Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden” diterima.
Tabel 5.7. Analisa Multivariat berdasarkan karakteristik responden Faktor
P value Odds Ratio
Menars Ibu 0.055
0.249 Berat Badan Lahir
0.048 3.432
Status Gizi 0.014
4.618 Dengan menggunakan analisa multivariate regresi, berdasarkan hasil tabulasi
silang pada tabel diatas didapati bahwa faktor yang paling mempengaruhi onset menars adalah status gizi yang memiliki p value 0.014. Karena nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05 p0,05 maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden” diterima. Nilai OR
Odds Ratio dari status gizi adalah 4.618, maka dalam hal itu artinya bahwa responden yang memiliki berat badan normal 4.618 kali lebih cepat mengalami
menars dibandingkan dengan responden yang memiliki berat badan kurang.
5.2.1 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Pintu Pohan Meranti tahun 2013, diperoleh data yang diperlukan. Untuk itu, selanjutnya
dilakukan pembahasan dengan rincian sebagai berikut.
5.2.1.1 Proporsi stutus gizi pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam table 5.1, dapat diketahui bahwa
tidak terdapat responden dengan status gizi kategori Overweight ≥95
th
percentile, status gizi responden dalam kisaran Normal 5
th
to 85
th
percentile terdapat 31 orang 51,7 dan Underweight 5
th
percentile yakni 29 orang 48,3.
Menurut Suharjo, 2003 faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi pada dasarnya ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri
Universitas Sumatera Utara
genetik, asupan makanan, dan faktor infeksi. Faktor eksternal terdiri dari faktor pertanian, faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan pengetahuan gizi. Selain itu
banyak mempengaruhi keadaan status gizi. Faktor teknologi juga mempengaruhi status gizi remaja.
Namun pada remaja usia 10 – 16 tahun, mereka hidup dengan cara peer sehingga saat teman teman mereka ingin memiliki berat badan yang lebih kurus
mereka pun menginginkan hal yang sama. Selain itu, mereka terbiasa memiliki menggambarkan diri mereka lebih buruk daripada kondisi yang sebenarnya,
sehingga mereka selalu ingin menurunkan berat badan walaupun kondisi mereka tidaklah overweight ataupun obesitas. Hal ini mempengaruhi status gizi mereka.
5.2.1.2 Proporsi onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam table 5.1, dapat diketahui bahwa onset menars responden terbanyak adalah onset menars
normal 10-14 tahun pada 34 orang 56,7 , responden yang belum mengalami menars yakni 26 orang 43,4, dan tidak terdapat onset menars cepat 10
tahun.
5.2.1.3 Hubungan antara berat badan lahir dengan onset menars pada
siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.3 diketahui bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir responden dengan onset menars responden. Hal
ini berarti bahwa responden yang memiliki berat badan lahir normal memiliki onset menars normal atau lebih cepat dibandingkan dengan responden yang lahir
dengan berat badan lahir di bawah normal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut American Journal of Epidemiology, 2008 didapati bahwa remaja yang memiliki berat badan di bawah normal akan lebih lama menars yakni 15
sampai 21 tahun dibandingkan dengan remaja yang memiliki berat badan lahir normal. Pengukuran akan lebih baik jika ditambahkan dengan data tinggi lahir dan
berat plasenta. Namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang paling berhubungan adalah onset menars dengan perkembangan tinggi badan dan berat
badan anak pada usia 2 tahun sampai 8 tahun. Hal ini diakibatkan bahwa adanya berat badan lahir yang lebih tinggi dan
pertambahan berat badan akan mempengaruhi kadar leptin, insulin like growth factors dan hormone steroid. Hal itulah yang akan mengakibatkan seseorang dapat
memiliki menars yang lebih cepat.
5.2.1.4 Hubungan antara pendapatan orangtua dengan onset menars pada