adalah potensi lansekap; tingkat polusi udara, air dan suara; kondisi flora dan fauna setempat; lokasi-lokasi historis dan objek wisata Golany, 2000.
2.3. Kebijakan Tata Ruang
Ruang menurut UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diartikan sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, sedangkan tata ruang adalah wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Perencanaan tata ruang wilayah Tarigan, 2004, adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak dengan tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan
kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan
sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut. Tujuan penataan ruang adalah untuk menciptakan hubungan yang serasi antara
berbagai kegiatan berbagai subwilayah agar hubungan yang harmonis dan serasi, mempercepat proses tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestarian
lingkungan hidup. Setiap rencana tata ruang harus mengemukan kebijakan makro pemanfaatan
ruang berupa : 1.
Tujuan pemanfaatan ruang
Universitas Sumatera Utara
2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang
3. Pola pengendalian pemanfaatan ruang
Tingkat kedalaman atau kerincian dari ketiga perencanaan ini berbeda, perencanaan ruang pada tingkat nasional hanya mencapai kedalaman penetapan
strategi dan arah kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional. RTRW nasional antara lain berisikan, penggambaran struktur tata ruang nasional, penempatan
kawasan yang perlu dilindungi, pemberian indikasi penggunaan ruang budi daya dan arahan pemukiman dalam skala nasional, penentuan kawasan yang diprioritaskan,
penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional, dan perencanaan jaringan penghubung dalam skala nasional.
Perencanaan ruang pada tingkat provinsi adalah penjabaran RTRWN berupa arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya, arahan pengelolaan
kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu, arahan perkembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata,
dan kawasan lainnya, arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan, arahan pengembangan sistem prasarana wilayah, arahan pengembangan
kawasan yang diprioritaskan, arahan kebijakan tata guna lahan, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya.
Kedalaman pada tingkat kabupatenkota adalah penjabaran dari penggunaan ruang yang ada pada tingkat di provinsi, disetai strategi pengelolaan kawasan
tersebut, ini berarti sudah dapat menggambarkan rencana peruntukan lahan untuk masing-masing kawasan, langkah-langkah untuk mencapai rencana tersebut serta cara
Universitas Sumatera Utara
pengendalian dan pengawasannya. Karena isi permasalahan sama meskipun diuraikan lebih rinci pada tingkat kabupaten, isi RTRW kabupaten sama dengan isi RTRW
provinsi, hanya harus diuraikan lebih rinci. RTRW kabupaten sendiri juga masih perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan: rencana rincian tata ruang kawasan di
kabupatenkota, rencana detail tata ruang RDTR, dan rencana teknik ruang RTR. Dalam penyusunan RTRW kabupatenkota, ada kawasan yang sudah
ditetapkan penggunaannya di dalam RTRW nasional dan RTRW provinsi, dalam hal ini RTRW kabupaten harus mempedomani dan menjabarkannya dalam bentuk
strategi pengelolaannya. Kabupaten masih memiliki kewenagan menentukan penggunaan lahan untuk lokasi yang tidak diatur secara tegas dalam RTRW nasional
dan RTRW provinsi.
2.4. Sistem Informasi Geografi dalam Penentuan Lokasi Kawasan