Pengertian Kepastian Hukum Tinjauan Yuridis Atas Pensertifikatan Tanah yang Berasal dari Hak Ulayat (Studi Kasus Putusan MA No. 274/K/PDT/2005)

73 karena didalamnya tertulis secara jelas mengenai jenis hak, keterangan fisik mengenai tanah, beban diatas tanah tersebut dan peristiwa hukum yang saling berhubungan dengan tanah tertentu yang dibuatditulis oleh pejabat berwenang Kantor Pertanahan maka data-data tersebut dianggap benar. Walaupun fungsi utama sertipikat hak atas tanah adalah sebagai alat bukti, tetapi dalam kenyataannya sertipikat bukanlah merupakan satu-satunya alat bukti kepemilikan hak atas tanah. Pada dasarnya kekuatan pembuktian hak sertipikat pengganti hak atas tanah sama kedudukannya seperti halnya sertipikat asli. Apabila suatu bidang tanah telah dimintakan penerbitan sertipikat pengganti maka secara yuridis sertipikat asli yang dikeluarkan sebelumnya menjadi tidak berlaku demi hukum karena sudah diterbitkan sertipikat pengganti oleh Badan Pertanahan Nasional. Hal tersebut didukung dengan adanya asas publisitas yang dianut oleh Indonesia sehingga apabila ada pihak lain yang merasa keberatan dengan diterbitkannya hak atas tanah tersebut dapat mengajukan keberatannya disertai dengan bukti yang menguatkan keterangannya. Hal tersebut melindungi kepentingan hukum pemegang hak terhadap segala gangguan yang diakibatkan penyalahgunaan sertipikat asli yang dikeluarkan sebelumnya.

B. Kepastian Hukum Atas Tanah Sertipikat Hak Milik Yang Terbit Diatas Hak Ulayat.

1. Pengertian Kepastian Hukum

Menurut Jimly Ashiddiqie dalam hukum harus ada keadilan dan kepastian hukum itu penting agar orang tidak bingung. Tapi keadilan hukum itu penting agar Universitas Sumatera Utara 74 orang tidak bingung. Tapi keadilan hukum itu sendiri merupakan dua sisi dari satu mata uang. Antara keadilan dan kepastian hukum tak perlu dipertentangkan. 74 Hukum dapat mencapai tujuannya apabila dapat menyeimbangkan antara kepastian hukum dan keadilan, atau keserasian antara kepastian yang bersifat umum atau obyektif dan penerapan keadilan secara khusus yang bersifat subyektif. 75 Untuk mencapai keseimbangan dan keserasian antara kepastian hukum dan keadilan diperlukan beberapa persyaratan, menurut Soedjono Dirdjosisworo persyaratan tersebut adalah kaidah-kaidah hukum, serta penerapannya sebanyak mungkin mendekati citra masyarakat, pelaksana penegak hukum dapat mengemban tugas sesuai tujuan dan keinginan hukum serta masyarakat dimana hukum itu berlaku, taat dan sadar akan pentingnya hukum bagi keadilan dan kesejahteraan, serta menghayati akan keinginan hukum demi keadilan. Dalam memenuhi syarat-syarat tersebut demi tercapainya keserasian itu fungsi hukumpun berkembang, hukum berfungsi sebagai sarana pendorong pembangunan. Jadi selain harus ada kepastian hukum, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan dan keteraturan. Keadilan, kepastian hukum dan keteraturan itu harus diwujudkan secara simultan agar tercipta kedamaian hidup bersama. Aturan hukum mengacu pada proses kelembagaan untuk menyusun, menafsirkan dan menerapkan hukum serta aturan-aturan lainnya. Ini berarti 74 Jimly Ashiddiqie, Keadilan Kepastian Hukum, dan Keteraturan, http:www.suarakarya- online.com, tanggal 15 Desember 2011 75 Soerdjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, halaman 18. Universitas Sumatera Utara 75 keputusan yang diambil pemerintah harus memiliki dasar hukum sehingga masyarakat dilindungi dari kesewenang-wenangan. Kepastian hukum memerlukan penerapan peraturan perundang-undangan secara konsisten, konsekuen dan terhindar dari penafsiran-penafsiran yang keliru dari pada peraturan yang mengaturnya. Pemerintah harus mampu membuat komitmen-komitmen yang bisa dipercaya, dan meyakinkan masyarakat bahwa keputusan-keputusan yang diambil dalam penerbitan hak atas tanah pada akhirnya tidak akan dicabut akibat dari kesalahan dalam penerapan sebuat peraturan ataupun aturan prosedur administrasi. Seiring dengan tujuan hukum adalah mewujudkan kepastian hukum sekaligus keadilan bagi masyarakat, maka untuk menciptakan kepastian hukum pertanahan diadakan kegiatan pendaftaran tanah, dan hasil akhir dari pendaftaran tanah itu adalah pembukuan hak atas tanah dan pemberian tanda bukti hak yang berupa sertipikat. Jelas sekali Pasal 19 ayat 2 UUPA menentukan, pemberian surat bukti hak sertipikat, yang berlaku sebagai pembuktian yang kuat. Ini sesuai dengan penjelasan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Bab IV alinea 1 menyebutkan usaha yang menuju ke arah kepastian hak atas tanah ternyata dari ketentuan pasal-pasal yang mengatur pendaftaran tanah. Lebih lanjut pada alinea 2 disebutkan Pasal 23, 32 dan 38 ditujukan kepada para pemegang hak yang bersangkutan, dengan maksud agar mereka memperoleh kepastian tentang haknya itu. Sedangkan Pasal 19 ditujukan kepada Pemerintah sebagai suatu instruksi, agar diseluruh wilayah Indonesia diadakan pendaftaran tanah yang bersifat rechts kadaster artinya yang bertujuan menjamin kepastian hukum. Jadi Universitas Sumatera Utara 76 warga, baik perorangan maupun institusi, dijamin kepemilikan tanahnya, apabila memiliki sertipikat hak atas tanah. Kepastian hukum dalam pendaftaran tanah dapat dicapai karena adanya interaksi antara masyarakat dengan pemerintah yang dalam hal ini aparat Kantor Pertanahan. Interaksi ini diperlukan karena dalam pemberian hak atas tanah masyarakat harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan sejujur-jujurnya terhadap tanah yang dikuasainya serta adanya itikad baik dari pemilik tanah, baik mengenai riwayat kepemilikan tanah yang dibuktikan dengan bukti-bukti surat kepemilikan tanah data yuridis maupun batas-batas tanah yang dikuasainya data fisik kepada petugas yang melaksanakan pendaftaran tanah. Pemberian sertipikat hak atas tanah yang memiliki kepastian hukum sesuai yang diharapkan oleh Pasal 19 UUPA, juga tidak terlepas dari aparat pemerintah yang melaksanakan tugas pemberian hak atas tanah. Penerapan hukum dan peraturan perundang-undangan yang mendasari pendaftaran tanah harus dilaksanakan secara profesional, baik dari segi teknis pengukurannya, proses penetapan hak atas tanahnya serta pendaftaran tanahnya harus berdasarkan prosedur hukum yang mengaturnya.

2. Kepastian Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan atas Perpanjangan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang Berada di Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pakanbaru

4 112 105

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Peralihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru

6 97 144

Tinjauan Yuridis Atas Tanah Wakaf yang Dikuasai Nadzir (Studi Kasus di Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh)”

4 66 139

Tinjauan Yuridis Atas Pensertifikatan Tanah yang Berasal dari Hak Ulayat (Studi Kasus Putusan MA No. 274/K/PDT/2005)

3 52 113

Tinjauan Yuridis Atas Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Yang Telah Bersertifikat Hak Milik (Study Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2725 K/Pdt/2008)

1 55 132

Tinjauan Yuridis Mengenai Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK)/Herziening Yang Diajukan Oleh Jaksa (Analisa Terhadap Putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996, Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007 dan Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009)

2 111 125

Tinjauan Yuridis Alas Hak Di Bawah Tangan Sebagai Dasar Pendaftaran Hak Atas Tanah

5 75 156

Tinjauan Yuridis Pembatalan Putusan Arbitrase Oleh Pengadilan Negeri (Studi Kasus Perkara No. 167/Pdt.P/2000/PN-Jak.Sel)

2 51 168

Tinjauan Hukum Atas Pengakuan Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh Penyewa (Studi Kasus Di Kampung Jawa Banda Aceh)

1 52 140

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Peralihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru

0 0 16