tersebar di kota Medan Selatan KMS, dan Kota Medan bagian Tengah, dan kawasan Medan pusat kota KMP, hal ini menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan dari
penduduk di kawasan ini relatif lebih baik dibanding dengan Kawasan Medan Utara KMU. Perumahan semi permanen di kota Medan berdasarkan data podes berjumlah
78.532 yang banyak tersebar di kawasan Medan Utara kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan, kecamatan Medan Timur dan
Medan kecamatan Barat, kecamatan Medan Johor, Medan Selayang.
4.2. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan yang dilakukan dalam pengelolaan wilayah pesisir Kota Medan dalam peruntukan kesesuaian lahan yaitu, untuk kawasan permukiman
penduduk. Proses analisis dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor yang menjadi pembatas peruntukan yang ditinjau dari aspek biofisiknya. Analisis yang
dilaksanakan bertujuan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian lahan dalam rangka penentuan arah pengembangan pembangunan dari peruntukan lahan untuk kawasan
permukiman. Hasil analisis kesesuaian yang diperoleh dikelompokan dalam empat kategori atau kelas kesesuaian, yakni Kelas S1: sangat sesuai Highly Suitable, Kelas
S2 : sesuai Suitable, Kelas S3 : sesuai bersyarat Conditional Suitable, dan Kelas N :tidak sesuai permanen Permanently Not Suitable.
Berdasarkan pada hasil analisis spasial terhadap berbagai faktor-faktor pembatas untuk peruntukan lahan yang ditinjau dari aspek biofisiknya, dengan
menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis SIG melalui cara
Universitas Sumatera Utara
perbandingan matching dan tumpang susun overlay, maka diperoleh hasil analisis kesesuaian lahan untuk peruntukan lahan permukiman bagi pengelolaan ruang
wilayah pesisir Kota Medan adalah sebagai berikut :
Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Permukiman Penduduk
Kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman penduduk diperoleh dari analisis parameter-parameter kesesuaian lahan untuk kawasan ini, yang meliputi
kemiringan lahan, jarak dari pantai, drainase, kedalaman tanah dan ketinggian. Hasil analisis kesesuaian disajikan pada Tabel 15.
Berdasarkan pada hasil analisis spasial yang dilakukan terhadap 3 tiga kecamatan yang menjadi lokasi dalam penelitian ini, ternyata untuk katergori sangat
sesuai bagi permukiman penduduk adalah seluas ± 329,782 ha. Wilayah yang termasuk dalam kategori sangat sesuai umumnya berada di wilayah pesisir kecamatan
Medan Marelan dan sebagian wilayah pesisir kecamatan Medan Labuhan serta kecamatan Medan Belawan. Daerah dengan kategori ini di cirikan dengan
karakteristik sebagai berikut : memiliki kemiringan lahan 0-2 , jarak dari pantai 200 meter, drainasenya tidak tergenang pasang, ketinggian 15 m dpl, kedalaman
efektif tanah 90 dan landuse-nya adalah sebagai daerah pengembangan perkotaan, pengembangan industri dan persawahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15 .Hasil Analisis Kesesuaian Permukiman No
Kelas LokasiKecamatan
ha Medan
Labuhan Medan
Belawan Medan
Marelan 1
Sangat Sesuai S1
251,719 26,396
51.667
2
Sesuai S2
2.618,817 1.954,151 1.818,888
3 Sesuai Bersyarat S3
840,115 472,735
718,928
4 Tidak Sesuai Permanen N
294,642 724,605
91,931
Untuk kesesuaian lahan dengan kategori sesuai bagi kawasan permukiman penduduk adalah seluas ± 6.391,856 ha. Wilayah dengan kategori ini umumnya juga
tersebar pada wilayah-wilayah pesisir yang sama sebagaimana pada wilayah dengan kategori sangat sesuai. Daerah dengan kategori ini dicirikan dengan karakteristik
sebagai berikut : memiliki kemiringan 3-8, jarak dari pantai 100-200 meter, drainasenya tidak tergenang pasang, ketinggian 6-15 m dpl, kedalaman efektif tanah
60-90 dan landuse-nya adalah adalah sebagai kebun campuran, sawah, semak belukar dan alang-alang.
Untuk kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai bagi kawasan permukiman penduduk adalah seluas ± 2,031,778 ha. Wilayah dengan kategori ini
hampir sebagian besar berada di pesisir kecamatan Medan Marelan dan kecamatan Medan Labuhan serta sebagian kecil berada di kecamatan Medan Belawan. Dengan
karakteristik wilayah sebagai berikut : memiliki kemiringan 3-8 , jarak dari pantai
Universitas Sumatera Utara
5-100 meter, drainasenya tergenang periodik, ketinggian 0-5 m dpl, kedalaman efektif tanah 31-60 dan landuse-nya cadangan pengembangan, rawa air asin, rawa air
tawar dan hutan produksi. Untuk kesesuaian lahan dengan kategori tidak sesuai permanen bagi kawasan
permukiman penduduk adalah seluas ± 1.111,178 ha. Wilayah ini umumnya berada di pesisir kecamatan Medan Belawan dan kecamatan Medan Marelan, dengan
karakteristik wilayah sebagai berikut : memiliki kemiringan lahan 3-8 untuk lahan yang dekat dengan pantai dan 8 untuk lahan yang jauh dari pantai, drainasenya
tergenang permanen, jarak dari pantai 0-5 meter, dan memiliki landuse-nya adalah sebagai rawa air asin, rawa air tawar dan mangrove untuk lahan yang dekat dengan
pantai, serta hutan lindung dan hutan suaka alam untuk lahan yang jauh dari pantai. Untuk jelasnya, peta hasil analisis kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman
penduduk dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir kota Medan dapat dilihat pada Gambar 7.
Pengembangan pemukiman di wilayah pesisir Kota Medan hendaknya merupakan suatu bagian dari proses pembangunan dan pemanfaatan ruang wilayah
pesisir secara menyeluruh dimana pembangunan sarana dan prasana pembangunan terkait juga dengan pembangunan dan pengembangan kawasan pemukiman
penduduk.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Peta Kesesuaian Permukiman
Universitas Sumatera Utara
Hal ini mengacu pada pengertian pemukiman menurut BAPPENAS 2000, yakni penggunaan lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan perumahan, sarana dan
prasarana umum, perdagangan, perkantoran, fasilitas rekreasi, dan banyak yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan masyarakat.
Penduduk di kawasan wilayah pesisir dan sekitarnya secara administratif berada di wilayah kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan dan Medan Labuhan.
Total jumlah penduduk yang mendiami kawasan ini hingga tahun 2010 sebanyak 330.241 jiwa yang terdiri dari 78.099 kepala rumah tangga.
Penduduk yang mendiami wilayah ini, sebagian besar mendiami kawasan pesisir kecuali di Kecamatan Medan Marelan yang hanya memiliki 3 tiga kelurahan
kawasan pesisir yakni kelurahan Labuhan Deli, Paya Pasir dan Terjun. Kecamatan Medan Labuhan memiliki 4 empat kelurahan kawasan pesisir yakni kelurahan
Pekan Labuhan, Nelayan Indah, Sei Mati dan Tangkahan. Penduduk yang selama ini berdomisili di wilayah pesisir, umumnya
menggunakan lahan hanya mempertimbangkan pada aspek kemudahan dalam memanfaatkan sumberdaya alam semata. Hal tersebut juga diiringi dengan
terbatasnya sarana dan prasarana serta informasi yang memadai tentang pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga mendorong terjadinya pemanfaatan
wilayah dan sumberdaya alam yang tidak sesuai dengan peruntukan dan manfaatnya.
Universitas Sumatera Utara
Fenomena ini mendorong tumbuhnya permukiman dan usaha-usaha penanganan dan pengelolaan sumberdaya alam dengan mengutamakan jarak yang
mudah dicapai dan dekat dengan pasar, namun dilakukan secara tidak terkendali dan tidak terencana. Akibatnya, perkembangan tata ruang wilayah tidak terintegrasi dan
tidak terarah serta terkesan tradisional dan kumuh. Kondisi eksiting di wilayah studi merupakan sebagian berada di kawasan
hutan mangrove dan areal pertanian. Di kawasan Sicanang Kecamatan Medan Belawan dan Kecamatan Medan Labuhan, sudah berubah fungsi lahan ± 500 hektar
telah dikelola masyarakat menjadi perumahan, makam, tempat ibadah, termasuk 8 unit usaha seperti tambak pelestarian dan budidaya perikanan serta industri yang di
dirikan oleh perusahaan swasta. Kecamatan Medan Marelan merupakan kawasan pertanian berubah fungsi menjadi lahan permukiman dan areal tanaman kelapa sawit.
Menurut Dahuri et al. 2004, bentuk dan hakikat pemukiman dan perkotaan di wilayah pesisir harus merupakan bagian integral dan tidak bertentangan dengan
proses dan fenomena ekologis pesisir secara menyeluruh. Hal yang prinsip adalah bahwa kebutuhan yang meningkat akan pemukiman, menuntut tata ruang pemukiman
di wilayah pesisir secara terpadu yang berwawasan lingkungan. Tata ruang pemukiman di wilayah pesisir yang kacau dan tidak berwawasan lingkungan akan
menyebabkan tejadinya degradasi mutu lingkungan yaitu erosi, sedimentasi, pencemaran lingkungan dan banjir.
Proses pengambilan kebijakan dan alternatif pengembangan wilayah pesisir Kota Medan bagi peruntukan kawasan pemukiman penduduk, layaknya
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan kebijakan ini, sehingga pengembangan dan pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kota Medan secara
berkelanjutan dapat tercapai secara maksimal. Alternatif pengembangan wilayah juga harus memperhatikan aspirasi dan pendapat dari berbagai pihak, terutama pihak-
pihak yang berkompetensi dalam pemanfaatan wilayah ini, sehingga konflik pemanfaatan ruang antar sektor dapat dihindari yang dengan sendirinya akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir Kota Medan.
4.3. Pendapat Masyarakat di Kawasan Pesisir Kota Medan