2 Sukuk Berbasis Wakaf Untuk Pemberdayaan Aset Wakaf

Boks 2.2 Sukuk Berbasis Wakaf Untuk Pemberdayaan Aset Wakaf

Ekonomi syariah saat ini sudah semakin sebagai regulator terhadap wakaf produktif berkembang antara lain ditandai dengan

sangat lemah.

semakin beragamnya bisnis syariah (halal) • Lebih dari 90% peruntukan tanah wakaf seperti hotel syariah, pariwisata syariah, rumah

adalah untuk pendidikan, masjid dan sakit dan sekolah Islam, kosmetik halal, fashion

pemakaman.

muslim, dll. Namun demikian, salah satu potensi • Terjadinya ruislagh tanah-tanah strategis di aset umat Islam yang hingga saat ini belum

kota-kota besar ke lokasi yang tidak sepadan terlalu berkembang adalah aset wakaf. Badan

secara ekonomis.

Wakaf Indonesia (BWI) sebagai lembaga yang • Belum adanya dukungan dari lembaga berwenang terkait wakaf menginformasikan

keuangan bank/nonbank baik swasta bahwa jumlah aset (tanah) wakaf di Indonesia

maupun pemerintah.

tercatat tersebar di 435.395 lokasi dengan total • Detail database tanah wakaf masih lemah luas 414 juta hektar (5 juta km). Berdasarkan • Sebagian besar nazhir masih perorangan konsolidasi BWI dan Kementerian Agama, • Kurangnya sosialisasi wakaf uang dan masih total aset (tanah) wakaf tersebut diperkirakan

adanya perbedaan pendapat. bernilai Rp2.050 triliun. Sementara itu, potensi • Kurangnya kepercayaan masyarakat wakaf uang diperkirakan sebesar Rp60 triliun

terhadap lembaga wakaf.

namun yang berhasil dihimpun oleh BWI baru mencapai Rp350 miliar.

Kendala-kendala tersebut menyebabkan pengelolaan aset wakaf selama ini menjadi

Masih terdapat beberapa masalah dalam kurang produktif (lihat Gambar Boks 2.2.1). pengelolaan aset wakaf yaitu:

Sebagai ilustrasi, wakaf dalam bentuk wakaf • Pemahaman masyarakat, wakif (pihak yang bergerak (misalnya,uang tunai, emas) maupun

melakukan wakaf), nazhir dan pemerintah wakaf tidak bergerak (misalnya, tanah,

Gambar Boks 2.2.1. Pengelolaan Aset Wakaf yang Kurang Produktif

- Tanah Masjid - Bangunan Masjid - Tanah Kuburan

Bergerak :

- Tanah Pesantren

Uang Emas

- Bangunan Pesantren

Sumber Pembiayaan - Tanah Masjid

- Bangunan Masjid

Badan

Centre

- Tanah Kuburan - Tanah Pesantren - Bangunan Pesantren

Tdk Bergerak : Tanah, Bangunan

- Masjid - Pesantren - Kuburan

Sumber : Bank Indonesia

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

bangunan) pada umumnya digunakan untuk pasar keuangan syariah oleh lembaga keuangan keperluan pembangunan rumah ibadah (masjid

bank dan non bank.

atau mushola), kuburan, atau pesantren, sehingga secara umum tidak menghasilkan BUMN khususnya yang bergerak di bidang konstruksi pendapatan tetap. Sementara itu, operasional dan infrastruktur berpeluang menerbitkan sukuk nadzhir maupun aset wakaf membutuhkan BUMN berbasis wakaf karena beberapa alasan pendapatan tetap dan hal ini biasanya berikut: ditutupi dari pendapatan masjid atau infak • Dibandingkan pemerintah, BUMN memiliki masyarakat (donatur).Salah satu kendala utama

fleksibilitas dalam menentukan proyek dan pengembangan aset tanah wakaf selama ini

pola pembiayaan, termasuk kemungkinan adalah terbatasnya dana yang dapat dihimpun

penerbitan sukuk BUMN untuk membiayai aset oleh nadzir untuk mendirikan bangunan di atas

wakaf.

aset (tanah) wakaf tersebut. Dalam praktek • Beberapa BUMN telah memiliki pengalaman pasar keuangan syariah, penghimpunan dana

dalam menerbitkan sukuk seperti Garuda, PLN, ini dapat dilakukan dengan menerbitkan Sukuk.

dll.

Oleh karena itu, Bank Indonesia bekerjasama • Kementerian terkait dapat memberikan dengan BWI, Kementerian Keuangan dan

dukungan kepada BUMN yang berminat Kementerian BUMN berinisiatif melakukan

menerbitkan sukuk BUMN berbasis wakaf diskusi dan kerjasama untuk merancang

seperti credit enhancement, regulasi yang model Sukuk BUMN berbasis wakaf untuk

mendukung, sosialisasi, termasuk tambahan mendayagunakan potensi tanah wakaf yang

kapitalisasi.

besar tersebut. Selain itu, BWI memiliki peran penting terkait Sukuk dipilih sebagai alternatif penghimpunan koordinasi dengan nadzhir, memberikan dana karena pertimbangan:

rekomendasi nadzhir, termasuk kemungkinan BWI

• Sukuk sudah menjadi instrumen pasar yang menjadi nadzhir dari aset wakaf yang menjadi

keuangan syariah yang sangat populer di underlying penerbitan sukuk BUMN. Kepastian Indonesia dan perdagangan sudah relatif status hukum aset wakaf, kualitas dan kuantitas aktif.

serta prospek aset wakaf juga dapat berasal dari • Sukuk sudah diterbitkan oleh pemerintah, keputusan/rekomendasi BWI. Sementara itu, Bank BUMN, korporasi swasta dan bank, baik Indonesia (BI) mempunyai peran strategis dalam

bank konvensional maupun bank syariah. memastikan pasar keuangan yang dalam dan menarik • Pasar sukuk sudah berkembang dan minat bagi penerbitan sukuk BUMN berbasis wakaf. investor sukuk cenderung terus meningkat.

Upaya Bank Indonesia untuk mendalamkan pasar • Sukuk telah menjadi alternatif investasi keuangan syariah dengan mengeluarkan ketentuan

Respons Kebijakan Bank Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Pasar Keuangan

Rumah Tangga dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

repo syariah dan hedging syariah, memfasilitasi pelaku pasar sehingga menghasilkan Mini Repo Agreement (MRA) Syariah dan Islamic Market Code of Conduct (iCOC) termasuk sosialisasi dan edukasi publik menjadi faktor-faktor yang akan membantu kelancaran transaksi sukuk BUMN berbasis wakaf.

Secara makro, ekonomi Islam memandang sukuk berbasis wakaf adalah suatu bentuk koordinasi dan kerjasama antara sektor riil dan sektor keuangan melalui instrumen pasar keuangan syariah (lihat Gambar Boks 2.2.2). Aktivitas ekonomi yang tidak hanya berasal dari aktivitas komersil (investasi dan bisnis) namun juga aktivitas sosial, dapat juga dibiayai dari sumber dana sosial (misalnya wakaf). Pembiayaan ini dapat dilakukan melalui mobilisasi dana dari sektor keuangan seperti pasar keuangan syariah melalui penerbitan sukuk. Sehingga sukuk

Gambar Boks 2.2.2. Kondisi Sistem Ekonomi Riil dan Pasar Keuangan Syariah

merupakan instrumen yang mempunyai peran strategis dalam mendukung aktivitas ekonomi dan menciptakan stabilitas ekonomi dan sosial dalam rangka menyejahterakan publik.

Sukuk berbasis wakaf merupakan salah satu bentuk perwujudan dari peran sukuk dalam memberdayakan sektor sosial. Bahkan, sukuk berbasis wakaf mempunyai peran ganda untuk tidak hanya memberikan manfaat sosial namun juga komersial termasuk mendukung pendalaman pasar keuangan syariah. Misalnya penerbitan sukuk berbasis wakaf oleh BUMN akan menambah variasi instrumen pasar keuangan syariah, semakin menarik minat investor, meningkatkan transaksi perdagangan di pasar sukuk maupun membantu pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan layanan- layanan sosial bagi masyarakat.

Aktivitas Ekonomi

Mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan dan kestabilan harga

Peningkatan Pelaku

Commercial Purpose

Wakaf

Sukuk

Social Purpose

Peningkatan Frekuensi

Peningkatan Volume

Variasi Produk

Lembaga Keuangan Syariah

Stabilitas Ekonomi

- Kesejahteraan - Publik - Layanan Sosial

Kesejahteraan

Publik

Stabilitas Ekonomi

Kesejahteraan Sosial

Lembaga Keuangan Konvensional

Kemenkeu Bank Indonesia

BUMN Lembaga Lain

BWI

Pembiayaan Ekonomi dengan suku berbasis

Pendalaman Pasar Keuangan Syariah Institusi

Sumber : Bank Indonesia

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

Berdasarkan hasil pembahasan dan diskusi periode, setelah pembayaran sewa bangunan intensif antara BI, BWI, Kementerian Keuangan selesai, bangunan diserahkan oleh BUMN dan Kementerian BUMN, model sukuk berbasis kepada nadzhir. wakaf yang berpotensi diterbitkan oleh BUMN untuk mendukung pemberdayaan aset tanah Apabila model ini dapat diaplikasikan, beberapa wakaf adalah sebagaimana Gambar Boks 2.2.3 manfaat yang dapat dirasakan oleh banyak di bawah ini.

pihak: • Bagi nadzhir: manfaat berupa realisasi

Gambar Boks 2.2.3. Sukuk (BUMN) Berbasis Wakaf

BWI

Credit enhancement

KEMENKEU

(3) Menyerahkan dana sukuk ijarah

Endorsement & (2) Menerbitkan sukuk ijarah Recommendation

Nazhir

(1) Long Lease Agreement

BUMN Investor :

Pengalihan Manfaat Long Lease Objek Waqf

LKS, LKK

(7) Pendapatan Sewa

(8) Cicilan & Fee Ijarah

(9) Transfer

Wakalah Pemberi Sewa End of y 35

(4) Contract with

Building

contractor

Regulatory support

Islamic Financial

Outright

(bayar sewa)

Market

Sumber : Bank Indonesia

Kontrak dimulai dari sewa berjangka panjang pembangunan proyek di atas tanah wakaf antara nadzhir dan BUMN dimana nadzhir

selain mendapatkan porsi imbalan dari sebagai pengelola aset wakaf menyewakan aset

pendapatan bangunan di atas tanah wakaf. kepada BUMN. Kemudian, BUMN menerbitkan • Bagi BUMN: manfaat berupa perolehan sukuk ijarah (sale and lease back) kepada

imbalan dari pendapatan proyek, investor baik lembaga keuangan syariah maupun

keuntungan dari penerbitan sukuk (antara konvensional dalam rangka mendapatkan dana

lain sebagai penerbit, aktifitas perdagangan untuk membangun tanah wakaf tersebut.

di pasar keuangan, dll) dan market maker. Setelah itu, BUMN menghubungi kontraktor • Bagi BI dan Kementerian Keuangan: manfaat untuk proses konstruksi dan pembangunan

berupa dukungan bagi realisasi proyek- selama jangka waktu tertentu. Setelah selesai,

proyek sosial pemerintah dan pendalaman bangunan tersebut disewakan kepada pihak

pasar keuangan syariah.

ketiga dengan perolehan sewa yang digunakan • Bagi publik: manfaat berupa tersedianya BUMN antara lain untuk membayar sewa

fasilitas publik dan meningkatnya kegiatan kepada investor yaitu pemilik sukuk. Di akhir

ekonomi dan sosial.

Kondisi Stabilitas Respons Kebijakan Bank Sistem Keuangan

Pasar Keuangan

Rumah Tangga

Penguatan Infrastruktur

dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

Model ini telah mendapatkan dukungan dari Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Badan Wakaf Indonesia dan Bank Indonesia, sehingga BUMN maupun pihak-pihak yang tertarik lainnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakannya. Ke depan, beberapa hal yang masih harus dilakukan yaitu:

• koordinasi nadzhir dan BWI terkait penetapan aset wakaf, struktur (model)

sukuk, cash flow dan porsi proceed sukuk serta tenor.

• Kesiapan regulasi kementerian BUMN, studi kelayakan, asesmen dan simulasi pasar

sukuk. • Sosialisasi dan edukasi sukuk BUMN berbasis wakaf. • Pasar yang dalam (repo ke BI, repo syariah, hedging syariah, dll).

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

Penguatan JIBOR sebagai Referensi Harga Boks 2.3 di Pasar Uang

Pembentukan yield curve jangka pendek sangat Penyempurnaan JIBOR pada April 2015 dalam penting dalam mendorong pembentukan yield

rangka mendorong peningkatan kredibilitas curve jangka panjang sebagai cerminan biaya JIBOR menunjukkan hasil yang positif, sehingga dalam pembiayaan/investasi jangka panjang. Bank Indonesia kembali menyempurnakan Adanya suatu referensi harga di pasar uang, pengaturan JIBOR pada tahun 2016 guna selain berfungsi dalam pembentukan yield curve meningkatkan kredibilitas JIBOR lebih lanjut. jangka pendek tersebut, dapat mendorong Sejak 2015 hingga April 2016, penggunaan JIBOR peningkatan efisiensi melalui suatu referensi semakin berkembang, seperti diindikasikan pada harga yang digunakan bersama dalam berbagai fitur transactable atau dapat ditransaksikan, transaksi keuangan. Hal ini akan mempermudah

yang telah dimanfaatkan secara baik oleh bank para pelaku pasar dan agen ekonomi dalam kontributor untuk bertransaksi dengan bank melakukan berbagai transaksi keuangan kontributor lain. Fitur transactable juga cukup termasuk dalam melakukan diversifikasi efektif dalam mendorong penciptaan transaksi/ portfolio, yang pada akhirnya diharapkan likuiditas pasar uang, terutama di tenor yang dapat berkontribusi positif dalam mendukung lebih panjang yakni 1 bulan dimana likuiditas kegiatan pembangunan ekonomi.

pasar uang masih cukup tipis.

Grafik Boks 2.3.1. Indikasi Pemanfaatan Mekanisme Transactable oleh Bank Kontributor

Frekuensi

Volume : Indikasi Transaksi PUAB (kali)

Frekuensi : Indikasi Transaksi PUAB

Volume

under Mekanisme Transactable JIBOR

(Rp Miliar)

under Mekanisme Transactable JIBOR

Mei-15 Jun-15

Nop-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar Apr

Kontribusi Penciptaan Likuiditas Pasar Uang dalam Window Time Mekanisme Tahun

Transactable terhadap Likuiditas Pasar Uang secara Industri, dalam hal: Frekuensi Transaksi

Volume Transaksi

Sumber: Evaluasi Bank Indonesia

Kondisi Stabilitas Respons Kebijakan Bank Sistem Keuangan

Pasar Keuangan

Rumah Tangga dan Korporasi

Perbankan dan IKNB

Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Indonesia Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

Hasil positif tersebut diatas dinilai masih dapat ditingkatkan melalui penyempurnaan JIBOR di tahun 2016 dengan memperpanjang window time, nilai nominal dan tenor dalam pemberlakuan mekanisme transactable. Terhitung sejak tanggal 1 Juni 2016, window time pemberlakuan mekanisme transactable akan diperluas dari 10 menit menjadi 20 menit. Nominal transaksi dinaikkan, dari maksimal Rp10 miliar menjadi maksimal Rp20 miliar, sementara total permintaan transaksi dari seluruh asking bank yang dipenuhi oleh quoting bank tidak melebihi Rp20 miliar per hari. Untuk mendorong peningkatan kredibilitas JIBOR di tenor yang lebih panjang, pemberlakuan mekanisme transactable juga akan diberlakukan untuk tenor tenor 3 bulan dan berlaku efektif per tanggal 1 September 2016. Pengaturan ini dilakukan melalui penerbitan Surat Edaran No. 18/14/DPPK tentang Suku Bunga Penawaran Antarbank (JIBOR). Dengan penyempurnaan ketentuan tersebut, penggunaan JIBOR diharapkan semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan likuiditas pasar dan pada gilirannya membantu percepatan pendalaman pasar keuangan serta meningkatkan peran dalam pembiayaan pembangunan.

Pada semester I 2016, kinerja sektor rumah tangga dan korporasi mulai menunjukkan perbaikan namun masih dalam tren yang melambat. Kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2016 mendorong optimisme rumah tangga dan korporasi terhadap kondisi perekonomian ke depan. Akan tetapi, kenaikan pertumbuhan ekonomi yang baru terjadi di akhir semester yang lebih dipengaruhi oleh efek musiman kenaikan konsumsi menjelang lebaran, menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut belum berdampak signifikan terhadap kinerja rumah tangga. Sehingga meskipun optimisme membaik, kinerja rumah tangga masih berjalan lambat ditunjukkan dengan perlambatan kredit dan rasio non-performing loans yang meningkat meskipun masih terjaga di bawah threshold.

Sama halnya dengan sektor rumah tangga, kinerja sektor korporasi juga masih melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang terus berlanjut menyebabkan permintaan ekspor menurun sehingga kenaikan harga beberapa komoditas belum berdampak terhadap kinerja korporasi. Pelemahan kinerja korporasi karena menurunnya permintaan ekspor sedikit tertahan oleh peningkatan pemintaan dari sektor domestik seiring terjadinya kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan

II 2016. Namun, dampak positif yang diberikan belum cukup kuat mendorong perbaikan kinerja korporasi. Pertumbuhan kredit melambat dan kemampuan membayar korporasi cenderung menurun. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya rasio non-perfoming loans serta upaya restrukturisasi pinjaman luar negeri korporasi. Ke depan, potensi risiko dari sektor korporasi tetap perlu diwaspadai seiring dengan kinerja ekspor yang belum stabil di tengah porsi utang luar negeri yang masih cukup besar.