Dapat dikatakan kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi untuk memperoleh kesenangan, membantu orang lain, mengubah sikap dan perilaku seseorang.
Tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi antarpribadi. Dapat dikatakan, kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat
hubungan lebih bermakna, dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi. Dengan demikian, komunikasi
antarpribadi biasanya dimotivasi oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai hasil atau efek.
2.1.2.5 Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Antarpribadi dalam Komunikasi Antarpribadi.
Pola-pola komunikasi antarpribadi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Tidak benar anggapan orang bahwa makin
sering orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Bila diantara komunikator dan komunikan berkembang sikap
curiga, maka makin sering mereka berkomunikasi makin jauh jarak yang timbul. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana
komunikasi itu dilakukan. Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik Rakhmat, 2003 : 129, yaitu:
1. Percaya
Faktor percaya merupakan faktor yang paling penting di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Secara ilmiah
menurut Griffin, percaya didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak
pasti dan dalam situasi yang penuh resiko” Rakhmat, 2003 : 130. Defenisi ini menyebutkan 3 tiga unsur percaya, yaitu :
a. Ada situasi yang menimbulkan risiko. Bila orang menaruh
kepercayaan pada seseorang, ia akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami. Bila tidak ada resiko, percaya
tidak diperlakukan.
b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari
bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain. c.
Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan menganggap komunikan lainnya berlaku jujur. Sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman kita
dengan komunikan, karena itu sikap percaya berubah-ubah bergantung kepada komunikan yang dihadapi.
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang dikatakan bersikap defensif bila tidak menerima, tidak
jujur dan tidak empatis. Jack R. Gibb, 1961 menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif Rakhmat, 2003:134:
• Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi yang dimiliki tanpa menilai.
• Orientasi Masalah. Dalam orientasi masalah artinya mengajak orang lain
bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana
mencapainya. • Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif
yang terpendam. • Empati artinya menempatkan diri kita pada posisi oran lain; kita ikut
serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Dan
tanpa empati, orang seakan –akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian.
• Persamaan artinya sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan
demokratis. Dalam persamaan seseorang tidak mempertegas perbedaan.
• Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita,
untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan;m terkadang satu pendapat dan keyakinannya bisa berubah.
Jadi, makin sering orang menggunakan perilaku dari sikap suportif yaitu deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persamaan, dan provisionalisme
maka makin kecil kemungkinan komunikasi defensif. Sebaliknya ketika orang menggunakan perilaku defensif maka menyebabkan gagalnya komunikasi
antarpribadi interpersonal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Sikap Terbuka
Sikap terbuka open mindedness amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Brooks dan Emmert
Rakhmat, 2003 : 137 memberi karakteristik orang yang bersikap terbuka, yaitu :
• Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.
• Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb. • Berorientasi pada isi.
• Mencari informasi dari berbagai sumber. • Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.
• Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya. Jadi, agar komunikasi antarpribadi interpersonal yang kita lakukan
melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, maka kita harus bersikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka
mendorong timbulnya saling pengertian saling menghargai, dan yang paling penting adalah saling mengembangkan kualitas hubungan antarpribadi
interpersonal.
2.1.2.6 Teori Self Disclosure