Asesmen Perbankan Syariah

4.3. Asesmen Perbankan Syariah

bertahan di level rendah. Pangsa perbankan syariah mengalami sedikit kenaikan sejak awal 2016 sehingga

Intermediasi perbankan syariah cenderung lebih pangsa perbankan syariah mulai mengalami kenaikan prosiklikal dibanding perbankan konvensional, hingga mencapai 4,81%. sehingga dalam situasi perlambatan perekonomian pertumbuhan perbankan syariah lebih rendah. Setelah

Perkembangan DPK

melambat di 2005/2006, kredit perbankan syariah Pertumbuhan DPK meningkat signifikan pada semester meningkat signifikan pada 2009/2010 dipengaruhi oleh

I 2016 yaitu sebesar 13,06% dibandingkan semester penambahan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) pasca sebelumnya sebesar 6,1%. Total DPK bank syariah disahkannya UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan sebesar Rp241,34 triliun pada akhir periode laporan Syariah. Penambahan BUS ini sejalan dengan upaya dengan pangsa 5,28% dari total DPK perbankan. mendorong pencapaian target 5% pangsa perbankan Sebagai tambahan, pertumbuhan DPK bank syariah syariah. Namun, pertumbuhan pembiayaan perbankan

lebih tinggi 7,56% daripada bank konvensional.

Grafik 4.70. Prosiklikalitas Perbankan

YoY Pembiayaan Syariah

YoY Kredit Konvensional

NPF -RHS_

NPL -RHS-

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia (diolah)

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

Grafik 4.71. Perkembangan Share Aset Perbankan Syariah

Jan-13 Feb-13 Mar Apr Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agu-13 Sep-13 Okt-13 Nov-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar Apr Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agu-14 Sep-14 Okt-14 Nov-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar Apr Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar Apr Mei-16 Jun-16

MS Nas (%)

Delta Growth S-K

Sumber : Laporan Keuangan Asuransi Go Public, diolah

Grafik 4.72. Perkembangan DPK

G DPK (Yoy, %)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.73. Perkembangan Share DPK

Delta Growth S-K

Sumber : Bank Indonesia

Komposisi DPK perbankan syariah masih didominasi terjadi pada produk giro yang mengalami peningkatan oleh deposito sebesar 61,02%, terus menurun perlahan

komposisi dari 9,17% menjadi 9,88%. Dengan demikian, sejak semester I 2014. Pada produk tabungan, terjadi terlihat bahwa nasabah bank syariah perlahan penurunan dari semester II 2015 sebesar 29,7% ke mengalihkan simpanannya dari simpanan berjangka semester I 2016 menjadi 29,11%. Keadaan sebaliknya panjang menjadi simpanan berjangka lebih pendek.

Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Respons Kebijakan Bank

Pasar Keuangan

Rumah Tangga

dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

demikian, pertumbuhan pembiayaan pada bank syariah

Grafik 4.74. Komposisi DPK Perbankan Syariah

belum melebihi bank konvensional sejak awal 2014

hingga sekarang. Padahal, bank syariah seharusnya

lebih ekspansif dalam pembiayaan guna mendukung

sektor riil dengan pembiayaan berbasis syariah.

Berdasarkan jenis pembiayaan yang diberikan,

pembiayaan konsumsi masih mendominasi

pembiayaan bank syariah, dengan nominal Rp85,01

Jun-14 Des-14

triliun. Sementara itu, pembiayaan modal kerja sebesar

Sumber: Bank Indonesia

Rp81,47 triliun dan pembiayaan investasi memiliki nominal pembiayaan terkecil, yaitu sebesar Rp55,70

Perkembangan Pembiayaan

triliun.

Pembiayaan tumbuh lebih tinggi pada semester I 2016 bila dibandingkan dengan semester sebelumnya. Pada semester I 2016, FDR perbankan syariah mengalami Secara nominal, pembiayaan bank syariah tumbuh penurunan dari 92,15% menjadi 92,06%. Penurunan dari Rp213 triliun menjadi Rp222 triliun. Secara ini dipengaruhi oleh peningkatan DPK secara nominal tahunan, pertumbuhan semester I 2016 sebesar yang sedikit lebih tinggi dibandingkan peningkatan 7,85% sementara semester sebelumnya yaitu 6,86%. pembiayaan pada semester II 2015. Pertumbuhan Pertumbuhan pembiayaan ini membawa perbankan pembiayaan yang kurang signifikan merupakan syariah meraih market share yang lebih tinggi dari

salah satu dampak dari perlambatan perekonomian 5,25% menjadi 5,33%.

Indonesia di tahun 2015. Jika dibandingkan dengan perbankan konvensional, rasio LDR terus mengalami

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan peningkatan sejak 2012 dan cenderung stagnan sejak konvensional, pertumbuhan pembiayaan syariah 2014. Memasuki 2016, FDR dan LDR tidak terpaut jauh sedikit lebih kecil dari bank konvensional, dengan nilainya, meskipun demikian, FDR tetap lebih tinggi selisih persentase pertumbuhan sebesar 1,1%. Dengan

daripada LDR.

Grafik 4.75. Perkembangan Pembiayaan

Grafik 4.76. Market share Pembiayaan

Apr Jun-13 Agu-13 Okt-13 Des-13 Feb-14

Jun-15 Agu-15 Okt-15 Des-15 Feb-16 Apr Jun-16

Market Share Nas Sumber : Bank Indonesia, diolah.

Pembiayaan

G Pemb (Y0y,%)

Delta Grwoth S-K

Sumber : Bank Indonesia, diolah.

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

Grafik 4.77. FDR perbankan syariah Grafik 4.78. Pembiayaan berdasarkan jenis

-15 -16 Feb-12

Apr Jun-12 Agu-12 Okt-12 Des-12 Feb-13 Apr Jun-13

Feb-15 Apr Jun-15 Agu-15 Okt-15 Des-15 Feb-16 Apr Jun-16 FDR (%)

Agu-13

Okt-13 Des-13

Feb-14

Apr

Jun-14 Agu-14

Okt-14

Des-14 Feb-15

Apr

Jun-15 Agu-15

Apr Jun-16

Konsumsi Sumber : Bank Indonesia, diolah.

LDR (%)

Modal Kerja

Investasi

Asesmen Risiko Perbankan Syariah

Secara regional, tingkat NPF tertinggi perbankan

Risiko Pembiayaan

syariah berada di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Pada semester I 2016, risiko pembiayaan perbankan (6,27%), Kalimantan (6,22%) serta Sumatera (5,87%). konvensional meningkat sebagaimana tercermin dari Walaupun ketiga wilayah NPF cukup tinggi, namun rasio NPF gross yang mengalami peningkatan, dari porsi pembiayaannya relatif rendah, sehingga risiko 4,34% pada semester II 2015 menjadi 5,05%. Tingginya

kredit perbankan syariah masih berada pada level NPF perbankan syariah merupakan hal yang patut yang terjaga. Secara umum, apabila dibandingkan dicermati karena selain lebih tinggi dari perbankan

dengan semester II 2015, NPF gross di wilayah Bali, konvensional, NPF perbankan syariah juga telah berada

Jawa, dan Kalimantan mengalami peningkatan, dengan diatas threshold normal. Meski demikian, mengingat pangsa pembiayaan sebesar 77%. Sementara NPF pangsa pembiayaan perbankan syariah masih relatif

wilayah Papua, Sulawesi, dan Sumatera menurun

kecil, maka pemburukan risiko pembiayaan perbankan dengan pangsa pembiayaan ketiga wilayah sebesar syariah belum memberikan dampak signifikan terhadap

23%. Sehingga, pembiayaan secara umum mengalami stabilitas sistem keuangan.

penurunan kualitas, terutama pada wilayah Jawa yang terus mengalami peningkatan sejak semester I 2015.

Grafik 4.79. Risiko Pembiayaan Perbankan Syariah

Tabel 4.27. Risiko Pembiayaan Spasial

Sem I 2015 Sem II 2015 Sem I 2016 Share

Sem I 2106 5,00

50 Bali dan Nusa Tenggara

20 Papua dan Maluku

Feb-14 Apr Jun-14 Agu-14

NPF Gross (%)

NPF Growth (%)

Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Respons Kebijakan Bank

Pasar Keuangan

Rumah Tangga

Perbankan dan IKNB

Penguatan Infrastruktur

dan Korporasi

Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

Grafik 4.80. NPF Gross Per Sektor Ekonomi

Sem I 2015

Sem II 2015 10,00

Sem I 2016

Pertambangan Perindustrian

Konstruksi dagangan

Lain-Lain

Per

Jasa Sosial

Pengangkutan Jasa Dunia Usaha

Sumber : Bank Indonesia.

Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan tertinggi sebelumnya menjadi 18,82%. Secara keseluruhan, pembiayaan bermasalah terjadi pada sektor kedua rasio likuiditas bank syariah berada di atas pertambangan, meningkat dari 6,87% semester II 2015

threshold, sehingga risiko likuiditas bank syariah masih menjadi 11,86% di semester I 2016. Secara umum, terjaga. Pada semester II 2015, rasio AL/NCD perbankan NPF seluruh sektor ekonomi mengalami peningkatan syariah lebih tinggi dari perbankan konvensional jika dibandingkan dengan semester II 2015. Dengan sebagai dampak dari suntikan modal pada beberapa demikian, hal ini menguatkan bahwa pembiayaan bank syariah. Namun, rasio AL/NCD konvensional mulai yang dilakukan oleh perbankan syariah mengalami bergerak mendekati perbankan syariah di penghujung penurunan kualitas pada semester I 2016.

semester I 2016.

Risiko Likuiditas Permodalan dan Efisiensi Perbankan Syariah

Risiko likuiditas perbankan syariah mengalami Permodalan bank syariah mengalami penurunan ke penurunan jika dilihat dari rasio AL/NCD. Rasio tersebut

level 14,72%, berada dibawah perbankan konvensional. menunjukan peningkatan dari 99% pada semester II Penurunan pada rasio permodalan didorong oleh 2015 menjadi 103,5%. Namun, jika digunakan rasio menurunnya permodalan bank syariah sebesar Rp88 AL/DPK, risiko likuiditas perbankan syariah sedikit miliar yang dibarengi dengan peningkatan ATMR meningkat. Rasio tersebut turun 1% dari semester sebesar Rp2,5 triliun. Penurunan modal bank syariah

Grafik 4.81. Perbandingan Likuiditas Grafik 4.82. Kinerja Likuiditas Perbankan Syariah

-15 -16 Feb-12

Apr Jun-12 Agu-12 Okt-12 Des-12 Feb-13 Apr Jun-13 Agu-13

Okt-14 Des-14 Feb-15 Apr Jun-15 Agu-15 Okt-15 Des-15 Feb-16 Apr Jun-16 AL/NCD BUS

Okt-13 Des-13

Feb-14

Apr Jun-14

Agu-14

Okt-14

Des-14 Feb-15

Apr Jun-15

Agu-15

Okt-15 Des-15

Apr Jun-12

Agu-12 Okt-12

Des-12 Feb-13

Apr Jun-13

Agu-13 Okt-13

Des-13 Feb-14

Apr Jun-14 Agu-14

AL/NCD BUS Sumber : Bank Indonesia, diolah

AL/NCD Konven

AL/DPK BUS

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

dipicu oleh peningkatan risiko kredit bank syariah yang meningkat. Di sisi lain, peningkatan ATMR dipicu oleh Grafik 4.85. Market share Pembiayaan

ekspansi pembiayaan yang dilakukan bank syariah. 4,0

Grafik 4.83. Capital Adequacy Ratio 19

Apr Jun-15 Agu-15 Okt-15 Des-15 Feb-16 Apr Jun-16

ROA

ROE 13

Sumber : Bank Indonesia.

Stress Test Perbankan Syariah

Feb-13 Apr Jun-13 Agu-13 Okt-13 Des-13

Stress test dilakukan untuk mengukur ketahanan

Sumber : Bank Indonesia.

permodalan (CAR) masing-masing entitas perbankan

Efisiensi syariah. Stress test mencakup asesmen terhadap

Pada semester I 2016, efisiensi perbankan syariah ketahanan permodalan menghadapi risiko kredit. Perhitungan stress test dilakukan dengan menggunakan

menunjukkan tren meningkat. Rasio BOPO menurun data neraca dan kinerja bank posisi Desember 2015.

sementara ROA dan ROE mengalami peningkatan. Rasio BOPO menurun signifikan dari 94,38% pada semester II

Stress test risiko kredit dilakukan untuk mengukur 2015 menjadi 92,36%. Sementara itu, ROA meningkat

tipis dari 0,84% menjadi 1,11%. Demikian pula ROE ketahanan CAR perbankan syariah terhadap potensi mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kerugian yang timbul dari adanya peningkatan

risiko kredit dengan indikator NPL gross. Stress test keuntungan serta penurunan modal yang dimiliki bank

syariah. ROE perbankan syariah meningkat signifikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan scenario-

based analysis. Scenario-base analysis atau macro dari 3,59% pada semester II 2015 menjadi 5,67%.

stress test menggunakan asumsi deviasi proyeksi

Grafik 4.84. Perkembangan BOPO

pertumbuhan ekonomi dari PDB saat ini. Skenario

proyeksi pertumbuhan PDB yang digunakan adalah

4,7% untuk baseline), 1,73% untuk moderate, dan -18.26% untuk severe. Skenario sever menggunakan

asumsi pertumbuhan PDB pada tahun 1998, pada saat

Indonesia menghadapi krisis ekonomi. Hasil stress test

dengan menggunakan asumsi baseline, menunjukkan

70 -13

CAR semua BUS masih berada di atas 12%. Untuk

Feb-13 Apr Jun-13 Agu-13 Okt-13 Des-13

stress test dengan asumsi moderate menunjukkan

Sumber : OJK

tidak terdapat BUS yang memiliki CAR di bawah 8%,

Kondisi Stabilitas

Respons Kebijakan Bank Sistem Keuangan

Pasar Keuangan

Rumah Tangga

Penguatan Infrastruktur

dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

Grafik 4.86. Stress Test Kenaikan NPL

16,00 Existing 14,00 Sc Baseline 12,00 Sc Moderate 10,00

Sc Severe

1 2 3 4 Sumber : Bank Indonesia, diolah

namun terdapat 3 (tiga) BUS yang memiliki CAR antara semester II 2015 menjadi Rp30.61 triliun (Grafik 31). 8-12%. Selanjutnya, hasil asumsi severe condition

Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh menunjukkan terdapat 5 (lima) BUS yang memiliki CAR

peningkatan asset asuransi jiwa syariah. Portofolio di bawah 5%.

investasi takaful terkonsentrasi pada saham syariah sebesar 41.14% dan deposito sebesar 35.75%. Industri

Asesmen Industri Keuangan Non-Bank Syariah

takaful didominasi oleh asuransi jiwa syariah dengan Takaful adalah asuransi yang dikelola sesuai dengan pangsa pasar sebesar 81.27% dari total aset takaful prinsip syariah. Pada semester I 2016, total aset takaful

pada semester I 2016.

meningkat sebesar 15,42% dari Rp26.51 triliun pada

Grafik 4.87. Asset Industri Takaful

Grafik 4.88. Investasi Industri Takaful

Saham Syariah

Surat Berharga

Syariah Negara 15

Reksa Dana Syariah

10 Investasi Lain 5

Feb-14 Apr Jun-14 Agu-14 Okt-14

Reasuransi Syariah

Asuransi Umum Syariah

Asuransi Jiwa Syariah

Total Aset

Sumber : OJK, diolah

Sumber : OJK, diolah

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

Pemberian Penghargaan (AWARD) Kepada Bank Pendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Boks 4.1

Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dan strategis. Dari sisi kontribusi terhadap perekonomian, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013, UMKM menyumbang 59,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan kontribusi terhadap ekspor sebesar 14,1%. Sementara dalam hal penyerapan tenaga kerja, UMKM berkontribusi sebanyak 97,2% dengan dominasi jumlah unit usaha di Indonesia yaitu sebanyak 99,99%. Namun peran strategis yang dimiliki UMKM tersebut belum diimbangi dengan dukungan pembiayaan kepada sektor UMKM.

Di tengah perlambatan ekonomi baik global maupun domestik, usaha-usaha besar khususnya di sektor terkait komoditi mengalami penurunan

kinerja serta melakukan pemutusan hubungan kerja para karyawannya. Sementara UMKM yang identik dan dekat dengan usaha rakyat diharapkan tetap dapat memiliki kapasitas untuk berkembang agar dapat tetap menopang perekonomian rakyat. Untuk itu perlu adanya berbagai upaya penguatan UMKM dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi nasional serta stabilitas sistem keuangan.

UMKM umumnya masih menghadapi permasalahan utama yaitu permodalan yang terbatas. Dengan terbatasnya modal, maka kapasitasnya untuk berkembang juga terbatas. Selain itu, UMKM juga masih memiliki banyak kendala dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan khususnya perbankan. Kendala yang muncul dapat berasal

dari kurangnya kapasitas UMKM itu sendiri dalam memenuhi persyaratan pembiayaan dari lembaga keuangan, maupun kendala dari sisi lembaga keuangan/perbankan yang belum dapat menyalurkan kredit kepada UMKM secara lebih optimal.

Salah satu kebijakan makroprudensial bagi industri perbankan terkait kredit UMKM yang dilakukan BI adalah melalui diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/22/2012 sebagaimana diubah dengan PBI No.17/12/PBI/2015 dan Surat Edaran (SE) Ekstern No 15/35/DPAU sebagaimana diubah dengan SE No. 17/19/DPUM tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Ketentuan tersebut mengatur kewajiban Bank Umum untuk menyalurkan kredit/pembiayaan kepada UMKM dengan rasio kredit/pembiayaan UMKM terhadap total kredit/pembiayaan Bank minimal sebesar 20% secara bertahap, yaitu minimal 5% pada tahun 2015, minimal 10% pada tahun 2016, minimal 15% pada tahun 2017, dan minimal 20% pada tahun 2018. Atas pemenuhan pencapaian rasio kredit UMKM Bank Umum, terdapat insentif dan disinsentif yang berlaku.

Insentif yang diberikan kepada bank umum dalam rangka penyaluran kredit/pembiayaan UMKM

antara lain berupa pelatihan kepada account officer dan Pejabat Kredit Bank, pelatihan kepada usaha mikro dan kecil, fasilitasi credit rating, serta

Kondisi Stabilitas Respons Kebijakan Bank Sistem Keuangan

Pasar Keuangan

Rumah Tangga

Penguatan Infrastruktur

dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

publikasi dan pemberian penghargaan (award). Untuk tahun 2016 pemberian penghargaan Sementara disinsentif bagi perbankan yang belum

mengedepankan tema “Penciptaan Daya Saing dapat memenuhi target rasio kredit UMKM sesuai UMKM” dengan pertimbangan bahwa sesuai dengan tahapan yaitu berupa pengurangan jasa giro bank Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005- umum di Bank Indonesia.

2025, arah pembangunan perekonomian Indonesia adalah penciptaan daya saing melalui transformasi

Salah satu insentif untuk mengapresiasi perbankan perekonomian berbasis keunggulan komparatif yang telah berhasil memenuhi ketentuan rasio menjadi berbasis keunggulan kompetitif, yang kredit/pembiayaan UMKM di atas adalah berupa berkelanjutan melalui penerapan dan penciptaan pemberian penghargaan (award). Pemberian (inovasi) ilmu pengetahuan dan teknologi.

penghargaan tersebut selain memberikan insentif tambahan di luar insentif GWM, juga sebagai

Peningkatan daya saing tersebut dilakukan melalui salah satu upaya agar bank lebih terdorong pengembangan value chain dan inovasi, penguatan untuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM. industrial cluster, dan pembangunan fondasi penghargaan diberikan kepada bank umum yang ekonomi mikro (lokal), yang difokuskan pada memenuhi kriteria sebagai berikut:

sektor industri sebagai motor penggerak didukung

1. Memiliki pencapaian rasio kredit atau oleh sektor lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, pembiayaan UMKM sesuai dengan tahapan pengembangan usaha kecil dan menengah juga yang ditetapkan. Untuk kriteria award tahun diarahkan untuk dilakukan melalui pengembangan 2016, bank harus mencapai rasio kredit/ industrial cluster, alih teknologi, dan peningkatan pembiayaan UMKM paling rendah 5%;

sumber daya manusia. Dengan pertimbangan tersebut, maka dukungan kredit/pembiayaan

2. Memiliki rasio Non Performing Loan (NPL)/ perbankan terhadap UMKM berbasis industri Non Performing Financing (NPF) total kredit/ perlu didorong dengan memberikan apresiasi pembiayaan kurang dari 5%;

kepada perbankan yang telah menyalurkan kredit/ pembiayaan kepada sektor tersebut.

3. Memiliki rasio NPL/NPF kredit/pembiayaan UMKM kurang dari 5%; dan

Penilaian pemberian penghargaan (award) secara umum dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap sebagai

4. Memenuhi tema dan kriteria yang ditetapkan.

berikut:

Tahap 1: Penilaian Pemenuhan Kententuan Kredit UMKM

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

Gambar Boks 4.1 Tahapan Penilaian Pemberian Penghargaan

Kredit UMKM

Kredit UMKM

Kredit UMKM Terbaik

- Rasio Kredit/Pemb

- Bank Penyalur

UMKM < 5%

Kredit UMKM sesuai

- NPL/NPF Kredit/Pemb

Penilaian aspek

UMKM < 5%

- NPL/NPF Kredit/Pemb

tematik

kualitatif

- NPL/NPF Total Kredit/

UMKM “Tema” < 5%

Pemb < 5%

Tahap 2: Penilaian Kriteria Tema dan Penentuan bank terbaik 2. Selanjutnya untuk Kategori bank Nominator

BUKU 3 dan BUKU 4, penghargaan diberikan kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai

Tahap 3: Penilaian Aspek Kualitatif bank terbaik 1 dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai bank terbaik 2.

Penilaian dilakukan oleh tim penilai yang terdiri Pemberian Penghargaan Kepada Bank Umum

dari tokoh nasional, internal Bank Indonesia, ahli Pendukung UMKM 2016 diharapkan dapat perbankan, pengamat/akademisi, kementerian, memberikan inspirasi dan dorongan kepada serta perwakilan media. Penghargaan bank umum bank-bank lain agar lebih meningkatkan pangsa pendukung UMKM tahun 2016 diberikan kepada penyaluran kredit UMKM. Selain itu, hal ini juga

4 bank terbaik dalam dua kategori, untuk kategori merupakan salah satu bentuk dukungan nyata bank BUKU 1 dan BUKU 2 diberikan kepada PT Bank

BI terhadap program-program pembangunan Tabungan Pensiunan Syariah sebagai bank terbaik perekonomian Indonesia khususnya pengembangan

1 dan PT Bank Pembangunan Daerah Bali sebagai ekonomi rakyat melalui UMKM.

Kondisi Stabilitas Respons Kebijakan Bank Sistem Keuangan

Pasar Keuangan

Rumah Tangga dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan