadaan bisnis itu sendiri. 4. Teori Etika Ethical Theories
Teori ini memahami bahwa hubungan antara bisnis dan masyarakat tertanam dalam nilai-nilai etika. Hal ini menghasilkan suatu visi CSR dari
sudut pandang etika, akibatnya perusahaan harus memiliki tanggung jawab sosial sebagai bentuk dari tuntutan etika yang di atas segalanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keempat teori tersebut merupakan konsep dasar dari perkembangan teori CSR. Teori CSR yang
berkembang saat ini dapat dikatakan memiliki fokus utama terhadap empat aspek, yakni mencapai tujuan yang menghasilkan profit jangka panjang,
menggunakan kekuatan bisnis sebagai jalur untuk melaksanakan tanggung jawab, mengintegrasikan tuntutan atau kebutuhan sosial, dan memberikan
kontribusi terhadap masyarakat sebagai bentuk dari perilaku etis perusahaan terhadap masyarakat.
4
4
Ibid.,
15
Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Sumber: Watts dan Holme 1999
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga pilar utama, yaitu tanggung jawab keuangan perusahaan, tanggung jawab
lingkungan perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan Watts dan Holme, 1999. Menurut Steurer, pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan
yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka.
5
Gambar 2.2 Tiga Dimensi Keberlanjutan
Sumber: Dyllick dan Hockerts 2002
Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga dimensi utama, yakni ekonomi, ekologi, dan sosial. Integrasi di antara ketiga dimensi tersebut sebagai
tripple-bottom-line. Hubungan di antara ketiga dimensi tersebut ditunjukkan
5
Steurer, R., Langer, M. E., Konrad, A., Martinuzzi, A. 2005. Corporations, Stakeholders and Sustainable Development I: A Theoretical Exploration of Business-Society Relations. Journal of
Business Ethics, 61 , 263-281. Corporate Financial
Responsibility Corporate Environmental
Responsibility Corporate
Social Responsibility
Corporate Responsibility Sustainable Development
Economic Sustainability
Enviromental Sustainability Social Sustainability
16
dalam Gambar 2.2 di atas. Dalam pemikiran yang sempit, keberlanjutan ekonomi dianggap hanya dapat memberikan keberhasilan jangka pendek. Oleh karena itu,
dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial harus dipenuhi secara simultan untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang karena ketiga dimensi tersebut saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
6
b. Motif dan Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility